Postingan Terbaru

Senin, 19 Desember 2022

Sinopsis Time Teaches me to Love episode 6 part 2


All content from iQiyi



Jing Jing membantu Lin Lu membereskan barang. Lin Lu sendiri cuman duduk di atas tempat tidur fan nggak ngapa-ngapain. Jing Jing mengucapkan selamat padanya karena telah berhasil menjadi burung phoenix. Lin Lu nggak bilang apa-apa.

Jing Jing nggak ngerti kenapa Lin Lu malah mengeluh? Harusnya kan dia bahagia. Tadinya ia dan Liang sangat mengkhawatirkan masa depan Lin Lu. Jing Jing merasa kalo Lin Lu beruntung. Ia duduk di dekat Lin Lu dan memberitahu kalo minuman anggur favoritnya sudah dekat.

Lin Lu meminta agar Jing Jing nggak membahas masalah itu. Ia mengingatkan kalo Liang belum kembali. Ia ingin membayar sewa. Jing Jing merasa kalo itu nggak mudah. Ia akan memberikannya untuk Lin Lu.

Lin Lu tampak makin murung. Jing Jing merangkulnya dan mengaku mengerti kalo Lin Lu nggak bisa berpisah dengannya. Dia juga begitu. Tapi mereka tetap bersaudara. Kalo Lin Lu merindukannya maka ia akan menghubungi Lin Lu.

Lin Lu mengangguk dan tersenyum. Jing Jing mendorong Lin Lu agar bergegas. Jangan sampai keluarga barunya menunggu terlalu lama. Lin Lu bukannya bangkit malah memeluk Jing Jing. Jing Jing meminta agar Lin Lu melepaskannya. Lin Lu menggeleng. Nggak mau.


Fang berdiri di jembatan. Ia teringat apa yang dikatakan Lian Sen malam itu. Ia bisa memberikan apa yang Lin Lu berikan ke Lian Sen. Apa di mata Lian Sen ia sama sekali nggak sebanding dengan lin Lu?

Fang menghela nafas. Zichen tahu-tahu datang membawa pelampung dan lumba-lumba. Fang nggak ngerti kenapa Zichen berpakaian seperti itu. Zichen menilai kalo suasana hati Fang sedang buruk. Harusnya dia olahraga atau pakai bikini.

Fang tersinggung dan menjewer telinga Zichen. Apa yang dia pikirkan? Zichen memberitahu kalo dia sedang membicarakan tenang olahraga pantai, mendayung, voli pantai. Bukankah Fang suka voli pantai. Apa yang salah dengan Fang? Apa dia sudah jadi patung budha, menghadap laut dan linglung.


Fang menatap Zichen kesal dan melarangnya bicara lagi. Ia melangkah dan menjauh dari Zichen. Zichen menyusul Fang. Fang bertanya apa menurut Zichen ia sudah gagal?

Zichen bilang sedikit. Fang meminta Zichen untuk memikirkan cara untuk mendapatkan hati Lian Sen. Selama berhari-hari kemarin ia merasa depresi. Zichen mengaku nggak bisa memikirkan apapun. Ia langsung dapat tatapan sinis dari Fang.

Zichen mengingatkan kalo Fang sudah melakukan banyak hal tapi Sen Ge nggak bisa menerimanya. Fang marah. Dia memanggil Zichen bukan untuk memarahinya. Kalo ngfak mau bantu maka ia akan memikirkannya sendiri.

Zichen memberitahu kalo maksudnya bukan itu. Maksudnya adalah nggak ada gunanya Fang marah setelah apa yang sudah ia lakukan. Ia menyarankan agar Fang bersantai. Sudah bertahun-tahun. Apa Fang masih akan begitu? Khawatir dengan kegagapan itu bukan gaya Fang. Dimatanya Fang adalah wanita yant tegas dan selalu mendominasi. Ia  menawarkan agar Fang turun dan berenang. Kali ini ia yang akan mendominasi.

