All content from iQiyi
Lin Lu masuk ke toilet dengan marah-marah. Ia ngomong di depan cermin. Kalo Lian Sem berani menciumnya sekali lagi maka ia akan menghajarnya.
Tiba-tiba Fang keluar. Lin Lu langsung berubah takut. Dia mau menyapa Fang tapi malah dicuekin. Fang berjalan begitu saja meninggalkannya.
Lin Lu ikut keluar mengejar Fang. Fang berhenti berjalan dan menatap Lin Lu. Kalo mau minta maaf lupakan.
Lin Lu mengaku ingin menjelaskan sesuatu. Fang menanyakan apa yang ingin Lin Lu jelaskan padanya. Apa Lin Lu cuman berakting?
Lin Lu bertanya-tanya kalo dia bilang maka dia akan melanggar kontrak. Kalo itu sampai terjadi...
Lin Lu bekerja di restoran dan menyajikan minum ke pelanggan. Ternyata orang itu adalah Lian Sen. Dia meminta uang pelanggaran kontrak pada Lin Lu. Lin Lu kaget dan langsung pingsan.
Lin Lu di rumah sakit merawat Lin Cheng. Lian Sen tahu-tahu datang meminta uang pelanggaran kontrak. Lin Lu kaget dan langsung pingsan.
Lin Lu berjalan tiba-tiba Lian Sen menariknya. Lin Lu memohon agar Lian Sen melepaskannya. Ia sudah mengikutinya sepanjang jalan.
Lin Lu mengaku nggak punya uang sepeserpun. Lian Sen nggak peduli dan tetap minta uang pelanggaran kontrak. Saat itu juga Lin Lu langsung pingsan.
Lin Lu bilang ke Fang kalo dia nggak bisa akting. Dia cuman mau bilang kalo ... .
Fang nggak peduli. Ia menanyakan sejak kapan Lin Lu bersama dengan Lian Sen. Lin Lu menjawab sejak dua hari lalu.
Fang kembali berjalan dan mencibir. Dua hari yang lalu? Sama dengan pertemuan pertama mereka. Fang nggak ngerti kenapa saat itu Lin Lu nggak berani memberitahunya.
Lin Lu nggak bisa menjawab secara rinci. Intinya hanya terjadi kesalahpahamam. Fang mengira kalo mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Lin Lu rasa nggak juga.
Fang kembali menanyakan apa Lin Lu menyukai Lian Sen?
Lin Lu nggak bisa langsung menjawabnya. Fang melarang Lin Lu bersama Lian Sen kalo memang dia masih ragu.
Lin Lu nggak bisa mengatakannya untuk sementara waktu. Ia menatap Fang dan ingin mengatakan yang sebenarnya.
Tapi Lian Sen tahu-tahu datang dan menutup mulutnya. Dia menatap Fang dan menanyakan apa yang ingin ia bicarakan.
Nggak lama kemudian Lian Sen sudah duduk bersama Fang. Lin Lu membawakan minum untuk Fang lalu pergi.
Fang memberitahu kalo kerjasama Lian Sen dengan Fang akan putus. Ia mengaku akan mencoba yang terbaik. Lian Sen hanya senyum dan mengaku tahu.
Fang menyinggung Lin Lu yang menurutnya sangat imut tapi ngomongnya dikit. Ia lalu pamit.
Lin Lu datang lagi membawakan minum buat Lian Sen. Ia berniat mengantar Fang tapi Lian Sen melarangnya. Ia menyuruh Lin Lu untuk menutup pintu dan duduk di sampingnya. Lin Lu menurut.
Lin Lu menatapnya sinis dan membuatnya takut. Ia pun duduk agak jauhan.
Lin Lu merasa nggak habis pikir. Fang itu cantik dan baik tapi kenapa Lian Sen malah menandatangani kontrak dengannya? Jangan-jangan Lian Sen ingin menjadikannya sebagai tameng?
Lian Sen mengaku nggak ingin mengulangi untuk yang ketiga kalinya. Ia meminta Lin Lu untuk mendengarkannya baik-baik. Dia nggak menyukai Fang Qiao dan nggak akan bersamanya.
