Postingan Terbaru

Senin, 31 Juli 2023

Sinopsis King the Land Episode 12

All content from jtbc





Ringkas drama sebelumnya


Sangsik mengajak Da eul, Pyonghwa dan Rowoon untuk berkumpul dan minum-minum.  Mereka juga menelpon Sarang dan Won tapi nggak pada dijawab. Da eul curiga kalo mereka sebenarnya berkencan. Sangsik membantah dan mengingatkan saat di Thailand. Won menyatakan perasaannya tapi ditolak. Padahal ia sudah memberikan banyak nasehat percintaan. Rowoon pikir Sangsik adalah orang yang punya banyak pengalaman. Sangsik menjelaskan tentang dirinya yang intinya ia belum pernah pacaran. 


Mereka berempat sampai di depan rumah. Begitu membuka pintu mereka melihat sepasang sepatu pria. Setelah di rumah mereka makin kaget lagi saat lihat Won dan Sarang berciuman sambil gendongan. Sarang sama Won juga sama kagetnya. 





Setelahnya Sarang dan Won duduk di lantai menghadap Da eul, Pyonghwa dan Rowoon sementara Sangsik duduk di tangga. Mereka menanyakan berapa lama hubungan Sarang dan Won dan kenapa merahasiakannya dari mereka? Rowoon menyela seharusnya mereka mengucapkan selamat dan bukannya memarahi keduanya. 


Da eul dan Pyonghwa meminta mereka untuk lebih jujur ke depannya. Kalo nanti Won bilang kalo ia adalah putra terselubung komisaris, mereka nggak akan percaya. Won akhirnya membenarkan kalo ia adalah putranya komisaris. Awalnya Da eul dan Pyonghwa nggak percaya. Sampai Sarang dan Sangsik membenarkan. Da eul dan Pyonghwa langsung lemas. Mereka mengambil bantal dan minuman untuk Won dan bersikap hormat padanya. 


Karena ini lah Won nggak bisa jujur pada mereka dan minta mereka untuk bersikap sembarangan seperti sebelumnya. Da eul membantah kalo ia bersikap sembarangan. Sarang mengingatkan kalo Da eul selalu nyuruh Won untuk ke barisan belakang. 






Da eul melihat Sangsik dan permisi. Ia mengajaknya bicara di depan dan mengeluhkan sikap Sangsik saat di Thailand. Sangsik sendiri nggak punya pilihan karena harus menurut pada atasan. 


Suasana jadi semakin nggak enak. Rowoon dan Pyonghwa merubah sikapnya ke Won setelah tahu siapa dirinya. Won meminta mereka untuk bersikap biasa aja. Pyonghwa mau memanggil Da eul tapi Won menyuruhnya duduk dan ia yang akan memanggil Da eul. Ia lalu keluar dan melihat Sangsik sedang menangis di jalan. Ia merasa nggak terima Won yang nggak lebih populer dari dirinya bisa punya pacar lebih dulu. 


setelah Won dan Sangsik pergi, Sarang bicara dengan Da eul dan Pyonghwa. Mereka mencemaskan hubungan Sarang dan Won. Bukan karena masalah kasta tapi takut Sarang terlalu cepat mengambil keputusan. Sarang memberitahu kalo Won adalah orang yang ia harapkan. Ia nggak membuatnya kecewa dan selalu ada di sisinya setiap ia butuhkan. Mendengarnya membuat Da eul dan Pyonghwa merasa lega. 









Sangsik membacakan berita perihal acara 100 tahun hotel King. Ia merasa kalo itu karena dirinya yang menjadi perwakilan hotel dengan menyapa tamu. Ia yakin kalo sebentar lagi Won akan bisa menjadi dirut. Won sendiri nggak terlalu bernafsu tentang hal itu. 


Asisten Hwaran dan beberapa stafnya memuji acara 100 tahun hotel King yang diadakan sama Won. Hwaran menanggapinya dengan sinis kalo acara itu nggak menghasilkan uang dan mengatasi krisis grup King. Ia nggak percaya pada Won dan sekarang ia juga nggak percaya pada mereka. Ia memperingatkan kalo hanya pengikutnya yang bisa mengikuti rapat kali ini. 


