All content from iQiyi
Malamnya Lian Sen nggak bisa tidur. Ia ingat apa yang dokter katakan tentang terobosan yang bisa membuatnya tidur. Terobosan. Ia lalu ingat Lin Lu. Lian Sen turun dari tempat tidurnya dan mendatangi Lin Lu.
Lin Lu tidur dengan sangat lelap di sofa. Lian Sen tersenyum melihatnya. Ia lalu menaikkan suhu ruangan menjadi 30 derajat habis itu balik lagi ke kamarnya dan menonton tv.
Lama kelamaan Lin Lu merasa kegerahan. Ia membuka kantong tidurnya dan bangun.
Lian Sen sendiri merasa gelisah di kamarnya karena Lin Lu belum juga datang kepadanya. Apa mungkin belum kepanasan? Ia lalu mengambil laptopnya dan bekerja. Tapi dia juga nggak bisa tenang. Apa mungkin belum terlalu panas? Ia menutup laptopnya dan kembali turun melihat Lin Lu.
Lah, kok Lin Lu nggak ada di sofa? Ia pun mencari Lin Lu yang ternyata sedang ngadem di depan kulkas yang terbuka sambil latihan make up. Ia menghela nafas dan menghampirinya.
Lin Lu bertanya kenapa Lian Sen belum tidur. Lian Sen merasa kalo harusnya dia yang nanya. Lin Lu memberitahu kalo dia merasa kepanasan. Dia takut berkeringat saat merias wajahnya. Udara kulkas cukup buat 9 orang dan lagi tagihan listriknya lebih murah ketimbang AC. jadi nggak merugikan.
Lian Sen heran. Lin Lu latihan tengah malam? Nggak capek? Lin Lu bilang enggak. Ia memberitahu kalo dulu dia sering bekerja dan pulang kerja dia langsung tidur. Tapi sejak dia ketemu sama Presdir kayak Lian Sen yang seperti emas, membuatnya sangat bersemangat sampai nggak bisa tidur. Selain itu dia takut akan tidur di samping Lian Sen seperti saat itu. Jadi ia memutuskan untuk mengubah malam menjadi siang. Aman. 😁😁😁
Lian Sen mengambil dua botol minuman lalu menutup kulkas. Ia mengingatkan kalo Lin Lu kan mau minum. Ia membawanya ke meja dan menyuruh Lin Lu untuk duduk. Lin Lu menanyakan apa Lian Sen nggak tidur? Lian Sen merasa kalo Lin Lu sudah tahu itu. Lin Lu mengatakan kalo harusnya lampu kulkas nggak mempengaruhi rumahnya.
Lin Lu bertanya apa Lian Sen nggak bisa tidur gara-gara ada lampu? Lian Sen santai, apa Lin Lu punya keluhan? Lin Lu menghampirinya. Nggak papa. Lian Sen bisa tidur kalo dia mau tidur. Apa ia ingin Lin Lu ke toilet?
Lian Sen memberitahu kalo kadaluarsanya bentar lagi. Kalo nggak diminum nanti bir yang Lin Lu beli akan sia-sia. Lin Lu memberitahu kalo ia membeli itu karena sedang diskon di supermarket. Ia takut akan menghabiskan anggurnya Lian Sen maka ia beli itu. Lian Sen mengangguk mengiyakan.
Lin Lu duduk di depan Lian Sen dan menuangkan minumannya ke dalam gelas sambil memberitahu kalo itu adalah minumannya. Ia memberitahu cara memegangnya dan cara menuangkannya pada Lian Sen lalu mengajaknya bersulang.
Lian Sen mengatakan kalo gelas itu untuk merayakan kesuksesan Lin Lu belajar menuang anggur. Lian Sen mau meminum anggurnya tapi Lin Lu malah menahannya. Ia mengingatkan kalo langkah pertama mengevaluasi anggur adalah.... .
Lin Lu mulai bicara panjang lebar dan membuat Lian Sen pusing. Ia meminum minumannya lalu tersenyum menatap Lin Lu.
Hari sudah pagi. Lian Sen sudah siap mau berangkat kerja tapi Lin Lu masih tidur pulas di sofa. Lian Sen mendekat dan tersenyum menatap Lin Lu.
Fang datang dan menekan bel. Lian Sen membukakan pintu. Fang mengatakan kalo ia ingin mengajak Lin Lu ke gym bersamanya. Lian Sen memberitahu kalo Lin Lu terlalu semangat semalam, sangat lincah jadi masih belum bangun. Fang mikirnya sudah kemana-mana. Ia mengatakan kalo nggak akan menunggu dan pamit.
