All content from iQiyi
Lin Lu mau bangkit tapi malah kembali terpeleset.
Lian Sen berbalik dan mengulurkan tangannya tapi malah membuatnya ikut jatuh juga. Hadeuh, tepok jidad!
Lian Sen berbalik dan mengulurkan tangannya tapi malah membuatnya ikut jatuh juga. Hadeuh, tepok jidad!
Mereka sarapan bersama tapi dengan menu yang berbeda. Lian Sen makan salad. Lin Lu menegurnya. Lian Sen kan punya banyak uang. Harusnya dia sarapan semangkuk sup ikan hiu. Kenapa malah makan rumput?
Menurutnya itu nggak akan memberi nutrisi. Ia mencontohkan diri sendiri yang makan sebutir telur setiap pagi. Lin Lu nenawarkan akan menambahkannya ke sarapan Lian Sen buat mengurangi hutang.
Lian Sen menatap Lin Lu sinis dan memintanya untuk mengurus urusannya sendiri. Lin Lu mengiyakan. Ia memberitahu kalo ia bisa mengurus urusannya sendiri, jadi Lian Sen nggak perlu khawatir. Bahkan kalo Lian Sen melemparkannya ke alam liar, ia masih akan baik-baik saja. Lah???
Lian Sen mengambil roti dan mengolesinya dengan selai. Lin Lu nggak tahu selai apa yang Lian Sen makan. Ia menawari miliknya.
Lian Sen menjauh dan nggak suka dengan selai milik Lin Lu. Apa itu? Lin Lu memberitahu kalo itu tofu. Ibunya suka membuatnya dan ia mengambilnya diam-diam. Bukankah baunya harum?
Lian Sen nggak suka. Ia mengambil tissue dan mendorong tofu Lin Lu, menutupnya dan mau membuangnya. Lin Lu mengambilnya kembali. Lian Sen mengingatkan kalo sebelumnya dia sudah pernah bilang jangan ada barang seperti itu di rumahnya. Lin Lu mengaku tahu. Ia akan memakannya. Lian Sen nggak boleh membuangnya begitu saja.
Lian Sen melihat ke bawah. Lin Lu nggak memakai sandal dengan kaki yang basah. Ia lalu mengambil ponselnya dan menelpon Maggie. Ia menyuruh Maggie untuk meminta seseorang datang ke rumahnya dan membersihkan rumahnya. Bersihkan semuanya kecuali kamar tidur dan ruang kerja. Terutama lantai.
Lin Lu merasa kalo tiap jam Lian Sen sibuk mencari kuman dan nggak tahu sumber daya di rumah. Ia kan bisa mencari Lin Lu untuk membersihkan rumahnya.
Lian Sen melihat makanan Lin Lu dan kembali menutup hidungnya. Lin Lu protes karena Lian Sen nggak memberinya waktu untuk beradabtasi? Lian Sen lalu menyuruh Lin Lu untuk membersihkan semuanya sebelum berangkat kerja. Ia lalu pergi meninggalkan Lin Lu.
Lian Sen ada di kantornya. Fang tiba-tiba datang dan mengaku ingin bicara dengannya. Ia memberikan sebuah proposal pada Lian Sen dan memberitahu kalo ia telah menyelesaikan banyak masalah di dalamnya.
Lian Sen mengambil proposal Fang dan membacanya. Fang menambahkan kalo ia bersedia melakukan yang terbaik dalam membantu Cinderella agar lebih menonjol.
Lian Sen mengatakan kalo Fang nggak perlu melakukannya. Ia meletakkan proposal Fang dan mengaku nggak punya niat untuk melakukannya.
Fang nggak ngerti kenapa Lian Sen menolaknya. Padahal itu adalah peluang bagus. Apa Lian Sen menghindarinya? Apa ruginya Lian Sen menerimanya?
Lian Sen nggak bisa menjawabnya. Fang merasa kecewa. Tapi ia akan meninggalkan proposalnya agar Lian Sen bisa memikirkannya lagi. Ia lalu pamit dan berpesan kalo Lian Sen bisa menghubunginya kapanpun.
Fang lalu bangkit dan berjalan. Lian Sen memanggilnya dan menasehati agar Fang nggak membuang waktu untuknya. Fang kembali lagi. Ia merasa nggak sedang membuang waktu. Justru ia punya standar penilaian. Ia juga percaya kalo cepat atau lambat Lian Sen pasti akan jatuh cinta padanya.
Menurutnya ia masih punya kesempatan selama Lian Sen belum menikah dengan Lin Lu. Ia meyakini kalo ia juga bisa memberikan apa yang Lin Lu beeikan pada Lian Sen. Fang lalu keluar.
Di luar ruangan Lian Sen, Fang nggak sengaja mendengar dua orang karyawan yang sedang membicarakannya. Fang memesan cappuccino di kafetaria dan diam-diam mendengarkan pembicaraan dua karyawan itu.
Mereka ternyata mengagumi Fang yang dari keluarga baik-baik dan memiliki karir yang bagus. Fang tersenyum mendengarnya.