Dalam rapat ayah juga memuji Won atas acara kemarin. Asistennya Hwaran memberitahu kalo penjualan, laba bersih, dan nilai saham grup secara keseluruhan masih jalan di tempat. Ayah merasa kalo itu sudah cukup bagus. Asistennya Hwaran meralat kalo sebenarnya indeks harga dan suku bunga melemah. Hwaran merencanakan untuk memangkas anggaran alih-alih meningkatkan penjualan. Won nggak sependapat dengan Hwaran. Dalam rapat selanjutnya ayah ingin Hwaran dan Won membuat laporan masing-masing cara mereka untuk mengelola perusahaan dengan atau tanpa pemangkasan anggaran. 


Usai rapat, semua direksi pergi bersama Hwaran sedang Won hanya punya Sangsik. Meski begitu Sangsik yakin kalo mereka bisa melakukannya. 




Atasannya Pyonghwa pamit karena akan bergabung dengan kantor pusat. Setelah turun dari pesawat, Pyonghwa menemuinya dan menuntutnya meminta maaf karena sudah memanfaatkannya menaikkan penjualan tanpa berniat mempromosikannya. Atasan Pyonghwa menyinggung tentang rahasia yang selama ini Pyonghwa simpan kalo ia seorang janda. Pyonghwa nggak bisa bilang apa-apa. Ia hanya mengepalkan tangannya geram. Sebelumnya Sarang dan Da eul menemaninya mengajukan permohonan pembatalan pernikahan. Jadi ternyata pacarnya Pyonghwa mendaftarkan pernikahan karena Pyonghwa minta putus. Pyonghwa sendiri iseng mengisinya di hari 100 jadian mereka. Kata petugasnya pernikahan mereka nggak bisa dibatalkan. Satu-satunya cara hanyalah bercerai. Sarang menyesalkan, menikah aja belum masa sudah bercerai. 






Hwaran menemui pak Park, anggota DPR yang sebelumnya nggak dipanggil untuk memberi sambutan di acara hotel King. Sarang menyajikan makanan dan minuman. Pak Park protes karena Sarang melayani pindah-pindah dari kiri ke kanan dan membuatnya pusing. Sarang memberitahu kalo King The Land, melayani berdasarkan gaya pelayanan kerajaan Eropa, yaitu sebelah kanan untuk minuman, dan sebelah kiri untuk makanan. Ia menanyakan pak Park maunya dilayani dari sisi mana? 


Pak Park makin marah. Ia yang tadi terus mengacungkan pisau ke Sarang sekarang malah melemparkan serbet padanya dan mengeluhkan cara Hwaran mengajari stafnya. Hwaran mengangkat tangannya memanggil manajer dan menyuruhnya untuk memecat Sarang. Won datang dan berusaha untuk menengahi. Ia memberitahu pak Park kalo etika jamuan resmi terbentuk sejak pemerintahan Ratu Victoria dari abad ke-19. Itu di sebut tata trama. Pisau adalah versi kecil dari pedang, sehingga mata pisau dilarang diletakkan mengarah tamu. Melempar saputangan berarti menyatakan perkelahian, sehingga serbet yang berfungsi sebagai saputangan dilarang dilempar. 


Intinya Won ingin bilang kalo pak Park nggak punya tata trama. Pak Park menilai kalo Won nggak bisa berbisnis. Ia lalu pergi. Hwaran marah ke Won yang lancang padanya hanya demi melindungi staf rendahan. Tapi agi Won, Sarang adalah staf berharga dan bukannya staf rendahan. Ia akan melindungi stafnya selama ia berwenang di sana. Hwaran ragu kalo hanya staf, karena buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Ia ingat kalo demi Sarang juga Won memakai helikopter. Setelah Hwaran pergi, Won minta manajer Jeon untuk melindungi stafnya lebih dulu kalo hal seperti itu terjadi lagi. 