Lian Sen menutup pintu dan kembali ke Lin Lu. Ia sengaja menendang botol minum dan berhasil membuat Lin Lu bangun. Lin Lu bangun dan melihat Lian Sen. Kenapa Lian Sen belum berangkat? Lian Sen malah balik nanya kenapa Lin Lu ingin dia cepat pergi?
Lin Lu tersenyum. Dia merasa kalo Lian Sen adalah orang yang bekerja keras dan nggak pernah telat. Lian Sen mengingatkan kalo Lin Lu kemarin bilang kalo dia kelebihan energi untuk tidur. Lin Lu mengangguk. Lian Sen memberi waktu 10 menit untuk Lin Lu untuk merapikan diri dan pergi dengannya.
Lin Lu langsung bangkit dan bertanya kenapa tiba-tiba? Ia mengaku kalo sekarang dia lebih srnang tinggal di rumah. Lian Sen mengingatkan kalo nggak aman tinggal di rumah. Apalagi mengurung Lin Lu di rumah. Itu membuatnya nggak tenang. Ia khawatir kalo Lin Lu sendirian.
Lin Lu malah merasa sebaliknya. Dia senang di rumah dan nggak sendirian juga. Fang kan tinggal di sebelah. Jadi ia bisa minta Fang untuk menemaninya. Lian Sen nggak perlu khawatir. Lian Sen justru merasa Lin Lu nggak aman karena Fang pindah. Ia yakin kalo dengan IQ Lin Lu, ia pasti akan membuka mulutnya.
Ia memberi waktu 3 menit pada Lin Lu untuk merapikan diri lalu pergi dengannya. Lin Lu menyindir kalo ternyata Lian Sen punya rutinitas di rumah. Ia meminta agar Lian Sen nggak khawatir karena dia nggak akan bicara omong kosong. Ia tahu Lian Sen sedang menggodanya.
Lian Sen menyatakan kalo dia sedang serius. Ia menyuruh Lin Lu untuk cepat pergi. Lin Lu menolak. Dia nggak mau. Lin Lu santai. Ia mengambil ponselnya dan menelpon Maggie, menyuruhnya untuk membawa anjing ke rumahnya.
Lin Lu langsung berdiri dan minta diberi waktu 3 menit dan ia akan segera siap. Lin Lu langsung pergi untuk mandi dan siap-siap. Lian Sen tersenyum karena ia akan bersama Lin Lu seharian.
Maggie merapikan meja Lian Sen. Nggak lama kemudian Lian Sen datang bersama dengan Lin Lu. Ia menyapa mereka. Lin Lu menyapa Maggie balik. Ia bertanya kenapa Lian Sen membawanya ke kantor? Lin Lu mau pergi tapi Lian Sen melarangnya.
Lian Sen memberitahu Maggie kalo mulai hari ini Lin Lu akan jadi sekretarisnya. (Apa?) Ia meminta Maggie untuk menyiapkan peralatan kantor untuk Lin Lu karena Lin Lu akan bekerja seruangan dengannya.
Maggie dan Lin Lu bengong. Ia bertanya kalo dia jadi sekretarisnya Lian Sen lalu gimana dengan Maggie? Lian Sen santai. Ia memberitahu kalo mereka punya fungsi yang berbeda. Maggie bertanggung jawab pada pekerjaan dan Lin Lu duduk di sampingnya agar nggak membuatnya khawatir. Lin Lu hanya menghela nafas.
Maggie tersenyum dan akan menyiapkan peralatan kantor buat Lin Lu. Ia lalu memberitahu kalo ada hadiah kecil untuk Shi Zhong. Maggie menunjukkan sesuatu di meja lalu pergi.
Lian Sen duduk di kursinya lalu mengambil dokumen. Lin Lu melihat kartu untuk Lian Sen dan membacanya. Dia sih nggak heran kalo sifatnya Lian Sen nggak beda sama ayahnya. Ternyata zodiaknya sama???
Lin Lu mulai bosan karena dari tadi dia cuman duduk-duduk aja. Ia memanggil Shi Zhong dan bertanya Lian Sen mengajaknya ke kantor lalu apa yang harus dia lakukan? Selain mendengar suara keyboardnya, apa perintahnya selanjutnya?
Lian Sen melihat Lin Lu dan menanyakan apa Lin Lu merasa bosan? Lin Lu mengangguk mengiyakan. Kalo dia di rumah kan dia bisa memanfaatkan tenaganya untuk bersih-bersih. Tapi kalo di kantor dia nggak bisa ngapa-ngapain.
