Sinopsis Flipped episode 1

Anysti
0


Semua gambar dan konten bersumber dari Youku 







Warning: 18+

Jadilah pembaca yang bijak 


Qi berdiri di tengah keramaian. Orang-orang berlalu lalang sementara ia hanya berdiam di tempatnya. Ia bernarasi tentang akhir abad ke-19.


Teori evolusi alam yang diajukan oleh Darwin. Kelahiran, evolusi, kepunahan, siklus berulang dengan sendirinya.


Qi mulai berjalan sambil melanjutkan narasinya. Semua orang memikirkan tentang makan malam, kencan dan kerja. Nggak ada yang terpikir tentang sebuah kesalahan kecil. Melahirkan monster seperti dirinya.


Qi berjalan melewati sebuah gedung dan wuss... . Seketika Qi menghilang bersama cahaya kemerahan.


Mendadak Qi muncul di tempat yang lain. Ia masih berjalan dan kadang ia melompat jauh di depan bersama cahaya merah itu. Kadang ia bertanya-tanya berapa banyak orang sepertinya di dunia ini, yang menanggung rasa sakit akibat kekuatannya sendiri. Yang ia tahu hanyalah ia harus melindunginya dan menemukan cara untuk menyelamatkannya.





Seorang wanita berjalan sambil membawa sekumpulan bunga. Ia berjalan tanpa alas kaki lalu duduk di meja makan.


Qi membawa sepasang sandal dan memakaikannya ke kaki gadis itu. Gadis itu tersenyum sambil menatap Qi.


Qi lalu melarang gadis itu berkeliaran dengan nggak memakai alas kaki. Gadis itu nggak menjawab dan hanya tersenyum. Qi lalu menyuruhnya makan.


Qi kembali ke tempatnya dan memakan makanannya sementara gadis itu, Tian Tian  hanya mengaduk-aduk makanannya.


Qi menegurnya kalo dia nggak akan tumbuh tinggi kalo semua makananya hambar. Tian Tian nggak mau kalah. Ia menyindir kalo dia nggak bisa tumbuh tinggi karena seseorang nggak membiarkannya berjalan dengan kaki sendiri.


Qi merasa tersindir. Dia janji akan membuatkan makanan kesukaan Tian Tian besok. Tian Tian bercanda kalo ada orang b*doh yang lagi bicara. Qi membalas kalo dia id*ot lalu Tian Tian apa?









Tian Tian menusuk tomat pakai garpu. Qi menanyakan keadaannya belakangan. Tian Tian menatap Qi dan mendadak jadi hilang kesadaran.


Qi panik sambil berusaha manggil-manggil Tian Tian tapi nggak ada respon. Dia bangkit dan menghampiri Tian Tian yang makin lemas.


Dalam penglihatannya Tian Tian melihat seorang gadis berambut panjang sedang melukis.


Qi merasa nggak punya pilihan lain selain nelpon dokternya Tian Tian, Shi Lang.


Garpu yang Tian Tian pegang mendadak jatuh dan kesadarannya pun kembali. Qi meletakkan ponselnya dan menanyakan apa yang terjadi. Apa Tian Tian mendapat penglihatan lagi?


Tiba-tiba Tian Tian tersenyum sambil menatap Qi. Ia memberitahu kalo gadis itu seorang pelukis. Qi nggak ngeh. Maksudnya apaan? Tian Tian melanjutkan kalo gadis itu akan mengambil ciuman pertama Qi. Muahh... .


Qi mulai malas. Ia melarang Tian Tian ngomongin omong kosong lain kali. Ia mengambil jasnya dan siap berangkat kerja. Ia berpesan agar Tian Tian jangan mengintip masa depan sendiri.


Tian Tian nggak bisa berhenti senyum. Lah dia malah jadi malu sendiri. Ia lalu menggambar ciuman kakaknya yang ia lihat dalam penglihatannya.