Fang nggak mau. Apa Zichen pikir ia seorang pria? Ia membenarkan apa yang Zichen bilang kalo ia sudah mengalami kegagalan sekali dan dua kali. Menurutnya itu nggak buruk. Ia adalah seorang pejuang. Fang sudah bisa kembali tersenyum. Ia mengajak Zichen untuk pergi. Zichen nggak ngerti pergi kemana maksud Fang? Dia kasih ingin berenang.


Jing Jing mengantar Lin Lu keluar rumah. Ia bahkan membawakan koper Lin Lu. Lin Lu sendiri masih berat. Jing Jing menyuruhnya untuk bergegas. Lin Lu ingin balik lagi, mau ngambil celengannya. Jing Jing memberitahu kalo dia sudah memasukkannya di dalam kopor. Lin Lu mencari alasan lain. Sabun wajah yang Jing Jing berikan... .

Jing Jing juga sudah memasukkannya. Ia meminta Lin Lu agar nggak membuang waktu lagi. Ia menghampiri Lin Lu dan merangkulnya. Jalan Lin Lu ada di depan. Di tengah jalan sana ada Presdirnya, si Pangeran tampan.


Liang kebetulan pulang. Jing Jing menyapanya. Ia memberitahu kalo Lin Lu akan pindah ke rumah presdir. Liang nggak menjawab. Ia seolah marah dan bahkan nggak mau menatap Lin Lu. Ia berjalan melewati Lin Lu tanpa bilang apa-apa.

Lin Lu juga merasa sedih. Ia memanggil Liang dan mengucapkan terima kasih atas kebaikannya selama ini. Liang meminta agar Lin Lu jaga diri baik-baik. Habis itu dia kembali berjalan dan masuk rumah.


Jing Jing kembali menarik Lin Lu agar nggak melihat Liang terus. Walaupun nggak bisa menjamu Lin Lu, tapi ia akan mengirimnya pergi dengan sesuatu yang beda. Jing Jing menatap Lin Lu dan menggenggam tangannya. Ia menasehati agar Lin Lu menjaga dirinya sendiri karena ia nggak ada di dekatnya lagi.

Lin Lu lalu memeluk Jing Jing dan janji akan kembali. Jing Jing mengatakan kalo Lin Lu nggak perlu kembali. Kalo di masa depan ada yang mengganggu Lin Lu, maka Lin Lu harus memberitahunya dan ia akan membalaskan dendamnya.

Jing Jing melepaskan pelukannya dan menyuruh Lin Lu untuk cepat pergi. Ia lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Lin Lu sambil melambaikan tangan. Lin Lu terus menatap Jing Jing sampai ia masuk rumah.


Lin Lu sampai di depan rumah Lian Sen dan menunggu Lian Sen membukakan pintu. Fang juga ada disana mau menemui Lian Sen. Lian Sen datang dari belakang dan mengagetkan Lin Lu. Lin Lu yang duduk di atas koper oleng dan jatuh menyandar padanya.

Fang yang melihatnya nerasa cemburu dan mau mendekat tapi Zichen melarangnya.

Lian Sen kesal. Ia menyindir sampai berapa lama lagi Lin Lu mau begitu? Lin Lu segera melepaskan diri. Lin Lu mengingatkan kalo berdiri diam-diam di belakang orang lain akan membuat orang lain itu takut. Lian Sen mengaku nggak tahu lalu masuk ke rumahnya. Lin Lu menarik kopernya dan menyusul Lian Sen.

Fang menyingkirkan tangan Zichen yang menutupi matanya. Dia ingin lihat. Zichen melarang. Ia khawatir Fang akan sakit kalo melihatnya. Anggap nggak melihatnya. Zichen merangkul Fang dan mengajaknya makan. Fang nggak mau. Dia menyikut perut Zichen lalu berjalan duluan. Zichen protes, Fang nggak bisa nggak memukulnya?