Lian Sen memikirkan sesuatu. Ia lalu mengambil sekotak kertas di bawah meja dan memberikannya pada Lin Lu. Ia menyuruh Lin Lu untuk merapikan kertas-kertas itu lalu menghancurkannya di shedder. Lin Lu harus menyelesaikan sebelum ia selesai meeting. Lin Lu mengiyakan. Ia merasa kalo itu pekerjaan yang mudah. Serahkan saja padanya. Lian Sen merasa senang. Ia lalu pergi.
Lin Lu membawa kertas-kertas itu dan menghancurkannya. Awalnya ia senang melakukannya tapi lama-lama ia pun bosan dan akhirnya ketiduran.
Seorang karyawan masuk dan meletakkan dokumen di atas meja Lian Sen lalu pergi.
Nggak lama kemudian Lin Lu bangun dan melanjutkan pekerjaannya. Semua kertasnya sudah habis. Ia melihat ada beberapa kertas lagi di atas meja dan mengambilnya. Tanpa membacanya lebih dulu ia pun menghancurkannya.
Lian Sen kembali dari meetingnya dan melihat Lin Lu sudah selesai. Lin Lu tersenyum dan mengatakan kalo Lian Sen nggak perlu ragu untuk memeriksanya.
Lian Sen duduk di kursinya. Ia mencari sebuah dokumen dan bertanya pada Lin Lu apakah tadi ada manajer penjualan yang masuk ke ruangnnya dan memberikan laporan keuangan?
Lin Lu berdiri dan mengaku nggak lihat. Laporan apa? Lian Sen memberitahu laporan penjualan produk cinderella untuk bulan ini. Laporan penjualan? Lin Lu merasa nggak menerimanya.
Lian Sen curiga kalo Lin Lu membuangnya. Lin Lu merasa nggak enak. Semua kertasnya warna putih dan bentuknya hampir sama. Apa itu sangat penting? Lian Sen menghela nafas. Lin Lu bilang kalo dia akan kembali dan nggak akan main-main lagi.
Lian Sen memanggil Lin Lu dan memberitahu kalo dia akan menemui pelanggan sore ini. Ia memberikan catatan informasinya pada Lin Lu dan menyuruhnya untuk membacanya baik-baik. Lin Lu menanyakan pelanggannya pria apa wanita? Apakah penampilannya menarik?
Lian Sen menanyakan apa itu penting? Lin Lu menutup dokumen itu. Dia hanya bergosip, hanya asal bertanya. Lian Sen nggak bilang apa-apa lagi. Lin Lu membawa dokumennya dan meletakkannya di atas mejanya. Ia lalu mengambil kertas-kertas yang tadi ia hancurkan.
Lin Lu ikut rapat. Tapi karena semalam nggak bisa tidur membuatnya ngantuk dan ia beberapa kali tertidur. Lin Lu meminum minumannya sampai habis tapi masih ngantuk juga. Ia lalu mengambil cangkir Lian Sen dan meminumnya.
Ringkas drama selanjutnya
Bersambung...
Lin Lu tidur dengan sangat lelap di sofa. Lian Sen tersenyum melihatnya. Ia lalu menaikkan suhu ruangan menjadi 30 derajat habis itu balik lagi ke kamarnya dan menonton tv.
Lama kelamaan Lin Lu merasa kegerahan. Ia membuka kantong tidurnya dan bangun.
Lian Sen sendiri merasa gelisah di kamarnya karena Lin Lu belum juga datang kepadanya. Apa mungkin belum kepanasan? Ia lalu mengambil laptopnya dan bekerja. Tapi dia juga nggak bisa tenang. Apa mungkin belum terlalu panas? Ia menutup laptopnya dan kembali turun melihat Lin Lu.
Lah, kok Lin Lu nggak ada di sofa? Ia pun mencari Lin Lu yang ternyata sedang ngadem di depan kulkas yang terbuka sambil latihan make up. Ia menghela nafas dan menghampirinya.
Lin Lu bertanya kenapa Lian Sen belum tidur. Lian Sen merasa kalo harusnya dia yang nanya. Lin Lu memberitahu kalo dia merasa kepanasan. Dia takut berkeringat saat merias wajahnya. Udara kulkas cukup buat 9 orang dan lagi tagihan listriknya lebih murah ketimbang AC. jadi nggak merugikan.
