All content from iQiyi
Lin Lu minum di atap bareng Jing Jing dan Liang. Jing Jing mengangkat gelas dan mengajak bersulang untuk merayakan promosi dan kenaikan gaji Liang Ge. Ia juga mengucapkan selamat pada Lin Lu atas perubahannya daru burung pipit jadi burung Phoenix.
Lin Lu meminta agar Jing Jing nggak usah ngomong lagi. Lebih baik mereka bersulang buat promosi Liang Ge.
Mereka bertiga sama-sama minum. Jing Jing kembali menuang buat yang kedua. Dia mendoakan agar Lin Lu bahagia bersama Presdir untuk waktu yang lama.
Anehnya Liang melarang Lin Lu buat minum lagi. Alasannya karena dia hampir mabuk. Dan lagi minum alkohol itu nggak baik. Jibg Jing membantahnya. Bagi orang bawah kayak mereka, minum seperti anugerah dari langit.
Lin Lu membenarkan. Ia memberitahu Liang kalo ia adalah peminum yang baik. Dan minuman itu adalah hadiah lotere dari minimarket jadi nggak boleh disia-siakan.
Liang nggak bilang apa-apa lagi. Tapi kelihatannya dia nggak dalam situasi hati yang baik. Lin Lu menuang minuman lagi. Ia mendoakan karir Jing Jing, bisa main film dan menghasilkan uang.
Dan untuk Master Liang, ia berharap ia juga menghasilkan banyak uang. Liang tersenyum sedikit dan merasa kalo itu juga nggak buruk. Jing Jing mengaku juga suka hal yang transparan. Mereka pun kembali bersulang.
Liang meletakkan gelasnya lalu menatap Lin Lu. Ia berpesan agar Lin Lu memberitahunya kalo punya masalah.
Lin Lu mengiyakan. Jing Jing protes. Gimana kalo dia yang punya masalah? Liang mengiyakan. Jing Jing juga.
Jing Jing tersenyum dan bilang kalo dia suka mendengarnya. Ia lalu memberitahu Lin Lu kalo Liang sebenarnya adalah pria kaya. Lihat wajahnya. Tapi mestinya seleranya nggak seunik Presdir.
Mendadak suasana jadi nggak enak. Jing Jing tiba-tiba menanyakan apa keuntungan yang Lin Lu dapatkan dengan menjalin hubungan dengan bosnya? Harusnya Lin Lu melakukan SPA dan perawatan kulit. Dan menangkap hati pria itu.
Lin Lu nggak bilang apa-apa. Dia hanya senyum dikit dan nengangguk.
Liang meminta Lin Lu agar nggak usah mendengarkan Jing Jing. Ia tahu kalo Lin Lu orang baik. Lin Lu nggak perlu merubah diri buat orang lain.
Jing Jing mengatakan kalo Liang tuh nggak ngerti. Setelah wanita menemukan seseorang yang dicintai, maka mereka akan melakukan perubahan ke sisi yang lain dan memberikan yang terbaik untuk berada di sampingnya.
Liang malas mendengarnya. Ia menyuruh Lin Lu dan Jing Jing untuk mengobrol sementara dia akan membeli minum.
Jing Jing protes. Liang mau beli apa? Minumannya kan masih banyak. Liang menghela nafas. Ia hanya bilang kalo minumannya enggak enak lalu pergi.
Fang datang ke rumah Lian Sen sambil bawa anggur. Nggak lama kemudian Lian Sen membukakan pintu untuknya. Ia merasa kalo sudah malam dan menanyakan keperluan Fang. Fang bilang kalo dia ingin masuk dulu.
Lian Sen terpaksa mempersilakannya untuk masuk. Fang langsung menuangkan anggurnya dan minum banyak sekalu. Lian Sen nggak melakukan apa-apa dan hanya melihat Fang.
Dan saat anggur Fang habis, ia menanyakan apa yang Fang inginkan? Fang menatap Lian Sen. Dia nampak sudah mabuk.