Sarang dan rekannya beberes sambil membicarakan pak park. Mereka sangat lelah dan berencana untuk makan bersama. Sarang nyuruh mereka untuk pergi dan ia akan menyelesaikan pekerjaan. Mereka menganggap Sarang sebagai tim dan mengajaknya untuk segera menyelesaikannya agar mereka bisa pergi bersama. Sarang merasa terharu ia diajak juga. 


Di tempat makan mereka memuji obat yang Sarang belikan dari Thailand. Mereka mengakui kalo awalnya mereka nggak menyukainya karena ia naik hanya berdasarkan perintah komisaris, sedang mereka naik dengan bersusah payah. Tapi setelah bekerja sama mereka menyadari kalo Sarang memang pantas naik. Setelahnya mereka memuji Won atas yang dilakukan dah hadiah yang diberikan. Jadi perusahaan memberikan bonus 1 juta ke semua staf. 




Selesai acara hujan turun. Yang lain pulang naik taksi sementara Sarang mau naik bus. Karena nggak bawa payung, ia mau ke halte sambil hujan-hujanan. Tahu-tahu Won muncul sambil bawa payung. Ia menjemput Sarang karena hujan turun. Dari tadi ia menunggu karena nggak mau mengganggu Sarang dengan para rekannya. Sarang merasa kalo sekarang ia sudah diterima. Ia juga berpikir kalo tadi itu acara untuknya. Won merasa kalo Sarang memang sudah diakui, tinggal menghancurkan tembok pertahanan mereka aja. 


Sarang menanyakan Hwaran yang kelihatan marah banget tadi. Won sih nggak peduli. Kalo  tamu adalah raja, harusnya sikapnya juga kayak raja. Keduanya lalu berjalan bersama di bawah payung. Sebuah mobil melintas melewati genangan. Won sigap melindungi Sarang menggunakan payungnya. Lah habis itu mobil lain melintas dan punggung Won jadi kena ciprat. 




Di rumah, Sarang kaget lihat sesuatu di laptop. Won khawatir dan menghampirinya tanpa sempat mengancingkan bajunya terlebih dahulu. Melihat Won membuat Sarang merasa malu. Ia menghindar dengan alasan mau membuat kopi. Won malah menggodanya dan minta Sarang untuk tanggung jawab karena membuatnya nggak bisa menahan diri. Ia lalu mencium Sarang. 


Hwaran memanggil Sangsik dan memintanya untuk memberitahu semua hal tentang Won dari masalah pekerjaan hingga privasi. Sebagai gantinya ia akan membantunya naik. Sangsik meminum kopinya kemudian bertanya sampai setinggi apa Hwaran akan membawanya naik? 




Da eul pulang ke rumah setelah belanja. Adik iparnya mengobrak-abrik lemarinya karena mau pinjam baju karena mau ke acara reuni. Ia juga pinjam tas dan sepatunya. Nggak hanya pinjam baju, sepatu dan tas, ia juga nyuruh Da eul untuk mengasuh anaknya. Malamnya ia mengadukannya ke suaminya tapi suaminya malah belain adiknya dan bilang kalo Da eul pelit. Setelahnya mertuanya Da eul datang. Seperti anak-anaknya mereka minta makan ini dan itu. 


Merasa ingin istirahat, Da eul ke rumahnya Sarang. Ia menasehati agar Sarang jangan menikah. Sarang hanya tersenyum dan mengungkit kalo dulu Da eul menyuruhnya untuk segera menikah. Da eul merasa kalo pemikirannya waktu itu salah. Dan betapa berartinya kebebasan. 






Anak perempuan dari tamu kehilangan bonekanya. Manajer Kim menyampaikan kalo divisi kamar nggak bisa menemukannya dan meminta maaf. da apa denganmu? Sarang melihatnya dan menenangkan akan membantu mencarinya. Ia lalu mencari di tumpukan selimut. Bu Okja melihatnya dan memberitahu kalo divisi kamar sudah mencarinya dan nggak ketemu. Sarang minta bu Okja untuk meluangkan waktu nanti kapanpun ia bisa. 


