All content from NETFLIX
Han Na kembali menghisap rokoknya. Hye Bok ngasih tahu kalo cowok itu tetap sekolah walaupun mendapat cupang. Kayaknya dia mau pamer.
Han Na merasa kesal. Dia merasa kalo mereka nggak bisa tinggal diam. Dia ngajak Hye Bok buat balas dendam.
"Balas dendam sama siapa? Aku kan nggak tahu namanya"
"Apa?"
Hye Bok juga ternyata nggak tahu nomor cowok itu. Han Na merasa nggak habis pikir sama Hye Bok.
Hye Bok lalu menanyakan mereka balas dendam pada siapa?
"Ayahmu"
Hye Bok menggaruk kepalanya. Ayah?
Han Na mengiyakan. Ayah macam apa yang twega pada putrinya? Kenapa Hye Bok terima-terima aja rambutnya dipotong gitu aja?
Hye Bok tersenyum menatap Han Na. Seenggaknya dia punya Han Na. Han Na menghela nafas. Dia nggak akan membiarkan ayah Hye Bok lolos gitu aja.
Han Na dan Hye Bok kembali ke rumah. Mereka mengolesi lantai dengan minyak wijen. Tujuannya agar ayahnya terpeleset saat berjalan.
Han Na memakaikan topi ke Hye Bok untuk menutupi rambutnya yang nggak beraturan.
Han Na merasa kalo minyak wijen di lantai saja nggak cukup. Ayah harus terluka sekali-kali. Kali ini mereka menggergaji kaki kursi.
Selanjutnya Han Na menggosok lantai kamar mandi pakai sabun.
Setelah melakukan semua rencana mereka, Han Na pamit. Hye Bok mengantarkannya sampai depan. Mereka saling melambaikan tangan.
Han Na menaiki sepedanya untuk pulang. Tiba-tiba ia berhenti dan mencium tangannya kuat-kuat sehingga mendapatkan tanda seperti yang Hye Bok punya.
Hari sudah pagi. Ayah pulang dan Hye Bok langsung membuka mata. Ayah membuka sepatunya dan masuk rumah.
Hye Bok mendengarkan langkah ayah dari dalam kamarnya. Aneh. Kenapa ayah nggak jatuh?
Hye Bok melongok dari pintu kamarnya. Ayah sedang membuat minum di dapur. Ayah nggak jatuh karena memakai kaos kaki. GAGAL.
Ayah lalu ke kamar mandi. Saat berganti sandal ayah memang sempat terpeleset tapi nggak sampai terjatuh. GAGAL.
Selesai mandi ayah duduk sambil membaca buku. Hye Bok keluar dari kamarnya dan mencuci tangan sambil mengawasi ayah. Ayah nggak jatuh. GAGAL.
Malamnya Han Na datang lagi ke rumah Hye Bok. Ia menendang kursi yang sudah dia gergaji dan langsung patah. Dia makin nggak bisa tenang dan ngajak Hye Bok buat memb*nuh ayahnya.
Han Na mengeluarkan banyak lilin dari dalam tasnya dan menggosokkannya ke lantai. Keduanya mencobanya dan memang licin banget.
Ayah pulang keesokan harinya. Hye Bok melongok dari pintu kamarnya. Aysh nampak terburu-buru dan kali ini nggak melepas sepatunya.
Ayah berjalan menginjak surat panggilan dari pengadilan dan nggak terjatuh. GAGAL. Hhh...Hye Bok hanya bisa menghela nafas lalu kembali ke kamarnya.
Han Na datang lagi pada malam berikutnya. Han Na mengeluhkan kenapa ayah masuk pakai sepatu? Susah amat mau balas dendam?
Hye Bok yang tiduran di pangkuan Han Na membenarkan. Han Na mengambil rokoknya yang sipegang Hye Bok dan mengambil sebatang.
Han Na meminta Hye Bok untuk mencoba rokoknya. Hye Bok nggak mau.