Ia meminta Lin Lu untuk nggak berusaha membatalkan kontrak. Bersihkan semua untuknya kalo enggak,... menurut pasal 14 dalam kontrak, apabila pihak A atau pihak B ingin membatalkan kontrak, maka harus melewati persetujuan dari pihak A.
Tandatangan dikonfirmasi dengan baik. Tapi bila pihak B ingin nengakhiri kontrak secara sepihak, maka dianggap nggak sah.
Lin LU nggak terima. Dia kan nggak mengungkit masalah kontrak?? Tapi karena Lian Sen sudah mengungkitnya maka ia akan mengatakannya.
Lin Lu mengaku nggak puas atas apa yang telah Lian Sen lakukan kemarin. Ia merasa harus menambahkan ketentuan lain.
Pihak A nggak boleh melakukan kontak fisik dengan pihak B dan berpikir untuk mencoba. Pegangan tangan, ciuman, bahkan merangkul bahunya juga nggak boleh. Kalo enggak maka perjanjian kontrak akan ... .
Lin Lu menyadari kalo dia nggak punya sesuatu untuk ancaman dan mengatakan itu sudah cukup. Apa Lian Sen sudah menulisnya?
Lian Sen mengangguk. Lin Lu mendekat dan ingin membacanya. Pihak B nggak akan mengungkapkan hubungan kerja dengan pihak A ke orang ketiga.
Jika pihak B gagal maka pihak B harus mengembalikan semua remunerasi ke pihak A. Dan membayar kompensasi 6 kali lipat.
Lin Lu nggak setuju. Itu nggak adil. Lian Sen santai. Menurutnya mulut orang lain dikendalikan oleh otak tapi mulut Lin Lu hanya bisa dikendalikan oleh uang.
Lin Lu menawar jadi 2 kali lipat. Lian sen malah menaikkannya jadi 10 kali lipat. Lin Lu lalu setuju dengan 6 kali lipat.
Deal. Dia janji kalo nggak akan mengatakannya meskipun ia terbunuh.
Lian Sen meminta Lin Lu untuk mengatakannya berkali-kali. Ia nggak akan mengatakannya meskipun ia terbunuh.
Dan saat Jing Jing menanyakan gimana bisa Lin Lu punya hububgan dengan Presdir ia buru-buru menutup mulutnya pakai bantal.
Lin Lu mengunjungi Lin Cheng di rumah sakit. Bibinya memintanya untuk cerita pelan-pelan gimana sekarang dia bisa jadi sangat mampu? Lin Lu hanya tersenyum dan bilang nggak akan mengatakannya.
Lin Lu baru pulang dan berpapasan dengan Liang. Liang menanyakan apa yang Lin Lu lakukan? Lin Lu menutup mulutnya dan langsung masuk.
Saat tidur pun Lin Lu menutup mulutnya. Tiba-tiba dia bangun dan janji nggak akan mengatakannya.
Lin Lu berjalan sambil mengirim pesan ke Lian Sen. Ia mengarang cerita pertemuan pertama mereka di game Love 020. Lian Sen tiba-tiba melamarnya dan mereka bekerjasama tiap hari.
2 orang yang saling mencintai. Lin Lu nggak nyangka kalo dalam kehidupan nyata Lian Sen adalah Presdir yang dingin dan sombong dan ia seorang adik kecil.
Lin Lu menanyakan pendapat Lian Sen tentang rencananya.
Lian Sen membaca semua pesan dari Lin Lu lalu menulis, sedikit bicara sedikit kesalahan. Eh, nggak jadi, ding.
Lian Sen menghapus pesannya dan membiarkan semua sesuai keinginan Lin Lu aja.
Lin Lu kesal karena Lian Sen nggak membalas pesannya. Akhirnya ia mengirimkan pesan suara.
Kenapa Lian Sen diam saja? Shan Shan akan datang. Dan Lian Sen tetap nggak menanggapinya.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di dekat Lin Lu. Sopirnya keluar dan menyampaikan kalo Presiden ingin ketemu sama Lin Lu.
Nggak lama kemudian Lin Lu sudah ada di rumah ayah Lian Sen. Ia menceritakan pertemuannya dengan Lian Sen melalui dunia maya.