Akhirnya Sarang menemukannya dan memberikannya pada anak itu. Anak itu sangat senang dan memeluk Sarang dan berterima kasih. 


Setelahnya Sarang menemui bu Okja. Bu Okja menegur Sarang yang asal membuat janji dengan tamu. Ia bekerja terlalu keras dan nggak ada yang ingat. Sarang nggak masalah karena ia ingat. selanjutnya Sarang bertanya tentang ibunya WOn, Han Miso. Ternyata bu Okja mengenalnya. Ia adalah temannya. Ia pemberani, cantik dan baik hati. 







Siangnya Sarang janjian ketemu sama Won. Ia sampai lebih dulu. Won tahu-tahu datang dan mengagetkannya. Ia tampak terengah-engahkarena habis lari. Jalanan macet dan ia meninggalkan mobilnya. Ia merasa sangat semangat karena ini adalah kali pertama Sarang mengajaknya bertemu dan menunggunya. Biasanya kan ia yang seringnya mengajak ketemu dan menunggunya. Sarang mau mengajak Won ke suatu tempat. Tanpa bertanya kemana, Won langsung mengajaknya pergi. Won lalu bangkit mau mengambil mobil. Sarang juga mau ikut. 


Sarang mengajak Won ke laut. Bukan karena ia ingin melihat laut tapi karena ia merindukan ibunya. Tiap kali ia merindukan ibunya, ia dan neneknya selalu ke pantai. Ia merasa kalo ibunya ada di ufuk sana. Mendengarnya malah membuat Won merasa sedih. Sarang memberitahu kalo itu sudah lama. Lalu suatu hari PLTA itu dibangun. Saat Sarang masih kecil, itu seperti baling-baling raksasa, seakan itu bisa membawanya terbang ke tempat ibunya berada. Tapi nggak mungkin bisa jalan di atas laut, ia ingin pulang dan tiba-tiba laut terbelah membuka jalan. Saat itu ia merasa kalo Tuhan mendengarkan dianya meski ia nggak bisa benar-benar bertemu dengan ibunya. Sejak saat itu jalan itu menjadi jalannya untuk bertemu Ibunya. 


Selanjutnya Sarang mengajak Won untuk berjalan bersama. Ia lalu memberikan selembar foto pada Won. Itu adalah foto ibunya yang diberikan sama bi Kim Okja, staf di ruang penatu, teman lama ibunya. Saat ibunya ke Seoul nanti, ia nyuruh Sarang untuk menemuinya. Ia nggak mau Won menyesal seperti dirinya. 


Won berjalan dan melihat foto itu lagi sambil nangis. 




Jihu, anaknya Hwaran tiba di Korea. Hwaran sendiri sedang bicara dengan suaminya yang meminta cerai. Hwaran sudah bilang kalo ia nggak bisa sekarang tapi suaminya nggak bisa menunggu dan ingin sekarang. Jihu lalu menelpon. Hwaran pulang dan menemui Jihu. Jihu pulang karena merindukan ibunya tapi ibunya malah memarahinya karena membuatnya tambah pusing. Jihu tertunduk dan meminta maaf. Hwaran menyuruhnya kembali kalo memang merasa bersalah. 





Mendadak manajer Jeon menyampaikan ke Sarang kalo ia dipindahkan ke tim impian, tempat tertinggi di hotel King. Tim itu bertugas mendampingi acara pribadi komisaris. Hanya staf terbaik yang bisa ke sana. 


Dalam perjalanan menuju ke sana, Sarang nggak diijinkan untuk bertanya. Mereka ke rumah komisaris. Sebelum acara Sarang dan yang lain memakai seragam yang kelihatannya seperti pakaian ART. Bersama yang lain ia membawa makanan menuju tempat jamuan. Ada Won juga di sana bersama dengan Yuri dan ayahnya, komisaris hotel First Royal. Dan saat ayahnya Won menyinggung tentang pernikahan Won dan Yuri, Sarang yang terkejut secara nggak sengaja menjatuhkan piring yang dipegangnya. Matanya merah menatap Won. 


Ringkas drama selanjutnya

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