Lian Sen bangkit dan mengambil air putih. Ia memberikannya ke Fang. Dan saat ia berbalik menatap Fang. Fang malah melepaskan pakaiannya.
Lian Sen tetap tenang dan bahkan nggak tergoda sama sekali. Ia mengambil kemejanya dan memakaikannya ke Fang.
Fang membuang pakaian itu lalu mendorong Lian Sen sampai ke dinding. Lian Sen menyingkirkan tangan Fang dan mengingatkan kalo dia sudah mabuk dan ia akan menelpon Zichen.
Fang merebut ponsel Lian Sen dan meletakkannya kembali ke atas meja. Ia ada di depan Lian Sen. Apa Lian Sen nggak akak bilang suka padanya? Mereka kan belum mencobanya. Gimana bisa Lian Sen nggak menyukainya?
Lian Sen meminta Fang untuk nggak coba-coba karena dia sudah punya pacar. Fang langsung ngerti kalo yang Lian Sen maksud adalah Lin Lu. Menurutnya Lin Lu itu nggak pantas buat Lian Sen. Cuman dia yang layak untuknya.
Lian Sen meraih kedua lengan Fang dan menanyakan apa dia tahu apa yang ia lakukan? Fang mengaku tahu. Dia meyakinkan kalo dia bisa melakukan apa yang Lin Lu lakukan. Apa dia nggak sebanding dengan Lin Lu?
Lian Sen membalik Fang dan gantian mendorongnya ke dinding. Ia menahan kedua tangan Fang dan menatapnya. Fang memejamkan matanya, siap mendapatkan ciuman.
Tapi yang terjadi Lian Sen malah meninggalkannya. Ia mengambil ponselnya dan menelpon Zichen. Fang mengejar Lian Sen dan memeluknya dari belakang.
Terdengar suara Zichen yang nggak ngerti kenapa Lian Sen menelponnya tengah malam. Lian Sen meminta Zichen untuk datang ke rumahnya dan membawa pulang Fang.
Acara minum-minum Lin Lu dan Jing Jing sudah selesai. Keduanya sama mabuknya. Jing Jing bangkit dan pindah tempat duduk di samping Lin Lu. Ia memberitahu kalo sebenarnya dia mengagumi Lin Lu.
Lin Lu hanya tersenyum. Jing Jing melanjutkan kalo Liang Ge memanjakannya dan sangat peduli padanya. Kalo ke dia enggak sama sekali.
Jing Jing minum lagi. Lin Lu mengatakan kalo Jing Jing masih punya dia. Ia meyakinkan kalo Master Liang nggak akan bisa mrnyakitinya. Mereka kembali minum.
Jing Jing mengatakan kalo dia nggak ingin rasa sakit seperti itu. Dia ingin kebaikan seperti yang dimiliki Presdir buat Lin Lu.
Lin Lu malah tersedak mendengarnya. Menurutnya kata kebaikan terlalu indah untuk digunakan ke Lian Sen. Terlalu sia-sia. Menurut Lin Lu, Lian Sen itu berdarah dingin, kejam, dan sangat b*doh.
Ponsel Lin Lu tiba-tiba bunyi. Panjang umur. Baru aja diomongin langsung mengirim pesan, meminta Lin Lu untuk datang ke rumah.
Lin Lu malas dan nggak mau datang. Lian Sen kembali mengirim pesan. Ia memberi Lin Lu waktu 5 menit. Telat sedetik dendanya 3 juta. Lin Lu panik dan buru-buru pergi.
Lin Lu keluar dan menabrak Liang yang baru balik. Tanpa disadari ada yang memotret Lin Lu lagi. Lin Lu mengaku sedang buru-buru. Ia pamit.
Zichen sudah sampai di depan rumah Lian Sen tapi ragu antara mau masuk apa enggak. Mungkin karena sedang buru-buru jadinya cuman pakai celana kolor.