Tapi mereka juga mengagumi Lin Lu yang berhasil menjadi burung phoenix. Mereka menyimpulkan kalo pria jaman sekarang menyukai gadis yang imut. Wajar kalo Presdir menyukai Lin Lu dibandingkan dengan nona Fang.
Dengan kepribadian Fang yang kuat, pria nggak akan mampu merawatnya. Berbeda dengan Lin Lu yang baik dan polos. Dia juga pendengar yang baik. Menurut yang mereka dengar, Presdir dan Lin Lu jatuh cinta pada pandangan pertama di Mala Tang.
Fang meminum kopinya lalu meletakkannya kembali. Ia menelpon Zichen lalu pergi.
Nggak lama kemudian Fang sudah berada di tempat makan bersama Zichen. Kali ini mereka akan makan Mala Tang. Zichen terkejut mendengarnya. Apa Fang serius?
Fang mengiyakan. Ia ingin merasakan Mala Tang yang disukai Lin Lu. Dan Lian Sen bersedia menemani Lin Lu.
Zichen menjelaskan perbedaan antara makanan dan perhatian. Ia mengingatkan kalo Lian Sen menyulai sayuran hijau. Fang nggak perlu memakan makanan yang Lin Lu suka karena ia bukan Lin Lu.
Fang langsung melemparkan tatapan tajamnya. Zichen lalu mengiyakan. Ia akan menemani Fang selama dia suka. Fang tersenyum mendengarnya. Ia melihat menunya. Zichen mengajaknya makan. Ia lalu menanyakan cara makannya. Fang menatap Zichen. Dia justru ingin menanyakannya pada Zichen.
Seorang pelayan datang dan menanyakan pesanan mereka. Ia melihat kalo mereka sudah lama duduk disana. Zichen membenarkan. Mereka memang mau makan.
Zichen mengatakan kalo mereka sedang mempertimbangkan untuk makan Raiders Mala Tang. Pelayan itu malah menanyakan Raiders macam apa yang mereka inginkan untuk Mala Tang?
Ia menyarankan agar mereka mengambil sendiri lalu membawanya ke meja depan. Ia akan mengantarkannya setelah selesai memasaknya. Zichen mengatakan kalo mereka akan memikirkannya dulu.
Wanita itu mengiyakan lalu pergi. Di belakang ia malah menggeritui Fang dan Xichen. Cuman mau makan Mala Tang aja. Mereka bahkan sudah mendapat buku menu.
Fang membaca buku menu lagi. Zichen mengajaknya makan tapi Fang bilang nanti dulu. Zichen bangkit dan mau mengambil beberapa bahan. Dia nggak ngerti sama apa yang Fang pikirkan. Apa hebatnya mempelajari apa yang Lin Lu suka?
Lin Lu berjalan-jalan bersama Liang di jembatan. Ia merasa angin laut merasa segar. Liamng menyindir kalo trik lama Lin Lu juga belum keluar. Lin Lu tiba-tiba bersin. Liang langsung memberikan saputangannya. Lin Lu menolak. Nggak usah, nggak papa. Ia mengaku nggak tahu siapa lagi yang akan peduli padanya.
Liang menyebutkan satu nama, Shi Zhong. Lin Lu merasa orang itu nggak akan mungkin karena sudah mengewakannya. Liang menghela nafas. Ia mengingatkan saat pertama kali datang ke kota itu. Ia hanya tinggal selama 3 hari lalu pergi lagi. Apa Lin Lu tahu kenapa? Lin Lu bertanya kenapa?
Sambil berjalan Liang memberitahu kalo dompetnya dicuri dan ia kehilangan kartu identitasnya. Ia lalu mencoba untuk interview tapi nggak lulus wawancara karena kualifikasi akademiknya. Ia mengakui kalo itu adalah saat tergelap dalam hidupnya.
Saat itu Liang sudah mengemasi semua barangnya dan pergi ke stasiun. Tapi saat di stasiun, ia melihat pekerja paruh waktu yang sedang bersih-bersih. Setelah membersihkan satu tempat, ia pun membersihkan tempat lain. Saat ia kembali ke tempat pertama sudah kotor lagi. Ia kembali membersihkannya.
Hal itu menyadarkan Liang kalo di dunia ini ada banyak hal yang mungkin nggak dikakukan dengan baik jadi harus dilakukan berkali-kali. Jadi ia memutuskan untuk tetap tinggal.
Lin Lu tersenyum. Ia menatap Liang dan berpikir kalo Liang benar-benar luar biasa. Ia mengulurkan tangannya dan bertekad untuk menjadikan Liang sebagai inspirasi.
Liang senyum. Sebenarnya ia menceritakannya bukan untuk mendapat pujian dari Lin Lu. Ia melanjutkan kalo sebenarnya ia mengalami dilema saat datang ke kota itu. Ia telah mengambil banyak jalan memutar. Ia nggak ingin Lin Lu juga mengalaminya.
