All content from jtbc
Ringkas drama sebelumnya
Ibu kedatangan pendeta. Ia sendiri nggak datang ke gereja. Ia ke kuil dan ke dukun sampai putranya menjadi jaksa. Pendeta itu akhirnya pergi setelah memberikan brosur pada ibu.
Kangho sedang bersama dengan pak Song. Ada banyak berita tentangnya yang menurut pak Song dari orang-orang yang akan mengikuti Pemilu. Kangho menenangkan kalo ia akan mencari tahu dari mana itu berasal. Ibunya menelpon tapi Kangho nggak menjawabnya. Sebelum pergi ia mau menunjukkan ponsel yang diberikan sama wanita korban Woobyok tapi nggak jadi. Pak Song menawari untuk menjadi putranya. Kangho pun nggak jadi menunjukkan ponsel itu. Ia hanya bilang kalo karena opini publik ia nggak bisa meringankan hukuman Park Chulso. Pak Song nggak masalah karena memang akan menyingkirkannya. Ia mau memberikan hadiah lagi ke Kangho. Sebuah mobil atau rumah. Kangho pamit. Pak Song menunjuk tasnya dan bilang kalo ia melupakan sesuatu.
Keduanya lalu main bisbol. Dari sana Kangho mendapatkan sesuatu, Home run atau keluar. Ia memang menyukai bisbol. Sayang ia nggak bisa bermain bisbol agar bisa bertemu dengan pak Song dengan menjadi hakim atau jaksa. Ia juga ingin punya ayah yang kuat seperti dirinya. Pak Song mengijinkannya memanggilnya ayah. Kangho lalu bilang ingin ke sauna bersama ayahnya dan menggosok punggungnya. Pak Song tertawa mengiyakan.
Selanjutnya Kangho kembali ke kejaksaan. Ia memberikan banyak tugas ke asistennya. Di depan ada seorang ayah yang meminta keadilan untuk putranya. Dan saat Kangho mengabaikannya, ayah itu bilang kalo Kangho sangat kejam. Apa ia nggak punya ayah? Kangho menghampirinya dan membenarkan kalo ia nggak punya ayah. Ia lalu bilang kalo putranya menjadi pembunuh karena punya ayah yang nggak berdaya.
Ibu menelpon lagi dan Kangho mengabaikannya. Di rumah ibu masak banyak. Ia mau mengambil kotak di rak paling tinggi dan malah kejatuhan. Ia lalu ke tempatnya pak lurah untuk mendapatkan obat. Bu lurah menempelkan koyo di punggungnya. Pak Lurah mau menusuknya pakai jarum tapi ibu menolak. Bu lurah malah nakut-nakutin kalo pamannya dulu juga menempelkan koyo di punggungnya saat jatuh dan malah jadi lumpuh dan hanya bisa berbaring. Tubuhnya lalu membusuk.
Pak lurah menarahi istrinya yang malah ngomong seperti itu. Bu lurah lalu menanyakan perutnya ibu. Ibu mengatakan kalo ia akan lebih baik setelah minum minuman herbal. Bu lurah kembali nakutin kalo bibinya dulu juga minum minuman jerbal dan meninggal saat buang angin. Saat perutnya dibelah organ dalamnya mencair. Pak Lurah kembali memarahinya.
Anjingnya datang. Bu lurah menamainya Kangho agar bisa sukses kayak Kangho. Pak Lurah mengeluhkan kalo anak anjing hanya akan jadi anjing, nggak akan jadi harimau. Bu lurah jadi punya ide menamainya harimau. Pak Lurah menanyakan kabar kangho. Ibu bohong kalo Kangho nelpon mau pulang tapi ia melarangnya karena sidangnya banyak.
Kangho dan timnya berhasil mendapatkan orang yang menyebarkan berita tentang Woobyok. Hayong menelpon dan ia mengabaikannya. Hayong sendiri sedang melakukan perawatan kaki. Temannya menduga kalo pacarnya punya wanita lain. Hayong terkejut dan membuat Mijoo nggak sengaja melukai kakinya. Secara nggak sengaja Hayong menendang Mijoo. Ia sesumbar kalo ia seorang balerina. Mijoo meminta maaf dan sampai berlutut segala.
Hayong menyudahi dan berniat pergi. Mijoo menghentikan dan menuntutnya untuk meminta maaf. Hayong mendekat dan bilang nggak mau melakukannya. Mijoo nggak punya pilihan lain. Ia mundur dan menendang Hayong tapi nggak kena. Hayong yang terkejut sampai terduduk.