Lin Lu juga baru sampai. Sepanjang jalan mengutuk Lian Sen mulu. Dia melihat Zichen sedang menguping dan mengikutinya. Zichen berbalik dan kaget lihat Lin Lu, begitu juga dengan Lin Lu. Zichen memberitahu kalo dia tinggal disana.
Lin Lu melihat celana Zichen dan malah berpikiran yang enggak-enggak. Ia lalu membayangkan kalo Lian Sen punya hubungan yang mendalam dengan Zichen. Mereka nonton film bareng sambil suap-suapan. Habis suap-suapan mereka saling membersihkan mulut mereka masing-masing. Hadeuh!
Zichen menegur Lin Lu yang senyum-senyum sendiri dari tadi dan menanyakan apa yang ia pikirkan. Lin Lu bilang bukan apa-apa. Dalam hati dia nggak nyangka kalo Lian Sen seperti itu.
Zichen menyuruh Lin Lu untuk masuk. Mereka kan pasangan. Lin Lu tersenyum dan memberitahu Zichen kalo akan sangat menyenangkan kalo bermain di sekitar pasangan kecil itu. Tapi kalo ada orang ketiga yang masuk maka dunia akab berada dalam kekacauan. Ia mengingatkan kalo ini sudah larut malam dan menasehati agar mereka jangan bertengkar.
Lin Lu lalu mau pergi. Zichen mengaku nggak tahu kalo Lin Lu sangat perhatian. Nggak heran kalo dia bisa memenangkan Sen Ge.
Tiba-tiba terdengar suara dari dalam. Zichen menarik Lin Lu untuk masuk. Ia meninggalkan Lin Lu ke Lian Sen lalu menghampiri Fang dan bertanya apa dia baik-baik saja? Fang mengaku baik-baik saja. Ia mengaku kepanasan dan meminta Lian Sen untuk membukakan bajunya.
Zichen mengatakan kalo Fang sudah memecahkan kepalanya. Fang kembali memanggil Lian Sen dan memintanya untuk menyuruh Zichen pergi.
Zichen salah paham dan mengira Fang menyuruh Lian Sen pergi. Zichen mengajak Fang untuk pergi bersamanya. Fang tersenyum dan mengatakan masih ingin disana.
Lin Lu melihat anggur yang berceceran di lantai. Ia merasa kalo suasananya sangat kacau dan bermaksud pergi. Lian Sen menahannya dan memintanya untuk melakukan yang seharusnya sebagai pasangannya. Lian Sen tahu-tahu menarik Lin Lu dan memeluknya.
Zichen melihat Lian Sen dan Lin Lu pelukan dan menyuruh Fang untuk melihat mereka. Fang sendiri sudah nggak sadar. Zichen menggendongnya dan membawanya pulang.
Lin Lu segera melepaskan pelukannya setelah Zichen dan Fang pergi. Dia mau ikut pergi juga tapi Lian Sen menahannya dan ingin mengajaknya bicara. Lin Lu mengingatkan kalo sekarang sudah larut malam. Lagian juga Lian Sen sudah banyak minum anggur.
Lian Sen tahu-tahu bangkit dan pelan-pelan menghampiri Lin Lu. Lin Lu mengingatkan kalo pria dan wanita bersama... .
Dia tahu kalo Lian Sen nggak suka wanita tapi tetap saja dia merasa nggak aman. Gimanapun juga dia masih dalam jalan yang benar. Jadi lebih baik Lian Sen istirahat aja. Dia mau pulang dulu.
Lian Sen makin dekat. Wajahnya nampak aneh. Ia menatap Lin Lu dalam-dalam dan memerangkapnya. Ia bertanya darimana Lin Lu tahu kalo dia nggak suka wanita? Lin Lu merasa takut. Ia menyinggung Zichen.
Lian Sen tersenyum. Ia memberitahu kalo Lin Lu sudah salah paham. Lin Lu menyimpulkan kalo Presdir enggak... .
