All content from TV Asahi/ ABC
Direktur menggenggam tangan Sato lalu bangkit. Ia menjanjikan akan melakukan apapun untuknya. Ia akan membuat semua kemalangan yang Sato temui pergi semua.
Direktur mengambil kartu kredit dan memberikannya pada Sato dan menyuruhnya untuk memakainya sesukanya.
Sato muak dengarnya. Ia menarik direktur lalu mendorongnya sampai jatuh. Direktur terdorong ke dinding. Sato meletakkan kakinya di dekat kepala direktur. Ia marah dan menganggap kalo direktur sedang mengoloknya.
Ia menarik dasi direktur dan memperingatkan kalo nggak semuanya bisa dibeli pakai uang.
Sedetik kemudian ia tersadar dan melepaskannya. Ia meminta maaf karena sudah keterlaluan. Eh, direktur malah minta Sato untuk lebih membencinya. Ia bangkit dan meletakkan tangannya di kedua lengan Sato dan minta diperlakukan kayak orang b*dih lebih lagi.
Ih, Sato ngeri dengarnya. Ia lalu pergi ninggalin direktur.
Sesampainya di luar ia berpikir kalo orang yang merepotkan sudah jatuh cinta padanya.
Direktur mencium aroma kartunya dan menikmatinya. Ia rasa krim tangan Sato punya aroma yang bagus. Ia tersenyum.
Sato terbangun pagi harinya. Dia nepuk-nepuk kedua pipinya dan mencubitnya. Sakit. Dia nggak sedang mimpi ternyata.
Di kantor Sakura jalan sambil mengendap-endap biar nggak ketahuan sama manajer. Percuma. Manajer melihatnya dan memanggilnya.
Dia menanyakan apa yang terjadi kemarin. Sato nggak ngeh. Manajer menyinggung saat Sato dipanggil sama Direktur.
Sato bingung nggak mungkin dia bilang kalo Direktur pingin jadi budaknya. Manajer nanya apa Ditektur meminta Sato jadi pacarnya?
Sato refleks mengiyakan. Eh, sedetik kemudian dia membantahnya. Nggak mungkin.
Manajer juga mikirnya gitu. Ia yakin kalo kriteria Direktur pasti lebih tinggi. Sato membenarkan.
Manajer minta dibuatkan kopi. Sato mengiyakan meski dalam hati ngedumel. Manajer minta gulanya dibanyakin. Sato mengiyakan.
Ia membuka kulkas tapi nggak menemukan bubuk kopinya.
Eh, dia kaget lihat Direktur menaburkan kopi bubuk ke mukanya manajer. Ia kesal. Kenapa juga Sato harus membuatkannha kopi? Lah dia aja belum pernah dibuatin kopi.
Sato datang dan bilang nggak papa. Dia nggak ngeh. Cuman gegara masalah itu?
Direktur minta manajer untuk menyadari posisinya. Ia lalu memberikan toples kopi ke manajer.
Manajer bangkit dan meminta maaf sama Direktur dan juga Sato.
Manajer lalu menatap Sato sambil senyum.
Mereka keluar. Sato malah marah sama Direktur karena telah melakukan hal tadi ke manajer. Ia mengingatkan kalo kemarin kan dia sudah menolaknya??
Direktur ngajak Sato untuk ikut dengannya sebebentar.
Sato sama sekali nggak bisa bilang apa-apa. Tim peneliti membungkuk padanya dan meminta maaf karena nggak bisa melakukan apa-apa. Atas kurangnya kemampuan mereka hingga membuat mereka nggak bisa menyelamatkan anjing Sato.
Dan direktur bahkan sampai bersujud padanya.
Sato memberitahu direktur kalo itu bukan salahnya mereka. Penyakit anjingnya memang sudah parah. Ia meminta agar mereka berhenti melakukannya.
Direktur meminta Sato untuk cerita lebih lanjut mengenai penyakit anjingnya dan mereka akan mengembangkan obat kuratif.
Salah seorang peneliti menegur direktur dan mengingatkan kalo mereka nggak punya banyak waktu luang buat mengembangkan obat-obatan seperti itu.
Direktur bangkit dan menatap tajam tim peneliti. Meski mereka bisa menyelamatkan satu juta jiwa, tapi kalo mereka masih membuat satu orang sedih maka itu akan jadi nggak berarti.
Para tim peneliti nggak berani membantah lagi dan mengiyakan.
Sato berjalan bersama Direktur. Ia meminta maaf atas apa yang ia katakan saat di bar waktu itu. Ia nggak tahu kalo ternyata ada banyak oranh yang terlibat dalam suatu penelitian. Mereka sudah bekerja keras tiap hari buat menyelamatkan kehidupan, tapi ia malah bilang kalo merdka harus bekerja lebih keras.
Direktur merasa nggak masalah. Itu sudah jadi tugas mereka.
Sato juga meminta agar Direktur nggak berlutut lagi padanya.
"Kenapa?"
