Sinopsis Time Teaches Me to Love episode 4 part 1

Anysti
0

All content from iQiyi


Lin Lu nunggu lift bareng Lian Sen. Ia merasa mengantuk dan ketiduran sambil bersandar ke Lian Sen.

Lian Sen merasa nggak nyaman dan meminta Lin Lu untuk melepaskannya. Ternyata Lin Lu mengantuk gara-gara semalaman mempelajari persyaratan nikah kontrak mereka.

Lian Sen mulai kesal. Ia mengingatkan tentang poin keempat dari pasal 2.

Lin Lu mau mengingat isinya tapi lupa. Ia menanyakan kemana mereka akan pergi?

Lian Sen hanya bilang kalo mereka akan pergi ke tempat Lin Lu harus pergi. Dia melarang Lin Lu buat nanya lagi. Pintu lift terbuka dan mereka pun masuk.



Di rumah Lin Lu sudah ada banyak orang. Hari ini adalah hari pertunangan Lian Sen dan Fang.

Semua tamu sudah datang tapi Lian Sen belum ada. Ayah mulai bingung. Sekretarisnya datang dan membisikkan kalo mereka nggak bisa menemukan Presdir. Ayah lalu menelpon Lian Sen.

Lian Sen sendiri sedang ada di butik sama Lin Lu milih gaun. Lin Lu merasa seperti berada di dongeng. Memakai gaun cantik dan berputar-putar sambil memejamkan mata. Lah, malah kejedod tembok. Hadeuh, tepok jidad!

Lian Sen lalu menyuruhnya untuk merias wajah. Lin Lu mengiyakan dan pergi. Setelah Lin Lu nggak ada tiba-tiba Lian Sen senyum lagi. Ponselnya bunyi. Telpon dari ayah tapi Lian Sen nggak mau mengangkatnya dan sengaja mematikannya.


Ia menghampiri Lin Lu yang sedang dimake up. Ponselnya bunyi lagi. Kali ini yang nelpon Zichen. Lian Sen juga nggak mau mengangkatnya dan mematikannya.

Zichen nggak ngerti kenapa Lian Sen mematikan ponselnya. Fang Qiao yang berdiri di belakang Zichen juga ikut cemas.

Orang yang merias wajah Lin Lu memberitahu kalo kulit wajah Lin Lu sangat buruk, kusam dan pori-porinya besar.

Lian Sen mendekat. Ia memberitahu kalo dia cuman punya waktu 5 menit dan meminta agar dipercepat.


Semuanya sudah siap dan mereka sedang dalam perjalanan. Lin Lu nggak ngerti sebenarnya mereka mau kemana, sih? Dia mesti berpakaian anggun dan bahkan pakai navigasi segala. Tempatnya jauh?

Lian Sen cuman bilang Rumah Beichen.

Ternyata Lin Lu tahu tempat itu. Ia pernah kesana untuk mengantar paket. Setelah 5 km lalu belok kanan di lampu merah selanjutnya.

Lin Lu nggak ngerti kenapa Lian Sen pakai navigasi padahal tempatnya dekat. Apa dia buta arah? Lin Lu sampai geli sendiri. Lian sen nggak suka dan menyalakan musik keras-keras biar Lin Lu diam


Acara terpaksa dimulai meski Lian Sen belum datang. Ayah memberi sambutan bersama dengan orang tua Fang.

Tahu-tahu Lian Sen muncul dengan menggandeng Lin Lu. Semua orang langsung menatap mereka.

Flashback...


Lin Lu dan Lian Sen sudah sampai di depan rumah. Lian Sen memberitahu kalo itu adalah misi pertama Lin Lu.

Bekerja sama dengannya untuk memainkan sebuah adegan. Hanya sebagai sebuah mesin.

Ia mengingatkan konsekuensinya kalo sampai Lin Lu gagal.

Lin Lu merasa kalo itu hanya masalah kecil. Dia sangat pandai berakting dia akan berperan sebagai pacarnya.

Lian Sen menyarankan agar Lin Lu santai. Lah, emangnya dia kelihatan gugup?  Ia lalu menggandeng tangan Lian Sen dan melangkah bersama.

Flashback end...


Semua orang berbisik-bisik, bertanya-tanya siapa dia? Aysh juga kelihatan marah sekaligus malu.

Lin Lu nggak ngerti kenapa situasinya seperti itu. Katanya Lian Sen nggak akan menikah.

Indera keenamnya memberitahu kalo dia harus melarikan diri sekarang.

Lian Sen menahan Lin Lu dan mengingatkan tentang pelanggaran kontrak. Lin Lu merasa kalo itu bukan soal pelanggaran kontrak.