Panjang banget perjalanan mereka yang Lin Lu ceritakan sampai membuat ayah pusing. Dan tiap kali ayah mau ngomong selalu dilarang sama Lin Lu. Ayah makin pusing jadinya.
Ayah meminum tehnya dan meletakkan cangkirnya dengan agak keras sehingga membuat Lin Lu takut. Mana Lian Sen belum datang lagi.
Ayah menyampaikam kalo makan malam sudah siap. Mereka akan bicara lagi sambil makan. Lin Lu mengangguk. Ayah menanyakan impian Lin Lu. Lin Lu menjawab menghasilkan uang.
Ayah bertanya lagi, apa yang sangat ingin lakukan saat ini? Lagi-lagi Lin Lu menjawab menghasilkan uang.
Ayah rada gedeg dengarnya. Menurutnya anak muda memang perlu tahu cara bermimpi dan jangan dibtasi oleh kebingungan yang ada. Kalo enggak maka akan tersesat.
Sekali lagi ayah menanyakan hal lain yang ingin Lin Lu lakukan selain menghasilkan uang. Lin Lu memikirkannya. Sambil senyum menghayal ia memberitahu, berbaring dan menghitung uang. Lah???
Ayah nggak bisa bilang apa-apa lagi selain menghela nafas.
Ayah menyimpulkan kalo Lin Lu dekat dengan anaknya karena uang. Dalam hati Lin Lu membenarkan. Tapi ia juga nggak bisa mengatakannya. Tiba-tiba Lian Sen datang.
Ayah menanyakan kenapa Lian Sen datang. Dengan senyum lebar Lian Sen bilang kalo dia akan menjemput pacarnya.
Ayah hanya menghela nafas. Lian Sen menarik Lin Lu dan membawanya pergi.
Dalam perjalanan Lin Lu mengeluh karena Lian Sen nggak juga datang. Untungnya dia sudah menyusun kisah cinta dengan sangat baik.
Lian Sen mendengarkannya sambil senyum. Lin Lu menjanjikan kalo ayah nggak akan curiga. Tapi dia punya permintaan kecil.
Apa? Lin Lu mengaku lapar. Mereka bisa makan sambil minum.
Lin Lu mengajak Lian Sen ke klub malam. Lin Lu minum sampai mabuk dan menceritakan tentang hubungannya dengan Lian Sen. Gimana Lian Sen dimatanya.
Lian Sen menyalakan ponselnya dan merekam apa yang dikatakan Lin Lu. Lin Lu menyadari Lian Sen merekamnya dan marah. Ia mematikannya dan memberikan ponsel itu ke Lian Sen. Apa Lian Sen menyukainya?
Lin Lu menyandarkan tubuhnya dan mencubit pipi Lian Sen. Ia menasehati Lian Sen agar menjauh dari Lian Sen saat ketemu. Ia juga menyinggung saat Lian Sen menciumnya.
Lian Sen menanyakan tempat tinggal Lin Lu dan berniat mengantarkannya. Lin Lu malah bilang kalo dia tinggal di hati Lian Sen. Habis itu Lin Lu malah muntah di baju Lian Sen. Hadeuh.
Lian Sen menutup mulut Lin Lu biar nggak muntah lagi. Melihat muntahan Lin Lu di bajunya malah membuatnya ingin muntah juga.
Hari sudah pagi. Lin Lu tidur di dalam kantung tidur. Saat bangun dia bingung ada dimana dan kepalanya terasa pusing. Ia membuka kantung tidurnya dan mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.
Lian Sen menggendong Lin Lu ke rumahnya. Lin Lu terus menyanyi nggak jelas. Lian Sen menidurkannya. Tapi saat ia mau melepaskannya tapi malah nggak bisa. Lin Lu terus memeluknya dan menganggapnya sebagai Jing jing.
Lin Lu ingat semuanya dan merasa malu banget. Kenapa dia sangat agresif? Lin Lu melepaskan kantung tidurnya.
Lian Sen tahu-tahu datang pakai baju handuk. Lin Lu merasa geli. Ia menutup kedua matanya. Apa Lian Sen pakai baju di dalamnya? Lian Sen nggak bilang apa-apa dan hanya tersenyum.
