Postingan Terbaru

Selasa, 27 Desember 2022

Sinopsis Curtain Call Episode 1 Part 2

All content from KBS2



Ringkas drama sebelumnya


Jae Heon bangun pagi dan melakukan pekerjaan paruh waktu mengantar kopi. Setelah selesai ia ke tempat latihan teater dan melakukan peregangan dengan Yoon Hee. 

Yoon Hee : Kenapa kau begitu gemetar? Pekerjaanmu terlalu melelahkan?

Jae Heon : Beginilah kalau bersepeda menjadi pekerjaan, bukan olahraga. 

Yoon Hee : Bukannya bila kakimu kelelahan akibat sering bersepeda, kau bisa gangguan prostat?

Jae Heon : Hei, prostatku baik-baik saja.



Nenek melihat foto saat menghadiri reuni keluarga Selatan-Utara. Ia bertemu dengan Yeong Hoon dan Moon Seong, anak dan cucunya. Mereka membicarakan Jong Mun, suami nenek. Yeong Hoon ingin mereka kembali berkumpul di Korea Utara setelah Korea bersatu nanti tapi nenek tidak mau. 

Nenek : Suami Ibu di Korea Selatan…mati muda setelah anak lelaki Ibu lahir. Bahkan anak dan menantu Ibu juga sudah meninggal. Alasan Ibu masih bertahan hidup, meski harus menjalani karma…adalah karena cucu Ibu yang sebatang kara. Ibu tak pernah melupakanmu atau Ayahmu.



Pak Jung membawakan obat untuk nenek tapi nenek tak mau meminumnya. 

Nenek : Aku tak butuh obat. Aku sudah tua, sel kankernya pasti menua bersamaku. Kankernya sudah tak separah dahulu. Aku tak perlu obat. Aku bisa hidup setahun lagi bila dirawat di rumah sakit, tapi di sini, aku bisa hidup sesukaku selama tiga bulan. Kau pilih yang mana, Pak Jung?


Pak Jung : Aku ingin melihat Nyonya sehat…dan berumur panjang.

Nenek : Usiaku sudah 92 tahun. Aku sudah hidup cukup lama. Apalah artinya tambahan waktu sembilan bulan? Jika dengan berumur panjang aku bisa melihat wajah anak itu lagi, maka lain lagi ceritanya. Aku tak pernah melupakannya. Aku menepati janjiku. Tapi kami tak bisa menepati janji untuk bertemu kembali. Tangan anak itu memegang jari kelingkingku… Aku tak bisa lupa… perasaanku saat itu. Dua puluh tahun sudah cukup lama. Apa menurutmu anak itu masih sama seperti dulu? Rasanya lucu mendengarnya darimu. Aku jadi ingat saat pertama kali bertemu denganmu. Kuingat dengan jelas. Bila kuingat dirimu waktu itu, aku tak pernah menyangka kau bisa seperti ini sekarang. Anak itu adalah keturunan pria yang rela menolong anak orang lain dan membiarkan dirinya tertinggal kapal. Sepertinya anak itu berusia 30 tahunan saat ini. Dia sudah dewasa. Ri Moon-seong.




Se Yeon mengajak Se Joon bicara. Se Joon tetap akan menjual hotel. 

Se Yeon : Apa keluarga kita, kenangan kita di hotel ini, dan kerja keras seluruh karyawan hotel…tak ada artinya?

Se Joon : Kita harus menjual hotelnya bila bisa mendapatkan untung banyak. Menurutmu segala sesuatu hanya diukur dengan uang? Kau salah. Karyawan akan diberi kompensasi dan tetap dipekerjakan. 

Se Yeon : Bukan itu masalahnya. 

Se Joon : Lalu apa masalahnya? Memangnya apa tujuan berbisnis? 

Se Yeon : Kalau aku bekerja hanya demi menghasilkan uang, untuk apa aku mulai bekerja dari tingkat pelayan? Apa kau tak paham? Bagiku, Nakwon bukan sekadar bisnis.

Se Joon : Itulah masalahnya. Kau tak menganggap ini sebagai bisnis. Kau mencintai hotel ini. Kau mencampurkan hidupmu di bisnis. Terserah, lakukan sesukamu. Aku hanya berbisnis. Berjuanglah sesukamu sampai mati. 



Pak Jung menemui detektif swasta untuk Ri Moon Seong tapi tak membuahkan hasil. Pak Jung ingin nenek bertemu dengan cucunya Ri Moon Seong sebelum meninggal. Di rumah nenek duduk di luar. Jung Sook mengajaknya masuk tapi nenek tak mau. 

Nenek : Aku sedang menantikan ajalku. Aku tak peduli bila hari itu dingin atau hangat. Merasakan suhu di luar ruangan apa adanya, adalah salah satu kenikmatan hidup. Aku adalah orang yang menyaksikan orang-orang mendahuluiku. Kini waktuku sudah dekat. Kapan reuni keluarga untuk Korea Utara dan Selatan itu? Sudah 20 tahun yang lalu. Bayi lelakiku yang kutinggalkan di Utara sudah tumbuh dewasa. Saat berpisah, kami semua tersenyum. Kami berpikir bisa bertemu kembali. Nyatanya, pada reuni keluarga berikutnya, yang datang bukan dia. Yang datang adalah pemberitahuan tentang kematiannya. Anakku yang terlahir di sini…meninggalkan rumah dan berjanji akan kembali. Tapi, dia pun tak pernah kembali. Aku terdiam menyaksikan kepergian keluargaku. Aku terus menantikan mereka kembali. Sekarang, aku masih di sini…meski sudah waktunya.

Jung Sook: Tapi, keluarga Nyonya masih ada. Masih ada Se-yeon, dan juga kakak-kakaknya.



Setelah joging Se Yeon menemui Hyo Jin. 

Hyo Jin : Se Yeon aku sudah mengunjungi banyak hotel di seluruh dunia. Jadi, ini pendapat profesionalku. Hotel ini salah satu yang terbaik di dunia. Sebuah bangunan mencerminkan filosofi pemiliknya. Konsep hotel ini sangat mencerminkan Park Se Yeon.

Se Yeon : Aku? Ini filosofi Nyonya Ja, bukan aku.

Hyo Jin : Kau dan nenekmu, sama saja. Menurutku kalian serupa. Arsitektur, pelayanan, karyawan, makanan, seprai, bahkan alat makan… standarnya hanya satu. Standar Hotel Nakwon.

Se Yeon : Benar. Karena itu aku tak bisa menjualnya.



Pak Jung menonton pertunjukan teater yang dimainkan oleh Jae Heon. Setelah pertunjukan usai ia menemuinya. 

Pak Jung : Aku suka pertunjukan sandiwaramu. Logat Korea Utaramu bagus sekali. Penampilanmu juga luar biasa.

Jae Heon : Terima kasih. Maaf, Anda dari studio mana?

Pak Jung memberikan kartu namanya. Hotel Nakwon

Pak Jung : Apa kau tertarik untuk bersandiwara denganku? Hidupmu bisa berubah dengan bermain di panggung yang megah.


Ringkas drama selanjutnya


Bersambung...

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