Lin Lu masuk ke rumah Lian Sen sambil menarik kopernya. Kopernya tampak sangat berat tapi Lian Sen sama sekali nggak membantunya. Lin Lu melihat rumah Lian Sen yang sangat besar dan merasa takjub. Kehidupan orang kaya memang beda. Menurutnya rumah itu sangat legendaris.

Lian Sen berjalan meninggalkan Lin Lu. Lin Lu minta ijin mau melihat-lihat. Lian Sen nggak bilang apa-apa. Lin Lu melihat piring hitam dan mengambilnya. Lian Sen nggak suka barangnya disentuh dan menyuruh Lin Lu untuk meletakkannya. Lin Lu menurut dan meletakkannya. Matanya lalu berhenti di alat untuk memutar piring hitam.


Lian Sen beranjak mau ke kamarnya. Lagi-lagi Lin Lu kagum pada sesuatu. Kali ini ia kagum pada ruang bawah tanah. Dan di sana ada ruang teater pribadi. Sama seperti yang biasanya ada di serial tv. Lian Sen mengingatkan tentang pasal 4 dalam kontrak.

Lin Lu menghampiri Lian Sen. Ia janji akan menjaga matanya. Ia menanyakan apa Lian Sen suka nonton film romantis? Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh rambut Lian Sen. Menurutnya, hewan berdarah dingin sepertinya pasti sering nonton dunia binatang.

Lian sen makin geram. Ia berbalik dan menangkap tangan Lin Lu, memutar tubuhnya dan mendorongnya duduk di sofa. Ia meminta Lin Lu memberinya waktu yang tenang. Lin Lu mengangguk sambil menutup mulutnya. Ia lalu meninggalkan Lin Lu. Lin Lu mengambil bantal dan merasa kalo Lian Sen adalah orang yang hyper bersih. Lin Lu lalu bangkit dan bermain dengan barang-barang Lian Sen.


Fang makan dengan Zichen. Tapi yang ada ia hanya melamun terus. Fang merasa kalo ada yang aneh dengan Lian Sen dan Lin Lu. Zichen membenarkan. Ia juga merasa begitu. Fang lalu menanyakan apa mereka hidup bersama saat dua hari pertama? Zichen mengiyakan.

Fang bertanya apa Zichen nggak merasa aneh? Zichen mengiyakan. Fang menyimpulkan kalo semakin ia mengejar Lian Sen, semakin Lian Sen mendekati Lin Lu. Zichen membenarkan. Ia menyarankan agar Fang menjauhi Sen Ge. Dan ia akan membawa Fang ke Turki, Tokyo dan Paris. Zichen bahkan akan memesan tiketnya sekarang juga.

Fang menatap Zichen tajam. Zichen jadi takut dan menanyakan apa yang Fang rencanakan? Fang mengatakan kalo ia akan mrngetahuinya cepat atau lambat. Dan ia yakin bisa memberi Lian Sen lebih banyak dari yang dibayangkannya. Zichen tampak sedih mendengarnya. Tapi dia nggak bilang apa-apa.


Lian Sen keluar dari kamarnya dan melihat barang-barang berserakan dimana-mana. Lin Lu sendiri sedang tidur. Lian Sen menghampirinya dan sengaja menginjak boneka ayam sehingga membuat Lin Lu terbangun.

Lin Lu yang masih mengantuk menatap Lian Sen yang nampak sangat kesal padanya. Lian Sen menyuruhnya untuk membersihkan semua yang ada di sana. Lin Lu mengangguk. Tapi setelah Lian Sem pergi, ia nggak bersih-bersih tapi malah menyanyi dengan keras.


Lian Sen malas mendengarnya dan menutup telinganya. Bukannya berhenti, Lin Lu malah makin keras nyanyinya. Lian Sen nggak bisa tahan lagi. Ia melepas penutup telinganya dan keluar menemui Lin Lu. Ia melepas headphone yang Lin Lu pakai dan melarangnya bergerak. Lin Lu nggak ngeh. Kalo dia nggak bergerak, gimana caranya dia bisa membereskan barang bawaannya?