MIjoo minum dengan temannya dan membahas perihal kejadian tadi. Mijoo memutuskan nggak akan memilih ayahnya Hayong yang mencalonkan diri menjadi presiden. Ia lalu bilang berkeinginan untuk membuka salon di Seoul dengan uang tabungannya 2 tahun lagi. Temannya tertarik dan ingin bergabung. Ia juga akan memberikan tabungannya dan mengajak Mijoo untuk membuka salon di pinggiran Seoul. Mijoo setuju.
Ibu mendadak nelpon. Ia menjawabnya dan ternyata yang nelpon adalah Yejin, putrinya. Ia dan Seojin bilang kalo nenek sudah mati kehabisan darah. Mijoo berusaha memahami dan tahunya ibunya sedang bermain kartu. Yejin memberikan ponselnya pada neneknya. Mijoo meminta ibu agar nggak membiarkan anak-anak bermain ponsel. Ibu yang nggak mau malu bilang kalo Mijoo mau mengirimkan uang dan ia pun melarangnya. Suaminya mau membukakan salon kuku untuknya?
Ia keluar agar bisa leluasa bicara dengan Mijoo. Ibu menanyakan suaminya Mijoo. Ia bingung gimana ngasih tahu para tetangga. Mijoo nyuruh ibu bilang kalo mereka sudah bercerai. Ibu nggak mau bilang kalo keluarga mereka keluarga yang berantakan. Secara kakaknya Mijoo juga sudah bercerai. Mijoo menunjukkan kalo ibu juga bercerai punya suami tukang selingkuh. Ibu merasa lebih baik karena seenggaknya ia pernah menikah ketimbang Mijoo punya anak sebelum menikah.
Ibu nggak tahu kalo ibunya Kangho ada di belakangnya. Ia menanyakan siapa yang punya anak di luar nikah? Ibu bohong kalo itu hanya cerita di drama.
Ibunya Samsik menanyakan nasibnya Samsik yang sebentar lagi keluar dari penjara. Ibunya Kangho membawakan makanan untuk para warga. Ia akan ke Seoul dan mengirimkan makanan karena sekarang ulang tahunnya Kangho. Ibu Mijoo juga baru ingat kalo Mijoo juga ulang tahun hari ini. Ia menelponnya lagi dan meminta nomor rekeningnya.
Ibu sampai di apartemennya Kangho tapi nggak tahu ia tinggal di nomor berapa. Ia nelpon Kangho tapi nggak dijawab. Ia lalu minta petugas keamanan untuk nelpon Kangho. Kangho nggak mau menemui ibu dan nyuruh petugas untuk bilang kalo ia nggak di rumah. Ibu menitipkan makanannya ke petugas. Ia yang sangat merindukan Kangho hanya bisa bertanya pada petugas. Ibu juga memberikan nomor telponnya pada petugas kalo ada apa-apa sama Kangho. Petugas aja mengkhawatirkan ibu yang kelihatan nggak nyaman. Apa ibu sudah makan apa belum. Ibu kembali ke mobil dan hanya makan kue coklat.
Di apartemennya Kangho melihat berita tentang Oh Taeso yang mencalonkan diri menjadi presiden dan ia adalah kandidat terkuat saat ini. Teringat masa lalu saat ia mendengarkan seminarnya. Usai acara ia menemui Oh Taeso. Asistennya memberitahu kalo Kangho adalah mahasiswa terbaik. Ia bercita-cita menjadi seorang jaksa seperti Oh Taeso. Saat itulah ia melihat Hayong yang menemui Oh Taeso.
Saat sudah menjadi jaksa ia menangkap Hayong yang ada di klub dengan dakwaan penggunaan obat terlarang. Di kantornya ia menemukan obat dan setelah dikonfirmasi itu adalah obat gangguan panik. Masih nggak percaya ia pun merobek tas Hayong dengan pisau. Rekannya datang memberitahu kalo hasil tes urin negatif.
Hayong marah dan menampar Kangho meski Kangho menjanjikan akan menggantinya. Rekan Kangho khawatir dengan nasib mereka karena Hayong adalah putri Oh Taeso. Hayong tahu-tahu kembali. Ia memastikan kalo kedatangannya nggak dicatat. Ia baru sekali ini datang ke klub. Eh nggak deh, dua atau tiga kali. Kangho juga nggak perlu mengganti tasnya. Ia juga akan membuangnya setelah bosan.