"Karena...kenapa Direktur harus berlutut ke orang kayak aku di depan karyawan lain?"
Nggak seharusnya direktur mempermalukan diri kayak gitu? Direktur nggak ngerti sama apa yang Sato bicarakan.
Dia mendekat ke Sato dan mendorongnya ke dinding. Menggenggam tangan Sato lalu nenciumnya. Justru karena itu memalukan membuatnya ingin melakukannya lagi.
Sato berpikir kalo ia kehabisan akal buat mengatasi orang kayak direktur. Ia menarik tangannya dan pergi.
Direktur tersenyum menatap Sato.
Sato merasa nggak tenang saat bekerja. Ia merasa b*doh kako sampai bisa terpukau sama direktur biarpun cuman sedetik.
Manajer bertanya siapa yang bisa mengerjakan laporan? Sato bangkit dan akan mengerjakannya.
Manajer melarang dan bilang akan mengerjakannya sendiri.
Sato mengaku nggak keberatan tapi manajer tetap nggak mau memberikannya. Dia nyuruh Sato untuk duduk. Manajer bahkan menawari kopi buat Sato. Ia juga akan membuatkan kopi buat semuanya.
Teman Sato mendekat dan menanyakan apa Sato pacaran sama Direktur? Sato kaget dengarmya. Tapi ternyata semua karyawan sudah membicarakannya. Sato membantahnya.
Sato melihat ke sekitar. Semua orang berbisik-bisik sambil menatapnya.
Teman Sato tersenyum sambil menepuk pundaknya.
Saat jam makan siang juga semua orang mendadak jadi hormat sama Sato. Orang di belakang Sato bahkan membicarakannya secara terang-terangan.
Hal itu membuat Sato merasa nggak nyaman. Tanpa menghabiskan makan siangnya ia lalu pergi dari sana. Dan lagi semua orang jadi hormat banget padanya.
Sato mendatangi Direktur di ruangannya dan minta dikasih istirahat. Ia membungkuk dan memohon ke Direktur.
Direktut yang sedang membaca sebuah dokumen langsung meletakkannya dan minta Sato untuk nggak melakukannya. Ia melarang Sato untuk menundukkan kepala sama budak.
Direktur membungkuk lebih rendah dari Sato. Sato mengaku kalo dia serius. Ia membungkuk lebih rendah lagi.
Direktur bersujud dan minta maaf sama Sato. Sato ikutan sujud. Harusnya dia yang minta maaf.
Direktur langsung tengkurap dan hal itu mengganggu buat Sato. Dia bangkit. Brrasa mau g*la kalo dia sama Direktur.
Dengan santainya Direktur bilang kalo emang itulah tujuannya. Dia pingin membuat Sato jadi lebih g*la lagi. Sampai akhirnya Sato nggak akan bisa melakukan apapun tanpanya.
Sato menghela nafas panjang. Ia memberitahu kalo lama kelamaan Direktur akan gagal jadi seorang budak. Dia pingin mengabdi padanya tapi sebenarnya itu cuman buat kepuasannya sendiri. Direktur bertindak seenaknya dan nggak mempertimbangkan perasaannya.
Direktur mengaku nggak maksud gitu.
Sato merasa kalo Direktur cuman pingin berada dalam kekangan tapi nggak mau dikekang. Ia ngasih tahu kalo itu namanya masokis egois. Ia mengaku nggak butuh budak yang pingin mengendalikan orang lain.
Sato duduk. Direktur mendekat dan minta maaf. Sato mengaku nggak butuh permintaan maafnya. Direktur beralasan kalo dia cuman...
Sato memotong. Dia nggak mau dengar alasan apapun.
Direktur meraih wajah Sato dan mau menciumnya. Sato mendorongnya lalu bangkit. Apa yang mau Direktur lakukan? Sekarang bukan waktu yang tepat buat melakukan hal semacam itu.
Direktur mengatakan kalo setelah Sato memperlakukannya seperti itu malah membuatnya merasa ... . Sato nggak ngerti kenapa Direktur jadi malu gitu?
Direktur meraih kaki Sato dan mau menciumnya. Sato sigap menendangnya. Eh, Direktur malah berterima kasih padanya.
Sato mendekat. Kalo emang direktur adalah budaknya, maka dia akan melakukan semua yang dikatakannya? Direktur membenarkan. Sato lalu memerintahnya untuk nggak lagi mendekatinya. Ia bangkit dan melarang Direktur untuk melanggarnya dan memintanya buat janji.
Sato lewat dan dengan sengaja menginjak perut direktur.
Keesokan harinya sikap Direktur ke Sato berubah. Dingin. Dia hanya diam dan lewat tanpa bilang apa-apa ke Sato. Dia beneran mengikuti apa yang Sato bilang untuk nggak dekat-dekat lagi dengannya. Dan nggak tahu kenapa Sato kayak merasa kehilangan.
Sekretaris Direktur bertanya apa itu tadi?
Direktur tersenyum.
"Aku satu-satunya"
"Apa?"
"Anjingnya"
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