Sinopsis Ani Tomo episode 2

Anysti
0

Semua gambar dan konten bersumber dari TBS & MBS


PERTAMA KALI PEGANGAN TANGAN


Sore hari yang cerah. Sota bertamu ke rumah Yuki. Kebetulan Mai yang membukakan pintu.

Mereka saling sapa. Sota memberitahu kalo dia dipanggil sama Yuki.




Mai mengerti. Dia mempersilakan Sota untuk masuk.

Tapi pas Mai melangkah malah terjadi kecelakaan yang mengakibatkan Mai hampir terjatuh.

Sota refleks mengulurkan tangannya dan menarik Mai agar dia nggak jatuh.

Sota bertanya apa Mai nggak papa? Mai nggak papa dan berterima kasih pada Sota.

Tapi Sota kok megang tangan Mai terus, ya???


Sota baru sadar kalo dia barusan megang tangan Mai.

Sota terkejut lalu buru-buru melepaskannya.

Dia memegangi tangannya yang tadi megang tangan Mai.


Yuki tiba-tiba nongol. Dia menegur Mai yang masih saja terpeleset di rumah sendiri.

Sontak Sota dan Mai langsung menoleh ke arahnya.

Yuki lalu menegur Sota yang lama banget dan menyuruhnya buat cepat masuk.

Sota meminta maaf. Dia akan segera kesana.


Sota melepas sepatunya lalu menatap Mai.

Sota pamit ke Mai. Mau ke kamar Yuki dulu.

Mai mengiyakan. Sampai nanti.

Sota mengangguk. Dia lalu bergegas ke kamar Yuki.


Mai sedang menyetrika di kamarnya.

Seperti biasa, dia menguping pembicaraannya Sota dengan kakaknya, Yuki.

Sota memuji Mai yang lucu banget pakai celemek.

Yuki membantah. Lucu dari mana? Malah kayak ibu-ibu.

Sota tetap dengan anggapannya. Ia mengaku terus deg-degan tiap lihat dia. Dadanya terasa sesak.

Yuki meremehkan heleh!

Sota membenarkan. Biasanya juga lucu, sih.



Sota lalu membayangkan Mai pakai celemek, dengan senyumannya, pasti mantap banget setiap pulang kerja disambut seperti itu.

Yuki kesal dan langsung mukul kepala Sota pakai buku.

Sota megangin kepalanya, sakit banget (Yuki kejam amat ya sama pacar adiknya, dikit-dikit mukul mulu. Hadeuh, tepok jidad!)


Yuki menatap Sota, melarangnya banyak bicara dan menyuruhnya untuk cepat-cepat ngerjain tugasnya.

Sota protes, kenapa dia aja yang ngerjain? Dia kesana kan buat membantu Yuki?

Yuki meremehkan, bukannya Sota seneng kalo kerumahnya? Bisa ketemu Mai juga.

Sota membenarkan. Yuki kembali mengejek Sota. Disambut dengan memakai celemek,... pegangan tangan aja nggak berani.


Sota terkejut karena Yuki mengetahuinya. Yuki mengaku tahu hanya dengan melihatnya saja.

Sota membenarkan kalo dia emang nggak berani. Tapi emangnya salah seperti itu?

Sota mengatakan kalo dia dan Mai nggak ingin buru-buru dalam mengambil langkah.


Yuki memotong, bodo amat!

Yuki rasa kalo Mai iya... . Yuki melihat dinding kamarnya.

Dia merasa Mai pasti sedang mendengarkannya.

Yuki melanjutkan, dia yakin kalo Sota akan kecewa bersama dengan anak kayak gitu.


Dan benar. Mai emang lagi mendengarkan obrolan mereka.

Mai bahkan nempelin kupingnya ke tembok. Mai geleng-geleng denger omongan abangnya.

Dasar abang b*doh! Jangan asal ngomong, dong.


Mai curhat sama Tachibana tentang pertama kali pegangan tangan.

Menurut Tachibana emang sangat sulit untuk seorang pemula.

Mai membenarkan. Dia merasa kalo dia nggak merasa kalo dia nggak sabaran.

Tachibana memberi saran dari pihak perempuan aja yang memulai ngasih kode.


Tachibana mencontohkan, dia berakting jadi Mai.

Tachibana memegang telunjuknya dan bilang, aduuuh, ujung jariku ketusuk sesuatu, sepertinya ada duri yang menancap di jariku (pakai gaya centil banget).

Habis itu dia berakting jadi cowok, eh! Sini aku lihat, sambil menyodorkan tangan. Seperti itu.


Tachibana lalu memberi contoh yang lain.

Dia kembali berakting jadi Mai. Eh, warung ini dingin, ya??!!
Sambil bergaya menggigil.

Tachibana lalu menatap tangannya yang jadi dingin.

Lalu Tachibana berakting jadi cowok. Dia mengulurkan tangannya sambil bilang, wah gawat, tuh. Sini biar aku hangatkan.

Lalu jadilah pegangan tangan.


Mai memberitahu kalo dia nggak gampang dingin.

Tachibana tersenyum. Menurutnya itu bisa diakali.

Ia menyarankan agar selama menunggu, Mai bisa memegang semacam botol hewan peliharaan.

Mai mengiyakan, ia mengerti.


Tachibana menyimpulkan. Intinya, untuk menimbulkan perasaannya seperti rasa ingin melindungi.

Tachibana lalu menyuruh Mai untuk mencoba.

Dia mencontohkan terlebih dahulu. Warung ini dingin, yah?

Mai menirukan Tachibana tapi menurut Tachibana itu kurang manja.

Mai mencobanya sekali lagi.

Kali ini sudah bagus. Terakhir,

Tachibana memintanya untuk mengatakannya bersamanya.