Lian Sen tersenyum dan menempelkan kartu masuk rumahnya ke pipi Lin Lu dan memintanya untuk datang jam 7.30 besok dengan membawa kontrak. Ia lalu membukakan pintu dan mendorong Lin Lu keluar.
Zichen menidurkan Fang di sofa. Ia menasehati agar Fang nggak melakukan hal b*doh lagi seperti tadi. Ia mengingatkan kalo mereka tahu gimana sifatnya Sen Ge.
Dari kecil sampai sekarang nggak ada yang bisa mengubah apa yang sudah dia putuskan. Ia mengingatkan kalo Lian Sen sudah punya pacar. Ia juga tahu kalo Fang nggak bisa menerimanya. Ia mengaku nggak ingin melihat Fang terluka.
Zichen melihat Fang. Ia mengingatkan kalo Fang pintar. Jadi pasti tahu apa yang ia katakan. Zichen lalu bangkit dan keluar.
Fang membuka matanya setelah Zichen nggak ada. Ia mengatakan kalo kedua belah pihak nggak b*doh, maka sudah lama akan berakhir.
Lian Sen minum lagi di rumahnya. Ia merasa kalo Fang harus segera move on darinya.
Lin Lu mencuci wajahnya. Ia memikirkan alasan yang mengharuskannya ketemu sama Lian Sen besok pagi. Jangan-jangan Lian Sen ingin membatalkan kontrak dengannya??
Lin Lu datang ke rumah Lian Sen dengan gembira. Ia bahkan membawa makanan sebagai buah tangan. Dia langsung bisa masuk karena sudah punya kartu masuk.
Lin Lu memberikan makanan yang ia bawa pada Lian Sen dan mempersilakannya untuk sarapan. Lian Sen nggak bilang apa-apa dan meminum kopinya.
Lin Lu mengambil kontraknya. Ia mengaku tahu apa yang ingin Lian Sen bicarakan. Lian sen bingung dengar Lin Lu sudah tahu. Lin Lu membenarkan. Dari semalam dia sudah tahu. Singkatnya disana ia bekerja tanpa syarat.
Lian Sen mengulangi, tanpa syarat? Ia memberitahu kalo Lin Lu bisa memintanya. Lin Lu tersenyum nggak enak. Ia mengaku bukan tipe orang yang gampang dan mudah menjualnya. Kadang ia merasa hampa dan kosong. Ia mempersilakan Lian Sen untuk mengatakan kompensasi yang ia harus berikan.
Lian Sen merasa kalo itu bagus. Pertama dia ingin mereka nggak mengganggu ruang pribadi dan kehidupan masing-masing. Lin Lu setuju. Kedua, Lian Sen memperbolehkan Lin Lu menggunakan ruang tamu tapi nggak boleh ke kamarnya dan mondar-mandir disana.
Lin Lu mengiyakan. Ia malah menyimpulkan kalo Lian Sen ingin ia membersihkan kamarnya. Nggak masalah. Itu masalah kecil. Serahkan saja padanya.
Ketiga, Lian Sen ingin Lin Lu pindah sekarang juga. Lin Lu asal mengiyakan. Ha? Pindah??? Dia nggak ngerti kenapa harus pindah segala? Bukankah Lian Sen ingin membatalkan kontrak makanya dia disuruh membawa kontrak? Lian Sen hanya menghela nafas sambil mengeluhkan kalo imajinasi Lin Lu selalu beda dengan imajinasinya.
Lin Lu malah jadi takut. Mereka akan tinggal bareng? Lian Sen santai. Ia menambahkan kalo Lin Lu akan tinggal bersamanya sebagai pacarnya dengan ruang lingkup dan kewajiban kontrak yang dibatasi.
Lin Lu menolak. Mereka kan bukan pasangan beneran. Ngapain mesti tinggal bersama segala? Sekali lagi Lin Lu memgatakan kalo dia nggak setuju.
Wah, nggak nyangka kalo Fang bakalan senekat itu buat deketin Lian sen. Sanpai buka baju segala. Untungnya iman Lian Sen kuat jadinya nggak tergoda sama sekali. Bener juga sih dia nyuruh Lin Lu pindah biar Fang patah hati dan nggak mendekatinya lagi. Hadeuh...