Bersambung...
Tiba-tiba Fang keluar. Lin Lu langsung berubah takut. Dia mau menyapa Fang tapi malah dicuekin. Fang berjalan begitu saja meninggalkannya.
Lin Lu ikut keluar mengejar Fang. Fang berhenti berjalan dan menatap Lin Lu. Kalo mau minta maaf lupakan.
Lin Lu mengaku ingin menjelaskan sesuatu. Fang menanyakan apa yang ingin Lin Lu jelaskan padanya. Apa Lin Lu cuman berakting?
Lin Lu bertanya-tanya kalo dia bilang maka dia akan melanggar kontrak. Kalo itu sampai terjadi...
Lin Lu bekerja di restoran dan menyajikan minum ke pelanggan. Ternyata orang itu adalah Lian Sen. Dia meminta uang pelanggaran kontrak pada Lin Lu. Lin Lu kaget dan langsung pingsan.
Lin Lu di rumah sakit merawat Lin Cheng. Lian Sen tahu-tahu datang meminta uang pelanggaran kontrak. Lin Lu kaget dan langsung pingsan.
Lin Lu berjalan tiba-tiba Lian Sen menariknya. Lin Lu memohon agar Lian Sen melepaskannya. Ia sudah mengikutinya sepanjang jalan.
Lin Lu mengaku nggak punya uang sepeserpun. Lian Sen nggak peduli dan tetap minta uang pelanggaran kontrak. Saat itu juga Lin Lu langsung pingsan.
Lin Lu bilang ke Fang kalo dia nggak bisa akting. Dia cuman mau bilang kalo ... .
Fang nggak peduli. Ia menanyakan sejak kapan Lin Lu bersama dengan Lian Sen. Lin Lu menjawab sejak dua hari lalu.
Fang kembali berjalan dan mencibir. Dua hari yang lalu? Sama dengan pertemuan pertama mereka. Fang nggak ngerti kenapa saat itu Lin Lu nggak berani memberitahunya.
Lin Lu nggak bisa menjawab secara rinci. Intinya hanya terjadi kesalahpahamam. Fang mengira kalo mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Lin Lu rasa nggak juga.
Fang kembali menanyakan apa Lin Lu menyukai Lian Sen?
Lin Lu nggak bisa langsung menjawabnya. Fang melarang Lin Lu bersama Lian Sen kalo memang dia masih ragu.
Lin Lu nggak bisa mengatakannya untuk sementara waktu. Ia menatap Fang dan ingin mengatakan yang sebenarnya.
Tapi Lian Sen tahu-tahu datang dan menutup mulutnya. Dia menatap Fang dan menanyakan apa yang ingin ia bicarakan.
Nggak lama kemudian Lian Sen sudah duduk bersama Fang. Lin Lu membawakan minum untuk Fang lalu pergi.
Fang memberitahu kalo kerjasama Lian Sen dengan Fang akan putus. Ia mengaku akan mencoba yang terbaik. Lian Sen hanya senyum dan mengaku tahu.
Fang menyinggung Lin Lu yang menurutnya sangat imut tapi ngomongnya dikit. Ia lalu pamit.
Lin Lu datang lagi membawakan minum buat Lian Sen. Ia berniat mengantar Fang tapi Lian Sen melarangnya. Ia menyuruh Lin Lu untuk menutup pintu dan duduk di sampingnya. Lin Lu menurut.
Lin Lu menatapnya sinis dan membuatnya takut. Ia pun duduk agak jauhan.
Lin Lu merasa nggak habis pikir. Fang itu cantik dan baik tapi kenapa Lian Sen malah menandatangani kontrak dengannya? Jangan-jangan Lian Sen ingin menjadikannya sebagai tameng?
Lian Sen mengaku nggak ingin mengulangi untuk yang ketiga kalinya. Ia meminta Lin Lu untuk mendengarkannya baik-baik. Dia nggak menyukai Fang Qiao dan nggak akan bersamanya.