Habis itu mereka tertawa.

Mai berkata akan mempertimbangkannya.


Saat ketemuan pun tiba.

Mai sedikit kecewa karena ketemuannya nggak di warung seperti saat latihan.

Mai mengambil botol minum dan memeganginya.


Nggak lama kemudian Sota datang. Mai buru-buru meletakkan botolnya.

Sota meminta maaf karena dia telat.

Mai menyangkal. Nggak telat, kok. Dia mempersilakan Sota untuk duduk.


Sota duduk di samping Mai.

Dia mencoba mengatur nafasnya yang ngos-ngosan habis lari.

Sota mengaku mulai pusing.

Mai khawatir. Dia mendekat dan meletakkan tangannnya di kening Sota sambil nanya apa dia nggak papa?

Sota merasa nyaman karena tangan Mai dingin.


Beberapa detik kemudian Sota baru sadar kalo wajah Mai deket banget sama wajahnya.

Sota jadi panik. Nanase lucu banget!

Mai bertanya Sota kenapa?

Sota jadi gagap. Dia mengaku sudah baikan.

Bener?

Sota mengangguk membenarkan. Dia meminta maaf karena sudah membuat Mai khawatir.



Mai lega mendengarnya. Bagus, deh.

Mai mau mempraktekkan saran dari Tachibana. Dia meletakkan tangannya di pipi, tapi kok nggak dingin, ya?

Dia lalu menatap Sota. Menurut Mai, Sota juga lagi cari momen.


Mai merasa harus melakukan sesuatu. Dia lalu pura-pura mengelus kursi dan mengaku kalo ujung jarinya tertusuk.

Sota terkejut. Dia menanyakan apa Mai nggak papa? Apa serpihannya masuk?

Mai menyembunyikan jarinya dan menjawab, mungkin.


Sota memikirkan apa yang harus dia lakukan?

Sota lalu bangkit. Dia menyuruh Mai untuk menunggunya. Ia juga melarang Mai bergerak.

Sota mengambil tasnya dan pergi ninggalin Mai.


Nggak lama kemudian Sota balik lagi. Dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Sebuah pinset. Dia mau mengambil serpihannya tapi agak ragu.

Mai mengatakan akan melakukannya sendiri.

Sota memberikan pinsetnya pada Mai.

Mai melakukannya sambil membelakangi Sota. Dia lalu mengatakan kalo serpihannya sudah nggak ada.

Benarkah?

Mai membenarkan. Sudah nggak sakit lagi.


Sota lega mendengarnya. Dan untuk berjaga-jaga, dia akan menempelkan plester di jari Mai.

Sota meminta jari Mai yang kena serpihan kayu. Mai memberikannya.

Sota menempelkannya dengan sangat hati-hati.

Mai memalingkan wajahnya. Dia merasa bersalah. Sota sangat perhatian tapi dia malah bohong.


Habis itu suasana kembali jadi canggung. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka.

Dia adalah Kurobuchi. Dia naksir sama Mai kayaknya.


Aki nggak sengaja lewat. Dia melihat Kurobuchi dan memanggilnya.

Aki bertanya apa yang Kurobuchi lakukan?

Kurobuchi terkejut. Dia menyuruh Aki untuk diem.

Aki penasaran dengan apa yang dilihat sama Kurobuchi.

Aki lalu menghampiri Kurobuchi dan melihat apa yang sedang dia lihat.

Kurobuchi memberitahu kalo mereka sering pacaran di sana.


Aki memberitahu kalo itu kakaknya. Aki melihat cara Kurobuchi menatap Mai dan kakaknya.

Ia memberitahu kalo matanya jadi seperti orang yang mau membunuh.


Sota menatap Mai. Dia bingung karena belum nemu momen yang tepat. Dari tadi cuman buang-buang waktu aja.

Dia lalu mengingat apa yang dikatakan Tachibana.


Flashback...

Sota menanyakan cara pegangan tangan.

Tachibana lalu tertawa.

Sota mengaku sedih karena dia nggak bisa memegang tangannya Mai.

Tachibana cerita kalo hari ini kebetulan juga ada orang yang menanyakan hal yang sama.

Tachibana akan memberitahu cara yang lain biar nggak sama.

Sota menyiapkan buku dan pulpennya, siap mencatat.


Flashback end...

Sota memanggil Nananse dan bertanya apa dia suka ramalan?

Mai mengiyakan. Tapi tergantung, sih.

Sota senang. Dia mengaku kalo akhir-akhir ini dia bisa meramal garis tangan. Kalo boleh, Sota ingin melihat garis tangan Mai.

Mai dengan senang hati memberikan tangannya.

Sota akan meramal garis takdir.


Sota hampir menyentuh tangan Mai tapi malah nggak jadi.

Dia pura-pura batuk. Sota minta maaf.

Mai lalu mengganti tangannya dengan tangan kiri.

Sota hampir menyentuhnya tapi nggak jadi-jadi.

Pura-pura batuk lah, keringetan lah, sampai akhirnya dia nggak jadi megang tangan Mai.

Nggak jauh dari sana Yuki lagi main sama anjing yang namanya Mai juga.

Dia bertanya sama anjing itu, kenapa mereka nggak bisa pegangan tangan?

Sementara itu Sota dan Mai saling lempar senyum.

Rencana pegangan tangan, GAGAL!!!



Suka senyum-senyum sendiri lihat Mai sama Sota. Mereka masih sama-sama lugu.

Terakhir pas lihat Yuki, aku kira Yuki itu nggak peduli sama adeknya, eh, tahunya dia perhatian banget sampai ngawasin Mai yang lagi kencan segala.

Bersambung...

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)