Seorang pria mengedit foto Tian Tian dengan rok warna-warni sambil mendengarkan lagu dari sebuah piring hitam.


Qi mendadak muncul dan menghentikan lagu itu. Dia berdiri di belakang pria itu dan bilang kalo pink bagus. Pria itu, Shi lang, panik dan langsung menutup laptopnya. Hadeuh, sampai kejepit. Shi Lang melarang Qi buat muncul mendadak dalam keadaan sedekat itu lain kali.


Qi nggak menanggapi. Ia menanyakan penyakit Tian Tian. Apa ada kemajuan? Shi Lang melepas kacamatanya dan mengiyakan. Selain dari Esper, ada juga tabib. Mereka dilahirkan dengan kekuatan untuk mengurangi efek samping dari Esper. Itu adalah satu-satunya harapan buat Tian Tian.


Qi bisa berteleportasi dan bisa dengan mudah menemukannya. Tabib itu seperti tanah yang belum ditemukan sama Columbus, bersembunyi dengan baik dan nggak mudah ditemukan.


Shi Lang menyampaikan kalo lebih dari satu dekade yang lalu ada seorang tabib wanita. Mungkin dia adalah orang yang Qi cari. Sayangnya dia sudah pergi. Sepuluh tahun yang lalu rumahnya terbakar. Dia dan seluruh keluarganya menghilang.


Qi menggaruk-garuk keningnya. Ia menanyakan laporan berita rincinya. Shi Lang menduga kalo file pada insiden itu telah disabotase. Andai mereka bisa nemuin fotonya Qi bisa saja berteleportasi kesana.


Tapi Shi Lang melarang Qi melakukannya karena terlalu beresiko. Dia nggak bisa membayangkan kalo Tian Tian sampai tahu kalo dia sekarat. Qi ngerti dan berterimakasih.


Shi Lang berbalik. Baginya hidup Tian Tian adalah hidupnya.







Seorang wanita sedang menyambut beberapa tamu undangan di sebuah galeri. Dia menelpon Qi dan marah-marah karena nggak datang juga. Qi nggak mau dengar lebih banyak lagi dan langsung mematikan panggilannya. Qi mau menyimpan ponselnya tapi nggak jadi.


Ia melihat foto galeri di ponselnya dan tahu-tahu hilang bersama cahaya kemerahan. Shi Lang menengok ke belakang dan melihat kalo Qi sudah pergi tanpa pamitan. Kasar banget.


Dia lalu membuka laptopnya dan kembali mengedit rok buat Tian Tian.


Tahu-tahu Qi muncul lagi dan kali  ini nangkring di atas meja dan menutup laptop. Shi lang panik dan langsung loncat sambil ngangkat kursinya, siap nimpuk Qi. Qi nyuruh Shi Lang untuk menjauhi adiknya. Dia turun dari atas meja dan minta Shi Lang untuk menelponnya kalo mendapat petunjuk lagi. Qi berjalan menuju pintu lalu menghilang.







Qi muncul di tangga. Kepalanya pusing. Berbagai ingatan muncul sampai membuat kepalanya mau pecah. Ia terus berjalan dan menemukan seember air. Qi mencelupkan wajahnya kesana.


Di dekatnya ada seorang gadis yang sedang melukis sambil mendengarkan lagu melalui earphone.


Qi mengangkat wajahnya tapi malah nggak sengaja menabrak tangga yang dinaiki gadis itu. Gadis itu kehilangan keseimbangan dan kuasnya nggak sengaja mencoret wajah Qi sampai akhirnya dia jatuh.


Qi terdiam. Ia teringat apa yang dikatakan Tian Tian tadi pagi kalo ciuman pertama Qi akan dicuri oleh seorang gadis yang sedang melukis.


Gadis itu bangkit dan mengambil saputangan mau membersihkan wajah Qi. Qi nggak mau disentuh dan nyuruh gadis itu buat menjauh darinya. Gadis itu mundur.