Bersambung...
Lin Lu meminta agar Jing Jing nggak usah ngomong lagi. Lebih baik mereka bersulang buat promosi Liang Ge.
Mereka bertiga sama-sama minum. Jing Jing kembali menuang buat yang kedua. Dia mendoakan agar Lin Lu bahagia bersama Presdir untuk waktu yang lama.
Anehnya Liang melarang Lin Lu buat minum lagi. Alasannya karena dia hampir mabuk. Dan lagi minum alkohol itu nggak baik. Jibg Jing membantahnya. Bagi orang bawah kayak mereka, minum seperti anugerah dari langit.
Lin Lu membenarkan. Ia memberitahu Liang kalo ia adalah peminum yang baik. Dan minuman itu adalah hadiah lotere dari minimarket jadi nggak boleh disia-siakan.
Liang nggak bilang apa-apa lagi. Tapi kelihatannya dia nggak dalam situasi hati yang baik. Lin Lu menuang minuman lagi. Ia mendoakan karir Jing Jing, bisa main film dan menghasilkan uang.
Dan untuk Master Liang, ia berharap ia juga menghasilkan banyak uang. Liang tersenyum sedikit dan merasa kalo itu juga nggak buruk. Jing Jing mengaku juga suka hal yang transparan. Mereka pun kembali bersulang.
Liang meletakkan gelasnya lalu menatap Lin Lu. Ia berpesan agar Lin Lu memberitahunya kalo punya masalah.
Lin Lu mengiyakan. Jing Jing protes. Gimana kalo dia yang punya masalah? Liang mengiyakan. Jing Jing juga.
Jing Jing tersenyum dan bilang kalo dia suka mendengarnya. Ia lalu memberitahu Lin Lu kalo Liang sebenarnya adalah pria kaya. Lihat wajahnya. Tapi mestinya seleranya nggak seunik Presdir.
Mendadak suasana jadi nggak enak. Jing Jing tiba-tiba menanyakan apa keuntungan yang Lin Lu dapatkan dengan menjalin hubungan dengan bosnya? Harusnya Lin Lu melakukan SPA dan perawatan kulit. Dan menangkap hati pria itu.
Lin Lu nggak bilang apa-apa. Dia hanya senyum dikit dan nengangguk.
Liang meminta Lin Lu agar nggak usah mendengarkan Jing Jing. Ia tahu kalo Lin Lu orang baik. Lin Lu nggak perlu merubah diri buat orang lain.
Jing Jing mengatakan kalo Liang tuh nggak ngerti. Setelah wanita menemukan seseorang yang dicintai, maka mereka akan melakukan perubahan ke sisi yang lain dan memberikan yang terbaik untuk berada di sampingnya.
Liang malas mendengarnya. Ia menyuruh Lin Lu dan Jing Jing untuk mengobrol sementara dia akan membeli minum.
Jing Jing protes. Liang mau beli apa? Minumannya kan masih banyak. Liang menghela nafas. Ia hanya bilang kalo minumannya enggak enak lalu pergi.
Fang datang ke rumah Lian Sen sambil bawa anggur. Nggak lama kemudian Lian Sen membukakan pintu untuknya. Ia merasa kalo sudah malam dan menanyakan keperluan Fang. Fang bilang kalo dia ingin masuk dulu.
Lian Sen terpaksa mempersilakannya untuk masuk. Fang langsung menuangkan anggurnya dan minum banyak sekalu. Lian Sen nggak melakukan apa-apa dan hanya melihat Fang.
Dan saat anggur Fang habis, ia menanyakan apa yang Fang inginkan? Fang menatap Lian Sen. Dia nampak sudah mabuk.
Lian Sen bangkit dan mengambil air putih. Ia memberikannya ke Fang. Dan saat ia berbalik menatap Fang. Fang malah melepaskan pakaiannya.