Lin Lu tersenyum sambil ngangguk. Liang memanggil Lin Lu dan berpesan agar apapun yang terjadi padanya di masa depan, kesulitan apapun yang ia temui, berbaliklah karena ia akan selalu mendukung Lin Lu dari belakang.
Lin Lu tersenyum. Ia berdiri di belakang Liang dan mendorongnya. Ia juga akan mendukung Liang dari belakang.
Mala Tang yang Fang dan Zichen pesan sudah datang. Fang menatapnya sambil melongo. Ia mengambil sumpit dan nggak tahu gimana cara makannya. Zichen melihatnya. Ia melarang Fang untuk memakannya kalo memang nggak bisa makan.
Fang nggak mau dan tetap akan memakannya. Ia mencium aroma makananya. Nggak enak. Ia lalu menyumpit makanan itu dan memakannya.
Zichen aja sampai nggak tega melihatnya. Ia mengambil tissue dan memberikannya ke Fang. Fang menerimanya dan memuntahkan apa yang barusan ia makan.
Zichen mengingatkan kalo dari kecil Fang nggak pernah makan yang namanya bawang bombai dan bawang putih. Jadi jangan memaksakan diri.
Fang mengingatkan kalo tadi kan Zichen sendiri yang menambahkannya? Zichen mengakui kalo dia memang yang menambahkannya. Ia berpikir kalo Fang nggak perlu menjadi orang lain. Ia memberitahu kalo seorang sarjana pernah berkata kalo semua otang di dunia ini memiliki ciri khasnya masing-masing. Kalo Fang mencoba untuk meniru orang lain, maka seberapa sulit hidup?
Fang nggak ngerti atas dasar apa Zichen mengatakannya? Zichen mengatakan kalo ia nggak punya alasan untuk mengatakannya. Ia mencontohkan kalo Fang tetap nggak akan bisa menjadi Lin Lu meski ia memakan Mala Tang. Banyak orang yang memakan Mala Tang dan nggak ada yang berubah menjadi Lin Lu setelah mereka memakannya. Benar?
Fang mengambil tasnya lalu bangkit. Zichen bertanya Fang mau kemana? Fang merasa kalo apa yang dikatakan para sarjana masuk akal. Mala Tang memang nggak cocok untuknya. Ia lalu pergi. Zichen tersenyum lalu menyusulnya.
Lin Lu membawa ember berisi air, memakai celemek dan mengikat kepalanya. Ia siap untuk bersih-bersih. Ia mengepel lantai, mengelap barang-barang, mencuci piring, mengelap kaca jendela, membersihkan meja. Nggak lupa Lin Lu juga membersihkan kamar Lian Sen. Lin Lu melihat boneka beruang Lian Sen. Agak bau. Ia pun mencucinya di mesin cuci.
Lin Lu sudah selesai bersih-bersih. Ia beristirahat di sofa sambil menunggu Lian Sen pulang. Nggak lama kemudian terdengar suara mobil.
Lin Lu buru-buru bangkit dan berdiri di dekat pintu dan menyambut Lian Sen. Ia menyapanya dengan ramah. Lian sen melihat rumahnya yang nampak beda. Anggur yang biasanya ada di meja dekat pintu berubah jadi beberapa tanaman. Ia menanyakan dimana anggurnya?
Lin Lu memberitahu kalo ia memindahkannya. Ia berpikir kalo pot-pot itu lebih baik di dekat pintu agar mereka bisa merasakan udara segar. Lian Sen melihat semuanya dan nampak nggak suka. Ia lalu naik ke atas.
Lin Lu memberitahu kalo hari ini ia juga bersih-bersih. Lian Sen masuk ke kamarnya dan melihat kalo bonekanya nggak ada di tempat tidur. Lin Lu terus bicara lalu duduk di tempat tidurnya. Lian Sen menyuruhnya untuk berdiri dan menanyakan dimana beruangnya? Lin Lu memberitahu kalo beruang Lian Sen nampak sedikit kotor jadi ia mencucinya.
Boneka Lian Sen sudah Lin Lu jemur di luar. Lian Sen marah. Tangannya mengepal melihatnya. Lin Lu berdiri di sebelahnya merasa bersalah.
Lian Sen menanyakan siapa yang menyuruh Lin Lu untuk menyentuh barang-barangnya? Lin Lu meminta maaf dan mengaku nggak bermaksud. Dengan tenang dan nada mengerikan Lian Sen mengatakan kalo minta maaf nggak bisa menghapus gangguan yang disebabkan oleh orang lain. Ia menatap Lin Lu dan mengingatkan kalo ia sudah memberitahu Lin Lu sebelumnya. Jangan menyentuh barangnya.
Lian Sen mau kembali ke kamarnya tapi Lin Lu menghadamgnya. Ia mengakui kesalahannya karena telah mencuci beruang Lian Sen, tapi Lian Sen juga nggak perlu mengatakan kata-kata yang berat seperti itu. Lin Lu mengaku nggak suka berhutang pada orang lain. Ia janji akan menggantinya dengan yang baru. Lian Sen berbalik dan mengambil beruangnya. Ia lalu kembali ke kamarnya.
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