Ia meminta Lin Lu untuk nggak berusaha membatalkan kontrak. Bersihkan semua untuknya kalo enggak,... menurut pasal 14 dalam kontrak, apabila pihak A atau pihak B ingin membatalkan kontrak, maka harus melewati persetujuan dari pihak A.
Tandatangan dikonfirmasi dengan baik. Tapi bila pihak B ingin nengakhiri kontrak secara sepihak, maka dianggap nggak sah.
Lin LU nggak terima. Dia kan nggak mengungkit masalah kontrak?? Tapi karena Lian Sen sudah mengungkitnya maka ia akan mengatakannya.
Lin Lu mengaku nggak puas atas apa yang telah Lian Sen lakukan kemarin. Ia merasa harus menambahkan ketentuan lain.
Pihak A nggak boleh melakukan kontak fisik dengan pihak B dan berpikir untuk mencoba. Pegangan tangan, ciuman, bahkan merangkul bahunya juga nggak boleh. Kalo enggak maka perjanjian kontrak akan ... .
Lin Lu menyadari kalo dia nggak punya sesuatu untuk ancaman dan mengatakan itu sudah cukup. Apa Lian Sen sudah menulisnya?
Lian Sen mengangguk. Lin Lu mendekat dan ingin membacanya. Pihak B nggak akan mengungkapkan hubungan kerja dengan pihak A ke orang ketiga.
Jika pihak B gagal maka pihak B harus mengembalikan semua remunerasi ke pihak A. Dan membayar kompensasi 6 kali lipat.
Lin Lu nggak setuju. Itu nggak adil. Lian Sen santai. Menurutnya mulut orang lain dikendalikan oleh otak tapi mulut Lin Lu hanya bisa dikendalikan oleh uang.
Lin Lu menawar jadi 2 kali lipat. Lian sen malah menaikkannya jadi 10 kali lipat. Lin Lu lalu setuju dengan 6 kali lipat.
Deal. Dia janji kalo nggak akan mengatakannya meskipun ia terbunuh.
Lian Sen meminta Lin Lu untuk mengatakannya berkali-kali. Ia nggak akan mengatakannya meskipun ia terbunuh.
Dan saat Jing Jing menanyakan gimana bisa Lin Lu punya hububgan dengan Presdir ia buru-buru menutup mulutnya pakai bantal.
Lin Lu mengunjungi Lin Cheng di rumah sakit. Bibinya memintanya untuk cerita pelan-pelan gimana sekarang dia bisa jadi sangat mampu? Lin Lu hanya tersenyum dan bilang nggak akan mengatakannya.
Lin Lu baru pulang dan berpapasan dengan Liang. Liang menanyakan apa yang Lin Lu lakukan? Lin Lu menutup mulutnya dan langsung masuk.
Saat tidur pun Lin Lu menutup mulutnya. Tiba-tiba dia bangun dan janji nggak akan mengatakannya.
Lin Lu berjalan sambil mengirim pesan ke Lian Sen. Ia mengarang cerita pertemuan pertama mereka di game Love 020. Lian Sen tiba-tiba melamarnya dan mereka bekerjasama tiap hari.
2 orang yang saling mencintai. Lin Lu nggak nyangka kalo dalam kehidupan nyata Lian Sen adalah Presdir yang dingin dan sombong dan ia seorang adik kecil.
Lin Lu menanyakan pendapat Lian Sen tentang rencananya.
Lian Sen membaca semua pesan dari Lin Lu lalu menulis, sedikit bicara sedikit kesalahan. Eh, nggak jadi, ding.
Lian Sen menghapus pesannya dan membiarkan semua sesuai keinginan Lin Lu aja.
Lin Lu kesal karena Lian Sen nggak membalas pesannya. Akhirnya ia mengirimkan pesan suara.
Kenapa Lian Sen diam saja? Shan Shan akan datang. Dan Lian Sen tetap nggak menanggapinya.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di dekat Lin Lu. Sopirnya keluar dan menyampaikan kalo Presiden ingin ketemu sama Lin Lu.
Nggak lama kemudian Lin Lu sudah ada di rumah ayah Lian Sen. Ia menceritakan pertemuannya dengan Lian Sen melalui dunia maya.