Seseorang datang dan menanyakan apa yang terjadi. Dia tersenyum dan bertanya apa gadis itu yang melakukannya? Gadis itu tersenyum mengiyakan. Wanita itu memperkenalkan kalo gadis itu adalah pelukis yang mereka sewa. Namanya Shuang Shuang. Karyanya luar biasa. Qi bahkan mujinya sebelumnya.


Wanita itu memberitahu Shuang Shuang kalo Qi adalah CEO MIST. Shuang Shuang mengangkat kedua tangannya dan meminta maaf. Qi menyuruh wanita itu untuk membereskan semuanya lalu iapun pergi.


Wanita itu nggak habis pikir kenapa Shuang Shuang ada disana saat lukisannya di galeri dikagumi sama semua orang. Dia malah membuat kekacauan sama Qi.


Shuang Shuang memberitahu Bai Fang, wanita itu kalo dia nggal suka bersosialisasi sama orang. Ia lalu lanjut melukis.





Qi ke galeri dan langsung disambut sama asistennya. Sang asisten mau ngambil tissue buat membersihkan wajah Qi tapi Qi nggak mau. Mereka sudah terlambat.


Para wartawan langsung mendekat. Penerjemah memgantar pangeran Amir pada Qi. Qi bilang ke penerjemah kalo dia bisa menanganinya.


Pangeran Amir menanyakan wajah Qi. Qi santai dan bilang kalo itu adalah desain baru. Dan kerjasama pun dimulai.





Shuang Shuang datang ke sebuah kafe untuk minum. Seorang pria sedang mencicipi masakannya. Terlalu manis. Dia melihat Shuang Shuang dan memintanya untuk mencicip.


Shuang Shuang merasa nggak enak hati. Nggak yakin dengan rasanya. Tapi setelah makan sesuap, rasanya enak. Pria itu, kakak Xin senang dengarnya. Dia sudah nggak mencampur gula dan garam lagi.


Shuang Shuang menanyakan apa pria yang mencarinya nggak datang lagi? Kakak Xin nyuruh Shuang Shuang buat santai. Nggak ada satupun orang yang datang yang luput dari matanya.




Seorang pria paruh baya membaca beberapa buku karya Gembira. Ia lalu membawa buku-buku itu ke seorang staf dan bilang kalo dia mau kontak dari Gembira.


Wanita itu nggak mau ngasih tahu dan malah nelpon satpam. Pria itu lalu ngambil sesuatu dari dalam tasnya dan memberikannya ke staf.





Shuang Shuang sudah selesai makan dan mau naik ke atas. Dia berpapasan sama seorang pria. Dia minta maaf karena menghalangi Shuang Shuang. Dia baru pindah. Namanya Kun Lan. Shuang Shuang menyebutkan namanya lalu melanjutkan langkahnya.


Kun Lan tersenyum menatap punggung Shuang shuang. Aku menemukanmu.




Shuang Shuang masuk ke kamarnya. Dia melepaskan semua tasnya lalu lompat ke tempat tidur. Dia lalu bangun lagi gara-gara ingat kalo sampul majalah belum selesai. Mau nggak mau dia bangkit lagi dan lanjut mengerjakan tugas.


Shuang Shuang nggak tahu sampai kapan dia harus lari. Sekarang dia bisa melakukan apa yang dia suka dan menghasilkan uang sendiri.


Shuang Shuang lalu melukis.


Dia senang bisa hidup bebas  sesuai yang dia ingin dan meninggalkan kenangan yang nggak menyenangkan. Nggak peelu takut dan mimpi buruk lagi. Kadang dia bosan. Tapi ini lebih baik ketimbang masa lalu.




Shuang Shuang minum air dan tiba-tiba pintunya diketuk oleh seseorang. Dia panik. Siapa yang datang tengah malam? Pelan-pelan dia berjalan menuju pintu dan melihat siapa yang datang.


