Sinopsis Aku Tak Membenci Hujan Episode 8

Anysti
0

 All content from VIU






Ringkas drama sebelumnya


Karang kecil yang sedang sakit memanggil mamanya dan memintanya untuk menemaninya. Mama nggak menanggapi dan malah menganggap Karang sebagai anak aneh gegara ngomong pakai bahasa Inggris dan kemudian meninggalkanya. 


Terlahir kembali


Papa marah ke Om Dikta setelah melihat hasil tes DNA antara ia dan Karang. Om Dikta juga membenarkan kalo ia lah pelakunya. Nenek datang setelah dikasih tahu sama pelayan dan melerai keduanya. Papa semakin terpukul setelah mengetahui kalo nenek tahu tentang hal itu dan menutupinya. Pantas saja mama selalu ketakutan setiap nenek dan Om Dikta datang ke rumah. 


Merasa nggak bisa menerima itu semua, papa akhirnya pergi. 




Karang masih di IGD. Semua orang khawatir dengan keadaannya. Nenek dan Om Dikta datang. Papa langsung menarik om Dikta dan memperingatkanya agar menjauh dari keluarganya terutama anaknya. Om Dikta menekankan kalo Karang adalah anaknya. Ia malah menganggap kalo papa gagal menjadi orang tua yang baik untuk Karang. 


Papa tersulut dan mereka berkelahi. Nenek datang dan melerai. Ia mengingatkan kalo mereka adalah kakak adik dan meminta mereka untuk nggak saling menyakiti. Papa nggak bilang apa-apa dan pergi. 


Setelah menunggu lama akhirnya dokter keluar dan memberitahu kalo keadaan Karang sudah  lebih  baik. Ia juga sudah dipindahkan ke ruang rawat dan sudah bisa dijenguk. Mama hanya terdiam sementara Launa dan Biru pergi menemui Karang. Mama merasa kalo ia adalah monster yang sudah menyakiti Karang. Papa memeluk mama dan menenangkannya. 




Karang sadar. Ia berniat untuk melepas infusnya. Launa dan Biru datang tepat waktu dan menghantikannya. Rupanya Karang masih belum kembali. Yang ada di sana adalah Agha. Launa memanggil perawat untuk melepas infusnya. 


Mama nangis dan meminta maaf pada Papa karena nggak mengatakan yang sebenarnya. Papa juga meminta maaf karena nggak peka selama ini. Mama nangis. Ia sudah menyakiti Karang dan nggak tahu harus gimana. Papa meminta mama untuk bersama-sama memperbaiki keluarga mereka kembali. 




Setelah infusnya dilepas, Agha malah mau pergi. Di depan ia bertemu dengan mama dan papa. Mama meminta maaf pada Karag tapi Agha menanggapinya dengan sinis. Semuanya sudah terlambat. Sekarang tubuh itu adalah miliknya. Mama nangis. Ia hanya ingin memeluk anaknya. Ia memeluk Karang sambil nangis. Ia meminta maaf karena sudah menjadikan Karang sebagai pelampiasan emosinya. 


Gegara pelukan mama akhirnya Karang kembali. Ia tersenyum bahagia akhirya bisa mendapatkan pelukan dari mama tercinta. 




Karang akhirnya pulang ke rumah. Ternyata ada nenek yang sudah menunggu di rumah. Ia meminta maaf pada papa dan keluarga kecilnya. Gegara keegoisannyalah Karang jadi sakit. Mama dan Karang menghampiri nenek dan memaafkannya. Nenek juga minta mama untuk menerima Karang karena ia adalah darah dagingnya, anaknya. Mama membenarkan kalo ia sudah menerima Karang.  




Mama mengantarkan makan malam untuk Karang. Ia juga nggak keberatan saat Karang minta disuapin. Papadan Biru ngintipin dari pintu sambil senyum-senyum. Mama juga mengundang Launa dan mamanya untuk makan siang di rumah dan mengungkapkan terima kasih karena sudah membantu merawat dan menjaga Karang. 


Usai makan, Karang, Biru dan Launa bermain layang-layang di luar. Saat sedang bakar jagung, mendadak hujan turun. Mama dan yang lain khawatir kalo Karang akan ketakutan. Nyatanya Karang malah menikmatinya dan mereka main hujan-hujanan. 




Hubungan Karang dan Launa semakin dekat. Rain menghampiri Karang dan merasa heran karena Karang kembali sama Launa. Karang minta ijin ke Launa untuk bicara dengan Rain dan diijinkan. Karang meminta maaf atas apa yang pernah ia katakan ke Rain dan memberitahu kalo itu bukan dirinya. Ia sama sekali nggak tertarik pada Rain karena orang yang ia suka adalah Launa. 





Mama mendapat teror bangkai ayam. Papa meyakini kalo pelakunya adalah om Dikta. Ia menemuinya bersama dengan mama karena mama maksa mau ikut. Om Dikta minta papa untuk menyerahkan perusahaan padanya dan dipenuhi sama papa. Sebagai gantinya ia minta Om Dikta untuk nggak mengganggu keluarganya lagi. Om Dikta malah memprovokasi  dengan bilang kalo Karang adalah anaknya dan ia sudah pernah melakukannya dengan istrinya. 