Panjang banget perjalanan mereka yang Lin Lu ceritakan sampai membuat ayah pusing. Dan tiap kali ayah mau ngomong selalu dilarang sama Lin Lu. Ayah makin pusing jadinya.
Ayah meminum tehnya dan meletakkan cangkirnya dengan agak keras sehingga membuat Lin Lu takut. Mana Lian Sen belum datang lagi.
Ayah menyampaikam kalo makan malam sudah siap. Mereka akan bicara lagi sambil makan. Lin Lu mengangguk. Ayah menanyakan impian Lin Lu. Lin Lu menjawab menghasilkan uang.
Ayah bertanya lagi, apa yang sangat ingin lakukan saat ini? Lagi-lagi Lin Lu menjawab menghasilkan uang.
Ayah rada gedeg dengarnya. Menurutnya anak muda memang perlu tahu cara bermimpi dan jangan dibtasi oleh kebingungan yang ada. Kalo enggak maka akan tersesat.
Sekali lagi ayah menanyakan hal lain yang ingin Lin Lu lakukan selain menghasilkan uang. Lin Lu memikirkannya. Sambil senyum menghayal ia memberitahu, berbaring dan menghitung uang. Lah???
Ayah nggak bisa bilang apa-apa lagi selain menghela nafas.
Ayah menyimpulkan kalo Lin Lu dekat dengan anaknya karena uang. Dalam hati Lin Lu membenarkan. Tapi ia juga nggak bisa mengatakannya. Tiba-tiba Lian Sen datang.
Ayah menanyakan kenapa Lian Sen datang. Dengan senyum lebar Lian Sen bilang kalo dia akan menjemput pacarnya.
Ayah hanya menghela nafas. Lian Sen menarik Lin Lu dan membawanya pergi.
Dalam perjalanan Lin Lu mengeluh karena Lian Sen nggak juga datang. Untungnya dia sudah menyusun kisah cinta dengan sangat baik.
Lian Sen mendengarkannya sambil senyum. Lin Lu menjanjikan kalo ayah nggak akan curiga. Tapi dia punya permintaan kecil.
Apa? Lin Lu mengaku lapar. Mereka bisa makan sambil minum.
Lin Lu mengajak Lian Sen ke klub malam. Lin Lu minum sampai mabuk dan menceritakan tentang hubungannya dengan Lian Sen. Gimana Lian Sen dimatanya.
Lian Sen menyalakan ponselnya dan merekam apa yang dikatakan Lin Lu. Lin Lu menyadari Lian Sen merekamnya dan marah. Ia mematikannya dan memberikan ponsel itu ke Lian Sen. Apa Lian Sen menyukainya?
Lin Lu menyandarkan tubuhnya dan mencubit pipi Lian Sen. Ia menasehati Lian Sen agar menjauh dari Lian Sen saat ketemu. Ia juga menyinggung saat Lian Sen menciumnya.
Lian Sen menanyakan tempat tinggal Lin Lu dan berniat mengantarkannya. Lin Lu malah bilang kalo dia tinggal di hati Lian Sen. Habis itu Lin Lu malah muntah di baju Lian Sen. Hadeuh.
Lian Sen menutup mulut Lin Lu biar nggak muntah lagi. Melihat muntahan Lin Lu di bajunya malah membuatnya ingin muntah juga.
Hari sudah pagi. Lin Lu tidur di dalam kantung tidur. Saat bangun dia bingung ada dimana dan kepalanya terasa pusing. Ia membuka kantung tidurnya dan mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.
Lian Sen menggendong Lin Lu ke rumahnya. Lin Lu terus menyanyi nggak jelas. Lian Sen menidurkannya. Tapi saat ia mau melepaskannya tapi malah nggak bisa. Lin Lu terus memeluknya dan menganggapnya sebagai Jing jing.
Lin Lu ingat semuanya dan merasa malu banget. Kenapa dia sangat agresif? Lin Lu melepaskan kantung tidurnya.
Lian Sen tahu-tahu datang pakai baju handuk. Lin Lu merasa geli. Ia menutup kedua matanya. Apa Lian Sen pakai baju di dalamnya? Lian Sen nggak bilang apa-apa dan hanya tersenyum.
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