Di hari lainnya Kangho menemui Hayong di sebuah acara dan mengganti tasnya. Kirain diganti beneran tahunya dikasih tote bag sama jujube buat mengatasi gangguan paniknya. Ia bahkan membelinya di asar pagi-pagi banget dan berharap Hayong nggak membuangnya.
Di hari ulang tahun ayahnya Hayong membawa Kangho sebagai hadiah ulang tahun, menantu. Di depan putri dan istrinya Oh Taeso berpura-pura baik dan menerima Kangho. Tapi setelah Hayong dan istrinya pergi, Oh Taeso berubah sinis. Ia bahkan menarik dasi Kangho setelah menuangkan anggur satu gelas penuh dan menyuruhnya putus sama Hayong dalam waktu sepekan. Seperti rencana Hayong akan menikah dengan putra grup Dosang. Orang yang nggak punya ayah kayak Kangho nggak akan ngerti rasanya.
Selanjutnya Kangho mulai menghindari Hayong. Saat Hayong datang ke apartemennya dan melihat ada makanan di luar. Ia menduga kalo Kangho punya wanita lain. Ia bahkan membawakan hadiah ulang tahun Kangho. Kangho mengatakan kalo ia hanya akan menghambat rencananya.
Kangho menemukan kalo Oh Taeso adalah ayah dari anaknya Hwang Soohyun, sekretarisnya. Ia menunjukkannya pada Pak Song. Sampai saat itu Oh Taeso nggak tahu kalo itu adalah anaknya. Kalo pak Song menunjukkannya pada Oh Taeso maka ia nggak akan berani mengusiknya. Pak Song merasa tertarik. Tapi dokumen yang Kangho tunjukkan adalah salinan. Ia ingin yang asli. Kangho meminta pak Song untuk menjadi ayahnya yang sah dan ia akan memberikan yang asli. Dan saat pak Song hendak menolak maka ia akan mencari ayah yang lain. Pak Song menekankan kalo nggak ada ayah yang meninggalkan anaknya.
Pak Song lalu menunjukkannya pada Oh Taeso. Oh Taeso menanyakan keberadaan Hwang Soohyun. Pak Song berterus terang kalo ia akan menjadikan Kangho putranya dan ia akan berada di pihak mereka.
Ketiganya berada di sauna. Oh Taeso minta Kangho menghancurkan salinan aslinya. Pak Song berpikiran lain. Ia minta Kangho menghancurkan sumber masalahnya. Dan malam itu ia membawa Hwang Soohyun dan bayinya naik mobil dengan alasan mau mengirimnya ke tempat yang nggak akan bisa ditemukan. Ia memberinya kopi yang dicampur sama obat tidur. Dan setelah Hwang Soohyun tertidur, ia pun mendorong ibu dan anak itu (yang masih ada di dalam mobil) ke laut. Setelahnya ia memotretnya dan mengirim pesan ke pak Song kalo ia sudah membereskannya.
Akhirnya Mijoo dan temannya membuka salon kuku. Keduanya nangis. Mijoo ingin mengumpulkan banyak uang dan membawa kedua anak kembarnya bersamanya. Membelikan semua makanan yang ingin mereka makan dan juga pakaian.
Di rumah ibunya Kangho para warga sedang sibuk memasak karena Kangho akan pulang dengan tunangannya yang seorang putri anggita DPR. Ibunya Samsik nggak begitu terkesan. Secara Kangho nggak pernah melakukan apa-apa sejak jadi jaksa. Ia lalu pergi ke dapur. Ibunya Mijoo memberitahu kalo ibunya Samsik itu kesal karena Kangho nggak bergeming saat Samsik melakukan pencurian dan memohon agar nggak dipenjara.
Ibunya Kangho nyusulin ibunya Samsik di dapur. Ibunya Samsik bilang kalo ia nggak bisa lama karena anjingnya mau melahirkan. Ibu Kangho menanyakan kapan keluarnya? Maksudnya Samsik keluarnya dari penjara tapi ibunya Samsik malah ngomongin anjingnya. Ibunya Kangho menjanjikan kalo ia akan ngomong sama Kangho agar mencarikan pekerjaan untuk Samsik. Ibunya Samsik yang sudah melepas celemeknya memakainya kembali dan mau membuat panekuk kacang hijau untuk Kangho.