Lian Sen tetap tenang dan bahkan nggak tergoda sama sekali. Ia mengambil kemejanya dan memakaikannya ke Fang.
Fang membuang pakaian itu lalu mendorong Lian Sen sampai ke dinding. Lian Sen menyingkirkan tangan Fang dan mengingatkan kalo dia sudah mabuk dan ia akan menelpon Zichen.
Fang merebut ponsel Lian Sen dan meletakkannya kembali ke atas meja. Ia ada di depan Lian Sen. Apa Lian Sen nggak akak bilang suka padanya? Mereka kan belum mencobanya. Gimana bisa Lian Sen nggak menyukainya?
Lian Sen meminta Fang untuk nggak coba-coba karena dia sudah punya pacar. Fang langsung ngerti kalo yang Lian Sen maksud adalah Lin Lu. Menurutnya Lin Lu itu nggak pantas buat Lian Sen. Cuman dia yang layak untuknya.
Lian Sen meraih kedua lengan Fang dan menanyakan apa dia tahu apa yang ia lakukan? Fang mengaku tahu. Dia meyakinkan kalo dia bisa melakukan apa yang Lin Lu lakukan. Apa dia nggak sebanding dengan Lin Lu?
Lian Sen membalik Fang dan gantian mendorongnya ke dinding. Ia menahan kedua tangan Fang dan menatapnya. Fang memejamkan matanya, siap mendapatkan ciuman.
Tapi yang terjadi Lian Sen malah meninggalkannya. Ia mengambil ponselnya dan menelpon Zichen. Fang mengejar Lian Sen dan memeluknya dari belakang.
Terdengar suara Zichen yang nggak ngerti kenapa Lian Sen menelponnya tengah malam. Lian Sen meminta Zichen untuk datang ke rumahnya dan membawa pulang Fang.
Acara minum-minum Lin Lu dan Jing Jing sudah selesai. Keduanya sama mabuknya. Jing Jing bangkit dan pindah tempat duduk di samping Lin Lu. Ia memberitahu kalo sebenarnya dia mengagumi Lin Lu.
Lin Lu hanya tersenyum. Jing Jing melanjutkan kalo Liang Ge memanjakannya dan sangat peduli padanya. Kalo ke dia enggak sama sekali.
Jing Jing minum lagi. Lin Lu mengatakan kalo Jing Jing masih punya dia. Ia meyakinkan kalo Master Liang nggak akan bisa mrnyakitinya. Mereka kembali minum.
Jing Jing mengatakan kalo dia nggak ingin rasa sakit seperti itu. Dia ingin kebaikan seperti yang dimiliki Presdir buat Lin Lu.
Lin Lu malah tersedak mendengarnya. Menurutnya kata kebaikan terlalu indah untuk digunakan ke Lian Sen. Terlalu sia-sia. Menurut Lin Lu, Lian Sen itu berdarah dingin, kejam, dan sangat b*doh.
Ponsel Lin Lu tiba-tiba bunyi. Panjang umur. Baru aja diomongin langsung mengirim pesan, meminta Lin Lu untuk datang ke rumah.
Lin Lu malas dan nggak mau datang. Lian Sen kembali mengirim pesan. Ia memberi Lin Lu waktu 5 menit. Telat sedetik dendanya 3 juta. Lin Lu panik dan buru-buru pergi.
Lin Lu keluar dan menabrak Liang yang baru balik. Tanpa disadari ada yang memotret Lin Lu lagi. Lin Lu mengaku sedang buru-buru. Ia pamit.
Zichen sudah sampai di depan rumah Lian Sen tapi ragu antara mau masuk apa enggak. Mungkin karena sedang buru-buru jadinya cuman pakai celana kolor.
Lin Lu juga baru sampai. Sepanjang jalan mengutuk Lian Sen mulu. Dia melihat Zichen sedang menguping dan mengikutinya. Zichen berbalik dan kaget lihat Lin Lu, begitu juga dengan Lin Lu. Zichen memberitahu kalo dia tinggal disana.