Papa yang terpancing emosi berkelahi dengan om Dikta. Mama menghentikannya. Ia juga sempat menendang om Dikta dan memperingatkan agar nggak menyentuh anaknya kalo enggak ia akan me*mb*nuhnya. 




Karang dan Launa melihat matahari senja. Karang bertanya apa Launa suka senja? Launa membenarkan. Karena senja itu indah. Dulu Karang juga suka senja. Tapi sekarang enggak. Senja hanya bertahan sebentar. Ia nggak ingin cintanya pada Launa seperti Senja yang hanya sekejab. Ia lalu mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya dan melamar Launa. Meski mereka masih 18 tahun. Karang ingin menunjukkan kalo ia benar-benar mencintai Launa. Cinta itu nggak bisa diukur. Ia meminta maaf karena hanya bisa mencintainya secara sederhana. 


Launa sampai berkaca-kaca. Ia meminta agar Karang jangan pernah berubah. Tetaplah menjadi Samudranya. Karang juga menjanjikan kalo ia nggak akan kemana-mana. 





Malamnya mama dapat pesan dari om Dikta yang menulis kalo Karang adalah anak mereka berdua. Mama marah dan kemudian menelpon seseorang dan minta disiapkan sesuatu. Paginya Karang yang sedang telponan sama Launa melihat mama pergi dengan terburu-buru. Merasa khawatir ia pun meminta ijin pada Launa untuk mengikuti mama. Launa cemas dan mengikuti Karang melalui GPS bersama dengan Orion dan Lukka. 


Mama menemui Om Dikta dengan membawa senjata. Karang yang baru tiba berusaha menenangkan mamanya dan memintanya untuk nggak menembak. Saat ia berusaha merebut senjata mama, mama malah menarik pelatuknya dan membuat Karang tertembak. Seketika Karang jatuh ke kolam renang. Orion dan Lukka yang tiba bersama Launa langsung melompat ke kolam renang dan menyelamatkan Karang. 







1 bulan kemudian


Karang belum juga membuka matanya semenjak kejadian itu. Mama, Papa, Biru dan Launa selalu menjaganya tanpa lelah. Sebelumnya Karang sudah menulis pesan terakhirnya untuk mama. Kalo ia nggak ada, ia ingin jantungnya diberikan pada Biru, anak kesayangan mama. Mama dan yang lainnya nangis bacanya. Karang juga muncul di mimpi mama. Ia pamit dan minta mama untuk menjaga Launa, payung hatinya. 


Mama terbangun dan langsung menanyakan Launa, payung hati Karang Samudra. Biru memanggil Launa yang ada di luar dan memintanya untuk masuk. Mama minta Launa untuk memanggil Karang dan memintanya untuk nggak pergi. Mama merasa kalo Karang ingin menyerah dan meninggalkan mereka. 


Launa pun bicara dengan Karang dan memintanya untuk bertahan. Ia bahkan berniat untuk mencium Karang. Secara sebelumya Karang juga minta dicium. Ajaib, Karang langsung membuka matanya. Ia berbisik minta Launa untuk bahagia meski ia nggak ada. Setelah mengatakannya Karang sempat hilang kesadaran. Dokter datang dan memberikan pertolongan sehingga jantungnya kembali stabil.  


Om Dikta ditangkap polisi karena menggelapkan dana perusahaan. 




Setelah menunggu lama, Karang akhirnya sadar. Mengejutkan, ia nggak mengenali mama tapi malah manggil mbok Jum. Ia mengaku kalo dirinya adalah Arutala dan hidup bersama papadan mbok Jum. Arutala sendiri adalah tokoh fiktif ciptaan mama untuk bukunya. Nggak dikenali sama anak sendiri membuat mama sangat sedih. 







3 bulan kemudian


Karang melanjutkan sesi konselingnya. Ia adalah Arutala. Pemuda tunarungu yang hobinya melukis. Dokter memperingatkan papa dan mama kalo mungkin saja Karang nggak akan kembali. Ia sengaja menutup dirinya dari dunia karena lelah dengan apa yang ia alami. 


Launa datang dan meminta ijin untuk mengajak Karang jalan-jalan. Dokter memberi Launa alat bantu dengar agar dipakai sama Aru. Saat jalan-jalan, Launa yang frustasi karena nggak bisa ketemu sama Karang menumpahkan kesedihannya dan memohon agar Aru mengembalikan Karangnya. Ia kangen. Kalo bukan ia gadis yang Aru cinta lalu siapa? Gadis yang Aru cinta adalah gadis penjual permen kapas yang pernah ia temui saat kecil. 


Pun kalo nanti Karang nggak pernah kembali, Launa akan merelakannya dengan gadis penjual permen kapas yang ditemuinya saat kecil. Ia pun membiarkan Aru meninggalkannya. Dalam hati ia masih berharap kalo Karang akan kembali. Ia akan terus menunggu. Menunggu adalah keahliannya. Yang ia takutkan adalah saat ia nggak harus menunggu lagi. Dan kapanpun Karang kembali, ia ingin Karang menemuinya. Ia akan selalu ada di sana. 


T A M A T

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)