Fang yang ingin tahu apa yang terjadi ingin maju tapi Zichen melarangnya. Dia meminta Fang untuk tenang dulu. Biar dia yang menanyakan apa yang terjadi.

Fang nggak mau dengar. Itu adalah urusannya dan dia akan menanyakannya sendiri. Fang meletakkan gelasnya lalu menghampiri Lian Sen.


Tahu Fang mendekat, Lian Sen lalu nenggenggam tangan Lin Lu. Fang melihat tangan mereka saling menggenggam dan sedikit terpengaruh.

Ia mengingatkan kalo hari ini adalah pesta pertunangan mereka. Lian Sen malas dengarnya dan memalingkan wajahnya.

Fang lalu menatap Lin Lu dan menyinggung kalo dia adalah perwakilan dari perusahaan Hunzheng. Ia berterima kasih Lin Lu sudah memberikan restu. Lain kali ia akan meminta Lin Lu untuk minum.

Lin Lu merasa kalo Fang pasti mengira kalo dia sedang dalam perjalanan bisnis.


Lin Lu mencubit Lian Sen dan menyakahkannya. Lian Sen menangkap tangan Lin Lu dan orang-orang kembali berbisik-bisik.

Fang mengumumkan ke semua orang kalo Lian Sen terlalu bersemangat bertunangan dengannya jadi nggak responsif.

Lian Sen nggak mau kalah. Dia menarik Lin Lu dan mengumumkan kalo Lin Lu adalah pacarnya.

Ayah langsung maju sementara Fang nampak syok. Ayah mengaku nggak mau bercanda sama Lian Sen. Dia minta Lian Sen berhenti sebelum semuanya jadi makin besar.

Lian Sen nggak mau dan malah merangkul Lin Lu makin erat. Ayah mengumumkan ke semua tamunya kalo Lian Sen sedang bercanda dan mempersilakan mereka untuk mulai makan malam.


Fang nggak bisa mengalihkan matanya dari Lian Sen. Ia mengulurkan tangannya dan meraih tangan Lian Sen tapi Lian Sen malah menghempaskannya dan tahu-tahu mencium Lin Lu di depan semua orang.

Sontak semua orang kaget lihatnya. Termasuk juga Lin Lu sendiri. Habis itu Lian Sen menarik Lin Lu pergi dari sana.

Fang syok banget dan hampir pingsan. Untung Zichen menahannya.


Sesampainya di luar Lin Lu menarik tangannya sambil memegangi bibirnya.

Dia marah karena itu adalah ciuman pertamanya. Sekalipun itu bukan buat suaminya, seenggaknya itu untuk seseorang yang ia cintai.

Ia menceritakan kalo saat ia TK, ia menyukai seorang anak laki-laki. Anak itu menyentuh tangannya dan ia nggak mencuci tangannya selama 3 hari.

Dan walaupun ibunya nggak sabar untuk menikahkannya, tapi dia masih diminta untuk menjaga jarak dengan anak laki-laki.

Lian Sen hanya tersenyum. Lin Lu mengingatkan kalo hari ini adalah hari pertunangan mereka. Lian Sen keterlaluan!

Lian Sen menyinggung pasal 20. Tadi itu hanyalah reaksi dalam keadaan darurat. Ia menanyakan kompensasi apa yang Lin Lu inginkan.

Lin Lu malah jadi tambah marah. Cuman gara-gara punya uang Lian Sen merasa kalo dia hebat?

Lin Lu mengangkat tangannya mau membatalkan kontrak. Lian Sen menangkap tangannya.

Anjing penjaga tiba-tiba menggonggong. Lin Lu menarik tangannya dan buru-buru pergi. Lian Sen menyimpulkan kalo Lin Lu takut anjing.


Lin Lu dikamarnya memikirkan kompensasi apa yang akan ia minta ke Lin Lu. Sombong! Arogan! Ia kembali teringat dengan ciuman itu dan malah jadi senyum sendiri.

Eh, tahunya dia duduk diantara Jing Jing dan Liang di depan tv. Mereka sampai bingung lihat Lin lu memukuli kepalanya sendiri pakai pulpen.

Habis mukulin kepalanya Lin Lu malah ngajak bukunya ngomong. Dia adalah cinta sejatinya yang membuatnya mengikuti kursus kecantikan internasional. Saat itu tiba... .


Jing Jing langsung menyambung kalo saat itu tiba maka Lin Lu akan langsung menuju puncak kehidupan.

Jadi Bai Fumei dan menyanyi bareng Milk Dognya. Melengkapi perubahan kecantikannya dari burung pipit jadi burung phoenix. Lin Lu cuman senyum sambil ngangguk.