Lin Lu melihat celana Zichen dan malah berpikiran yang enggak-enggak. Ia lalu membayangkan kalo Lian Sen punya hubungan yang mendalam dengan Zichen. Mereka nonton film bareng sambil suap-suapan. Habis suap-suapan mereka saling membersihkan mulut mereka masing-masing. Hadeuh!
Zichen menegur Lin Lu yang senyum-senyum sendiri dari tadi dan menanyakan apa yang ia pikirkan. Lin Lu bilang bukan apa-apa. Dalam hati dia nggak nyangka kalo Lian Sen seperti itu.
Zichen menyuruh Lin Lu untuk masuk. Mereka kan pasangan. Lin Lu tersenyum dan memberitahu Zichen kalo akan sangat menyenangkan kalo bermain di sekitar pasangan kecil itu. Tapi kalo ada orang ketiga yang masuk maka dunia akab berada dalam kekacauan. Ia mengingatkan kalo ini sudah larut malam dan menasehati agar mereka jangan bertengkar.
Lin Lu lalu mau pergi. Zichen mengaku nggak tahu kalo Lin Lu sangat perhatian. Nggak heran kalo dia bisa memenangkan Sen Ge.
Tiba-tiba terdengar suara dari dalam. Zichen menarik Lin Lu untuk masuk. Ia meninggalkan Lin Lu ke Lian Sen lalu menghampiri Fang dan bertanya apa dia baik-baik saja? Fang mengaku baik-baik saja. Ia mengaku kepanasan dan meminta Lian Sen untuk membukakan bajunya.
Zichen mengatakan kalo Fang sudah memecahkan kepalanya. Fang kembali memanggil Lian Sen dan memintanya untuk menyuruh Zichen pergi.
Zichen salah paham dan mengira Fang menyuruh Lian Sen pergi. Zichen mengajak Fang untuk pergi bersamanya. Fang tersenyum dan mengatakan masih ingin disana.
Lin Lu melihat anggur yang berceceran di lantai. Ia merasa kalo suasananya sangat kacau dan bermaksud pergi. Lian Sen menahannya dan memintanya untuk melakukan yang seharusnya sebagai pasangannya. Lian Sen tahu-tahu menarik Lin Lu dan memeluknya.
Zichen melihat Lian Sen dan Lin Lu pelukan dan menyuruh Fang untuk melihat mereka. Fang sendiri sudah nggak sadar. Zichen menggendongnya dan membawanya pulang.
Lin Lu segera melepaskan pelukannya setelah Zichen dan Fang pergi. Dia mau ikut pergi juga tapi Lian Sen menahannya dan ingin mengajaknya bicara. Lin Lu mengingatkan kalo sekarang sudah larut malam. Lagian juga Lian Sen sudah banyak minum anggur.
Lian Sen tahu-tahu bangkit dan pelan-pelan menghampiri Lin Lu. Lin Lu mengingatkan kalo pria dan wanita bersama... .
Dia tahu kalo Lian Sen nggak suka wanita tapi tetap saja dia merasa nggak aman. Gimanapun juga dia masih dalam jalan yang benar. Jadi lebih baik Lian Sen istirahat aja. Dia mau pulang dulu.
Lian Sen makin dekat. Wajahnya nampak aneh. Ia menatap Lin Lu dalam-dalam dan memerangkapnya. Ia bertanya darimana Lin Lu tahu kalo dia nggak suka wanita? Lin Lu merasa takut. Ia menyinggung Zichen.
Lian Sen tersenyum. Ia memberitahu kalo Lin Lu sudah salah paham. Lin Lu menyimpulkan kalo Presdir enggak... .
Lian Sen tersenyum dan menempelkan kartu masuk rumahnya ke pipi Lin Lu dan memintanya untuk datang jam 7.30 besok dengan membawa kontrak. Ia lalu membukakan pintu dan mendorong Lin Lu keluar.