Kangho sendiri sedang di jalan sama Hayong. Ada yang nelpon tapi Kangho nggak mau menjawabnya. Sebenarnya Kangho mau pulang sendiri tapi Hayong maksa mau ikut karena ingin menyapa ibu yang sudah melahirkan Kangho. Ia ingin cincin 5 karat aja karena nggak mau terlalu mewah. Ayahnya juga akan menghadapi pemilu. Ia merasa haus dan mengambil minum. Lah malah keselek. Ia lalu memakai lipstik dan malah kecoret.
Ibunya Kangho malah menyiapkan setengah karat. Rambutnya ditata sama ibunya Samsik. Setelah siap ia pun memakai pakaian yang sudah disiapkan. Setelan dengan warna kuning. Ibunya Mijoo dan ibunya Samsik memujinya. Tapi setelah ibunya Kangho keluar mereka malah bilang kalo ibunya Kangho kayak acar lobak.
Di luar para warga sudah pada makan. Padahal ibu minta agar mereka menunggu Kangho dulu. Ibu Mijoo malah berpikir kalo mungkin Kangho pulang karena mau mengajak ibunya ke Seoul. Ibunya Samsik bangkit dan minta ibunya Kangho untuk menepati perkataannya mencarikan pekerjaan untuk Samsik.
Kangho akhirnya tiba. Para warga bersama-sama menyambutnya. Pak Lurah memperkenalkan diri dan meminta Kangho untuk menyampaikan sesuatu untuk bernyanyi. Kangho yang nggak tahan melihat mereka membentak bilang nggak ada yang mau ia sampaikan. Ibu mengajak mereka untuk masuk dulu. Hayong melihat bajunya ibu belum dilepas labelnya.
Di dalam ibu menceritakan tentang mimpinya bertemu ayah. Ia menanyakan usia Hayong dan memberinya sekotak perhiasan yang sudah ia siapkan. Kangho nyuruh Hayong untuk menunggu di luar. Sementara itu di luar para warga mengintip barang-barang yang Kangho bawa di mobilnya.
Ibu memberikan minum untuk Kangho. Setelah meminumnya Kangho kemudian memberikan ibu selembar kertas. Surat persetujuan adopsi.Ibu pikir Kangho akan mengadopsi anak karena Hayong nggak bisa punya anak. Kangho lalu memberitahu kalo ia akan diadopsi sama orang yang membesarkannya, pak Song. Ia akan mewarisi bisnisnya dan menikah dengan putri anggota DPR. Ibu dan para warga yang menguping merasa nggak percaya dengarnya. Ibu nggak kuasa menolaknya meski nggak ingin itu terjadi. Ia tetap mengambil stempelnya. Dan sebelum ia membubuhkannya ia mengonfirmasi kalo bukan Kangho yang menginginkannya tapi mereka.
Setelah mendapatkan stempel dari ibu, Kangho langsung mengambilnya dan berniat pergi. Ibu menahannya dan mengajaknya untuk makan dulu. Kangho menanggapinya dengan sinis. Maksudnya hal yang nggak pernah ia nikmati di depan ibu? Ibu lalu minta Kangho untuk membawa perhiasannya.
Sampai di luar Kangho mengeluarkan barang-barang untuk ibu. Ibu mengejarnya dan memasukkan sedikit makanan ke bangku belakang. Para warga merasa kalo Kangho keterlaluan. Bu lurah malah bilang kalo namanya Kangho nanti jadi Song Kangho. Ibu berpura-pura baik-baik saja dan mengajak para warga untuk kembali ke dalam dan lanjut makan.
Di jalan Hayong mengeluhkan makanan dari ibu yang membuat mobil jadi bau. Kangho marah. Ia menepi dan membuang makanan yang dikasih ibu ke sungai. Setelahnya ia kembali ke mobil dan minum air sambil menenangkan diri. Hayong menawarkan untuk menggantikan Kangho menyetir. Mereka lalu bertukar posisi.
Hayong masih merasa kalo bau makanan tadi belum hilang. Kangho sudah tertidur. Ia membuka kaca mobil dan membuat syalnya terbang. Selagi ia mengambilnya, sebuah truk berjalan menuju mobil Kangho dan menabraknya sehingga Kangho dan mobilnya terjun ke sungai. Hayong berusaha mengejar tapi nggak keburu. Ia hanya bisa nangis.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