Liang juga ikutan bersuara. Milk Dog itu apa? Apa Lin Lu mau memelihara anjing?

Jing Jing heran Liang nggak tahu Milk Dog. Apa dia berasal dari kaum purba miskin?

Dengan polosnya Liang menanyakan kalo Milk Dog bukannya anjing juga?

Jing Jing nggak mau membahasnya lagi. Ia melihat ponselnya dan menemukan satu berita lagi tentang Lin Lu.

Disana dikatakan kalo Lin Lu dan Lian Sen terlihat penuh cinta di pertunangan dengan keluarga Fang. Benar?


Lin Lu nggak mau menjawabnya dan langsung kabur dan masuk ke kamarnya.

Liang juga melihat berita itu. Mereka bangkit dan menyusul Lin Lu, minta dikonfirmasi.

Beraninya Lin Lu menyembunyikan berita besar itu dari mereka. Apa itu benar?

Liang memperhatikan foto itu dan menurutnya itu palsu. Ia memperlihatkan kalo Lin Lu adalah wakil perusahaan Huanzhen.

Ia menduga kalo itu hanyalah rekayasa. Jing Jing melihat foto itu lagi dan nggak sependapat karena mereka terlihat sangat dekat.

Liang melihat foto selanjutnya saat Lian Sen mencium Lin Lu. Dan dia nggak bisa bilang apa-apa lagi.

Lin Lu melihat wajahnya di cermin dan merasa nggak punya wajah buat melihat orang lain lagi.

Apalagi nona Fang. Ia menjatuhkan diri diatas tempat tidur dan merasa benar-benar sial. Hhh... .

Lian Sen juga sedang melihat berita itu di kantornya. Dia nampak nggak terkejut sama sekali seolah itu memang yang ia inginkan.


Fang menonton film bareng Zichen. Filmnya lucu tapi Fang malah nangis terus.

Ia merasa sangat menyedihkan. Kenapa Zichen memberinya tissue? Ia memberitahu kalo dalam kamusnya nggak ada kata menyedihkan.

Fang mau minum lagi tapi Zichen melarangnya. Ia menggantinya dengan air putih. Fang menolak dan tetap minum juga.

Film yang mereka tonton memperlihatkan adengan ditampar. Zichen sampai ngeri sendiri melihatnya.

Fang menanyakan apa Zichen pernah merasakan dipukuli berkali-kali? Zichen mengaku sering. Fang malah jadi tambah sedih. Ia kembali menanyakan apa Zichen tahu sakit kepala, sakit hati? Zichen mengaku tahu.

Fang merasa kalo Zichen nggak tahu tentang itu. Ia memberitahu kalo impiannya hancur. Benar-benar hancur.

Fang malah makin kenceng nangusnya. Kekasuh masa kecil orang lain menghasilkan bunga tapi bunganya lama banget mekarnya.

Zichen merangkul Fang dan menenangkannya. Menurutnya Lian Sen itu bukan bunga tapi pohon besi. Bukankah di masa kecil Fang hanya ada dia?

Tiba-tiba Fang mendapatkan semangatnya kembali. Ia hanya perlu merawatnya dengan hati-hati agar cepat berbunga.

Hadeuh, Zichen sampai geleng-geleng. Ia mengingatkan kalo Lian Sen adalah pohon besi.

Fang nggak peduli. Selama waktunya sudah matang, pohon besi juga bisa mekar. Lah, Zichrn sudah nggak bisa bilang apa-apa lagi.


Lin Lu mengatakan ke Lian Sen kalo perbuatannya kemarin itu nggak pantas sama sekali. Ia nenamparnya berkali-kali.

Menurutnya itu harus ditambahkan ke kontrak perjanjian mereka.

Pertama: Nggak boleh melakukan kontak fisik apapun dengannya. Ciuman, pegangan tangan, pelukan, merangkul bahunya juga nggak boleh.

Kedua: Lian Sen harus selalu ingat poin yang pertama baik-baik. Kalo enggak maka Lin Lu akan menembaknya.

Lah, ternyata Lin Lu lagi ngomong sama tanaman. Hadeuh, kirain.

Dia mau menyemprot tanaman itu tapi airnya malah nggak mau keluar. Ia memompanya dan jadi tambah marah ingat Lian Sen lupa pada kedua poin yang ia sebutkan tadi.

Lin Lu memarahi tanaman tadi kali ini sebagai dirinya. Apa yang ia pikirkan? Pengecut! Kalo enggak maka bilang ke Lian Sen.


Bersambung...

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)