Zichen menidurkan Fang di sofa. Ia menasehati agar Fang nggak melakukan hal b*doh lagi seperti tadi. Ia mengingatkan kalo mereka tahu gimana sifatnya Sen Ge.
Dari kecil sampai sekarang nggak ada yang bisa mengubah apa yang sudah dia putuskan. Ia mengingatkan kalo Lian Sen sudah punya pacar. Ia juga tahu kalo Fang nggak bisa menerimanya. Ia mengaku nggak ingin melihat Fang terluka.
Zichen melihat Fang. Ia mengingatkan kalo Fang pintar. Jadi pasti tahu apa yang ia katakan. Zichen lalu bangkit dan keluar.
Fang membuka matanya setelah Zichen nggak ada. Ia mengatakan kalo kedua belah pihak nggak b*doh, maka sudah lama akan berakhir.
Lian Sen minum lagi di rumahnya. Ia merasa kalo Fang harus segera move on darinya.
Lin Lu mencuci wajahnya. Ia memikirkan alasan yang mengharuskannya ketemu sama Lian Sen besok pagi. Jangan-jangan Lian Sen ingin membatalkan kontrak dengannya??
Lin Lu datang ke rumah Lian Sen dengan gembira. Ia bahkan membawa makanan sebagai buah tangan. Dia langsung bisa masuk karena sudah punya kartu masuk.
Lin Lu memberikan makanan yang ia bawa pada Lian Sen dan mempersilakannya untuk sarapan. Lian Sen nggak bilang apa-apa dan meminum kopinya.
Lin Lu mengambil kontraknya. Ia mengaku tahu apa yang ingin Lian Sen bicarakan. Lian sen bingung dengar Lin Lu sudah tahu. Lin Lu membenarkan. Dari semalam dia sudah tahu. Singkatnya disana ia bekerja tanpa syarat.
Lian Sen mengulangi, tanpa syarat? Ia memberitahu kalo Lin Lu bisa memintanya. Lin Lu tersenyum nggak enak. Ia mengaku bukan tipe orang yang gampang dan mudah menjualnya. Kadang ia merasa hampa dan kosong. Ia mempersilakan Lian Sen untuk mengatakan kompensasi yang ia harus berikan.
Lian Sen merasa kalo itu bagus. Pertama dia ingin mereka nggak mengganggu ruang pribadi dan kehidupan masing-masing. Lin Lu setuju. Kedua, Lian Sen memperbolehkan Lin Lu menggunakan ruang tamu tapi nggak boleh ke kamarnya dan mondar-mandir disana.
Lin Lu mengiyakan. Ia malah menyimpulkan kalo Lian Sen ingin ia membersihkan kamarnya. Nggak masalah. Itu masalah kecil. Serahkan saja padanya.
Ketiga, Lian Sen ingin Lin Lu pindah sekarang juga. Lin Lu asal mengiyakan. Ha? Pindah??? Dia nggak ngerti kenapa harus pindah segala? Bukankah Lian Sen ingin membatalkan kontrak makanya dia disuruh membawa kontrak? Lian Sen hanya menghela nafas sambil mengeluhkan kalo imajinasi Lin Lu selalu beda dengan imajinasinya.
Lin Lu malah jadi takut. Mereka akan tinggal bareng? Lian Sen santai. Ia menambahkan kalo Lin Lu akan tinggal bersamanya sebagai pacarnya dengan ruang lingkup dan kewajiban kontrak yang dibatasi.
Lin Lu menolak. Mereka kan bukan pasangan beneran. Ngapain mesti tinggal bersama segala? Sekali lagi Lin Lu memgatakan kalo dia nggak setuju.
Wah, nggak nyangka kalo Fang bakalan senekat itu buat deketin Lian sen. Sanpai buka baju segala. Untungnya iman Lian Sen kuat jadinya nggak tergoda sama sekali. Bener juga sih dia nyuruh Lin Lu pindah biar Fang patah hati dan nggak mendekatinya lagi. Hadeuh...
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