Lian Sen menyindir apa dia perlu memperbesar kontrak dan nenempelkannya di dinding? Lin Lu nggak bisa berkutik lagi. Ia pura-pura sakit kepala tapi malah megangnya perut. Habis itu mengaku sakit perut tapi yang dipegang kepala. Lah, kebalik-kebalik mulu.

Lian Sen tahu kalo Lin Lu cuma pura-pura. Ia lalu menyuruh Lin Lu untuk membersihkan semua itu karena dia sangat enerjik. Lin Lu mengatakan kalo dia nggak bisa. Semuanya terlalu berantakan. Dan ia sudah menandainya dalam pikirannya. Tapi kalo ia membereskannya maka ia nggak akan bisa menemukannya. Lian sen nggak peduli. Ia mengembalikan headphone Lin Lu dan memberinya waktu 3 menit.


Hari sudah berganti malam. Lian Sen ada di kamarnya dan menyisir boneka beruangnya. Lin Lu mau masuk dan mengetuk pintu tapi nggak jadi saat melihat apa yang Lian Sen sedang lakukan. Pelan-pelan ia mendekat. Kebetulan Lian Sen sedang menyisir s*lakangan kaki beruang. Lin Lu nggak nyangka kalo Lian Sen punya sisi seperti itu. Apa itu miliknya? Sangat c*bul!

Lian Sen melihat Lin Lu dan buru-buru menyembunyikan sisir bonekanya. Lin Lu tersenyum dan meminta maaf karena telah mengganggu. Dia tahu kok kalo itu adalah barang spesial. Lian Sen meletakkan bonekanya di samping bantal dan bertanya apa Lin Lu sudah selesai membereskan semuanya?


Lin Lu menggeleng. Gimana dia bisa membereskan semuanya secepat itu? Dia hanya ingin tanya dimana ia akan tidur malam ini? Lian Sen keluar. Lin Lu mengikutinya. Lian Sen menunjukkan gudang ke Lin Lu. Lin Lu nggak ngerti. Gimana bisa ia tidur disana? Lian Sen mengambil sleeping bag dan memberikannya pada Lin Lu. Lin Lu menerimanya dan hanya bisa menghela nafas. Sabar.

Lian Sen menyuruh Lin Lu untuk membersihkan diri lalu pergi. Lin Lu mencium badannya dan merasa wajar kalo dia berkeringat. Secara dia seharian ini bersih-bersih. Memangnya Lian Sen? Pria besar yang nggak berkeringat?


Lin Lu mandi dan berendam di bak mandi. Ia nampak sangat senang bermain busa. Ia mau mengambil sabun lagi tapi tangannya nggak sampai karena bak mandinya terlalu tinggi. Efeknya Lin Lu terpeleset dan kepalanya terantuk bak mandi. Lin Lu berteriak dan tenggelam.

Lian Sen yang mendengar teriakannya jadi khawatir. Ia mengetuk pintu kamar mandi tapi nggak ada balasan dari Lin Lu. Akhirnya Lian Sen membuka pintu pakai kunci duplikat. Ia segera mendekat dan melihat Lin Lu tenggelam.

Lin Lu melihat Lian Sen dan minta diambilkan handuk. Lian Sen mengambil handuk dan melemparkannya ke Lin Lu. Lin Lu menyuruhnya keluar dan ia pun memakai handuk. Lian Sen sudah mau keluar. Lin Lu mau berdiri tapi malah terpeleset dan kembali jatuh. Ia berteriak. Lian Sen berbalik dan...

Duh, Lin Lu perasaan hobinya jatuh mulu, deh. Dan kalo pas jatuh selalu ada Lian Sen. Kebetulan banget, ya. Dan pas lihat ending episode ini...bikin makin penasaran sama episode selanjutnya ^_^


Bersambung...

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