Ternyata dia adalah Kun Lan. Dia membawakan kue butannya buat Shuang Shuang. Shuang Shuang menerimanya dan berterima kasih. Kun Lan nggak langsung pergi. Dengan dalih sebagai tetangga dia minta nomornya Shuang Shuang.


Shuang Shuang bilang kalo telponnya rusak. Kun Lan nggak masalah. Dia sudah mencatat nomornya di samping kue. Shuang Shuang bisa menelponnya kalo butuh bantuan. Shuang Shuang mengiyakan lalu menutup pintunya.








Hari sudah pagi. Pria yang kita lihat sebelumnya mencari Gembira tiba-tiba datang ke kafe. Kakak Xin menyadari kalo itu adalah pria yang dihindari oleh Shuang Shuang. Dia lalu nelpon Shuang Shuang.


Shuang Shuang sendiri sedang menyikat gigi. Dia panik. Dia lalu mengambil beberapa barang dan memasukkannya ke dalam tas. Pria itu berusaha membuka kunci pintu.


Shuang shuang tambah panik. Dia mengambil nomor Kun Lan dan lari ke balkon sambil membawa beberapa selimut, bertepatan dengan pria itu yang berhasil masuk. Dia melihat seisi kamar. Dia bahkan mencium baju Shuang shuang yang tergantung.


Kun Lan masih tidur saat Shuang Shuang menelponnya. Ia mau lompat ke bawah tapi nggak jadi karena terlalu tinggi.


Pria yang di kamar Shuang Shuang melihat sikat gigi Shuang Shuang di wastafel dan merasa kalo Shuang Shuang lagi buru-buru. Dia mengambil sikat gigi itu dan mengembalikannya ke tempatnya.


Kun Lan memanggil Shuang Shuang. Dia minta supaya selimut itu dilemparkan padanya. Dia lalu membantu Shuang Shuang naik ke atas.


Pria itu ke balkon dan memeriksa di sana tapi Shuang Shuang sudah sampai di atas. Kun Lan ngambil selimut itu dan ngajak Shuang Shuang pergi.






Shuang Shuang berterima kasih pada Kun Lan. Masih pagi tapi dia sudah merepotkannya. Kun Lan menggaruk tengkuknya. Nggak papa. Shuang Shuang melihat tangan Kun Lan terluka dan menempelkan plester.


Kun Lan ngajak Shuang Shuang ke rumahnya. Dia membereskan tempat duduk dan mempersilakan Shuang Shuang buat duduk di situ.


Kun Lan nenawari makanan tapi Shuang Shuang menolak. Kun Lan merasa kalo Shuang Shuang belum berubah dari kecil. Dari kecil? Shyang Shuang nggak ngerti kapan mereka kenalnya?


Kun Lan mengingatkan kalo dia adalah anak laki-laki yang manjat pohon dan jatuh di halaman belakang rumahnya Shuang Shuang. Shuang Shuang membuka tirai jendela dan menatapnya membuatnya takut.


Shuang Shuang mendekat dan melihat cincin yang dijadikan kalung Kun Lan. Dia lalu menatap wajah Kun Lan.


Flashback...





Shuang Shuang kecil makan roti sambil lihat ke luar jendela. Kun Lan tiba-tiba nongol dari luar dan mengajaknya main.


Shuang Shuang bilang kalo dia nggak bisa karena pintunya dikunci sama ayahnya. Kun Lan lalu menjilati kaca jendela dan nulis sesuatu.


Flashback end...






Shuang Shuang ingat kalo Kun Lan adalah si kepala jamur. Kun Lan bangkit dan membenarkan. Shuang Shuang mengacak-acak rambut Kun Lan sehingga mirip saat masih kecil.


Kun Lan senang Shuang Shuang bisa mengingatnya. Ia lalu menanyakan kenapa Shuang Shuang terburu-buru seperti sedang sembunyi dari seseorang.