Han Na memberitahu kalo itu juga salah satu bentuk balas dendam. Ngapain takut? Itu bukan masalah besar.
"Coba, gih!"
Hye Bok bangkit dan bersedia mencobanya. Han Na menyalakan korek untuk menyalakan rokok Hye Bok. Hye Bok mulai menghisapnya.
"Gimana rasanya?"
"Rasanya seperti bikin aku berani"
Han Na merasa kalo Hye Bok cocok dengan itu. Hye Bok terus menghisap rokoknya.
Tiba-tiba ada cahaya datang. Keduanya panik. Hye Bok mengira kalo itu ayahnya. Ia langsung melempar rokoknya sementara Han Na bersembunyi di belakang rumah.
Hye Bok mendekat. Ternyata itu bukan ayahnya. Hanya orang yang nanya jalan. Hye Bok memberitahu kalo nggak ada jalan lewat sana dan menyuruh orang itu untuk kembali.
Han Na menghampiri Hye Bok setelah mobil itu pergi. Hye Bok mengaku takut. Kenapa juga orang itu nyasar???
Han Na mengatakan kalo Hye Bok pengecut. Hye Bok merasa kalo Han Na juga sama saja.
"Aku nggak seburuk kamu kali"
Han Na membuang rokoknya dan menginjaknya. Hye Bok mencium bau sedap. Han Na membenarkan. Dia juga. Hye Bok merasa kalo dia lapar. Susah saatnya mereka makan.
Keduanya langsung menoleh ke kandang ayam. Ada api di dalamnya. Keduanya panik.
Han Na masuk dan menginjaknya tapi nggak bisa mati karena apinya terlalu besar. Han Na menyuruh Hye Bok untuk ngambil air.
Hye Bok keluar dan pas balik malah bawa sekop. Dia melempar jerami ke api pakai sekop. Tapi apinya malah tambah besar.
Han Na juga bawa sesuatu untuk mematikan api. Tapi yang dibawa malah sekarung tepung. Dan saat ia menumpahkan isinya, api malah makin besar lagi.
Keduanya buru-buru keluar. Bahaya. Keduanya bibgung mesti ngapain. Mereka lalu membawa seember tanah dan akhirnya api berhasil dipadamkan.
Tanpa keduanya sadari ada seekor ayam yang keluar dari kandang dengan ekor yang terbakar.
Keduanya keluar dari kandang. Hampir saja mereka mati. Han Na menutup pintu kandang dan langsung duduk.
Hye Bok meminta pada Han Na agar berhenti saja sampai disana. Tadi nyaris. Han Na memarahi Hye Bok karena melempar rokok ke kandang ayam.
"Nggak tahu kenapa aku melakukannya"
Hye Bok menangis. Han Na menepuk-nepuk pundaknya dan menenangkannya. Hye Bok juga menyalahkan Han Na yang memintanya untuk mencoba.
Han Na tertawa. Ngapain Hye Bok tadi bawa bawa sekop?
"Mending aku bawa sekop. Lah kamu malah bawa tepung"
"Kita hampir aja mati"
"Aku lelah dan nggak tahu harus ngapain"
"Kamu stres?"
"Iya"
Han Na ngajak Hye Bok buat ke pantai. Kan katanya ke pantai bisa meredakan stes. Hye Bok mau. Mereka lalu bangkit dan berlari ke pantai.
"Aku merasa kalo stresku sudah reda"
"Aku mencium aroma lezat"
"Benar. Bukannya ini aroma ayam goreng? Emangnya ada yang jual ayam goreng di pantai?
Tentu. Semua ada di pantai.
Benarkah? Luar biasa. Ngomong-ngomong apa pekerjaan ayahmu?
Ayahku pengawas kebakaran hutan.
Pengawas kebakaran hutan?
Lihat lagi deh, cingu! Ada api besar Jauh di belakang rumah Hye Bok.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