Shuang Shuang mengangguk membenarkan. Dia lalu mengintip dari jendela. Kun Lan berencana memeriksa rumah Shuang Shuang tapi Shuang shuang melarang. Dia sudah biasa kayak gitu. Itu bukan urusannya Kun Lan. Shuang Shuang minta dibantu buat menyelinap diam-diam tanpa ketahuan.




Pria yang di rumahnya Shuang Shuang memeriksa lukisan Shuang Shuang. Kun Lan masuk dan mengaku kalo dia tinggal disana. Pria itu nggak yakin. Dia menanyakan seorang gadis berwajah bulat dan pendek. Dia suka menggambar.


Shuang Shuang keluar dengan memakai topeng kelinci. Kun Lan bilang ke pria itu kalo dia nggak pernah lihat. Habis itu dia balik ke rumahnya. Kayaknya dia jalan sambil tidur.




Shi Lang berada di perpustakaan dan mencari-cari sebuah buku. Dia sudah membaca banyak buku tapi belum menemukan apa yang dia cari.


Huruf-huruf itu melayang berhamburan keluar dari buku. Sampai dia menemukan sebuah artikel koran lama yang terselip di dalam sebuah buku.




Tian Tian ngeluh ke Qi. Dia cuman mau berangkat sekolah tapi ngapain digendong segala sama Shi Lang?


Qi nggak menjawab. Tian Tian lalu minta Shi Lang buat menurunkannya. Shi Lang nggak berani. Dia bertanya pada Qi. Boleh? Qi bilang enggak. Shi Lang nyuruh Tian Tian buat nurutin kakaknya. Tian Tian masih kesal. Dia mau ngaduin Qi ke mamanya.


Qi santai. Ngadu sono! Tian Tian takut diketawain sama orang. Qi bilang kalo mereka nggak akan berani. Tian Tian kesal dan mukul pundaknya Shi Lang. Shi Lang nyuruh Tian Tian buat menggunakan wajah pokernya Qi kalo sampai ada yang menertawakannya.








Tian Tian minta di turunin. Dia akan masuk kelas. Qi berpesan agar Tian Tian jangan keluyuran sepulang sekolah. Nanti dia akan menjemput.


Tian Tian berbalik tapi baru aja mau jalan sudah balik lagi. Ia mengingatkan kalo hari ini Qi akan membuat kemajuan besar dalam hidupnya. Qi nggak paham. Kemajuan apa?


Tian Tian menunjuk bibirnya. Qi kesal dan menyuruh Tian Tian buat segera masuk kelas.


Shi Lang menanyakan kemajuan apa yang Qi miliki? Qi nggak mau jawab dan malah balik nanya. Kemajuan apa yang Shi Lang punya?


Shi Lang ngambil sesuatu dari sakunya dan menunjukkannya ke Shi Lang. Ponselnya. Lah, salah, ding. Ia lalu ngambil artikel yang dia temuin di perpustakaan dan memberikannya ke Qi.


Qi membaca artikel surat kabar itu. Shi Lang mengatakan kalo artikel itu mengkonfirmasi asumsinya sebelumnya. Saat itu seseorang beneran mencari dokter. Mereka membakar rumah itu. Dan seenggaknya... .


Qi melempar artikel itu ke Shi Lang lalu menghilang. Shi Lang menyimpannya kembali ke dalam sakunya. Dia kesal Qi pergi tanpa bilang-bilang dulu.







Qi muncul di dalam sebuah lingkaran dekat danau. Kepalanya pusing. Nggak jauh dari tempatnya ada sebuah batu yang menyala. Rasa sakit itu bertambah hebat dan Qi nggak bisa menahannya lagi.


Dia mengambil ponselnya tapi ponsel itu terlempar dengan sendirinya. Qi berusaha mengambilnya dengan susah payah. Dia melihat gambar galeri lalu berteleportasi.


Qi muncul di tempat Shuang Shuang sedang melukis. Shuang Shuang berbalik tepat saat Qi terlempar dari tempat sebelumnya dan mereka nggak sengaja berciuman.


Bersambung...


Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)