Lian Sen heran. Lin Lu latihan tengah malam? Nggak capek? Lin Lu bilang enggak. Ia memberitahu kalo dulu dia sering bekerja dan pulang kerja dia langsung tidur. Tapi sejak dia ketemu sama Presdir kayak Lian Sen yang seperti emas, membuatnya sangat bersemangat sampai nggak bisa tidur. Selain itu dia takut akan tidur di samping Lian Sen seperti saat itu. Jadi ia memutuskan untuk mengubah malam menjadi siang. Aman. 😁😁😁
Lian Sen mengambil dua botol minuman lalu menutup kulkas. Ia mengingatkan kalo Lin Lu kan mau minum. Ia membawanya ke meja dan menyuruh Lin Lu untuk duduk. Lin Lu menanyakan apa Lian Sen nggak tidur? Lian Sen merasa kalo Lin Lu sudah tahu itu. Lin Lu mengatakan kalo harusnya lampu kulkas nggak mempengaruhi rumahnya.
Lin Lu bertanya apa Lian Sen nggak bisa tidur gara-gara ada lampu? Lian Sen santai, apa Lin Lu punya keluhan? Lin Lu menghampirinya. Nggak papa. Lian Sen bisa tidur kalo dia mau tidur. Apa ia ingin Lin Lu ke toilet?
Lian Sen memberitahu kalo kadaluarsanya bentar lagi. Kalo nggak diminum nanti bir yang Lin Lu beli akan sia-sia. Lin Lu memberitahu kalo ia membeli itu karena sedang diskon di supermarket. Ia takut akan menghabiskan anggurnya Lian Sen maka ia beli itu. Lian Sen mengangguk mengiyakan.
Lin Lu duduk di depan Lian Sen dan menuangkan minumannya ke dalam gelas sambil memberitahu kalo itu adalah minumannya. Ia memberitahu cara memegangnya dan cara menuangkannya pada Lian Sen lalu mengajaknya bersulang.
Lian Sen mengatakan kalo gelas itu untuk merayakan kesuksesan Lin Lu belajar menuang anggur. Lian Sen mau meminum anggurnya tapi Lin Lu malah menahannya. Ia mengingatkan kalo langkah pertama mengevaluasi anggur adalah.... .
Lin Lu mulai bicara panjang lebar dan membuat Lian Sen pusing. Ia meminum minumannya lalu tersenyum menatap Lin Lu.
Hari sudah pagi. Lian Sen sudah siap mau berangkat kerja tapi Lin Lu masih tidur pulas di sofa. Lian Sen mendekat dan tersenyum menatap Lin Lu.
Fang datang dan menekan bel. Lian Sen membukakan pintu. Fang mengatakan kalo ia ingin mengajak Lin Lu ke gym bersamanya. Lian Sen memberitahu kalo Lin Lu terlalu semangat semalam, sangat lincah jadi masih belum bangun. Fang mikirnya sudah kemana-mana. Ia mengatakan kalo nggak akan menunggu dan pamit.
Lian Sen menutup pintu dan kembali ke Lin Lu. Ia sengaja menendang botol minum dan berhasil membuat Lin Lu bangun. Lin Lu bangun dan melihat Lian Sen. Kenapa Lian Sen belum berangkat? Lian Sen malah balik nanya kenapa Lin Lu ingin dia cepat pergi?
Lin Lu tersenyum. Dia merasa kalo Lian Sen adalah orang yang bekerja keras dan nggak pernah telat. Lian Sen mengingatkan kalo Lin Lu kemarin bilang kalo dia kelebihan energi untuk tidur. Lin Lu mengangguk. Lian Sen memberi waktu 10 menit untuk Lin Lu untuk merapikan diri dan pergi dengannya.
Lin Lu langsung bangkit dan bertanya kenapa tiba-tiba? Ia mengaku kalo sekarang dia lebih srnang tinggal di rumah. Lian Sen mengingatkan kalo nggak aman tinggal di rumah. Apalagi mengurung Lin Lu di rumah. Itu membuatnya nggak tenang. Ia khawatir kalo Lin Lu sendirian.
Lin Lu malah merasa sebaliknya. Dia senang di rumah dan nggak sendirian juga. Fang kan tinggal di sebelah. Jadi ia bisa minta Fang untuk menemaninya. Lian Sen nggak perlu khawatir. Lian Sen justru merasa Lin Lu nggak aman karena Fang pindah. Ia yakin kalo dengan IQ Lin Lu, ia pasti akan membuka mulutnya.
Ia memberi waktu 3 menit pada Lin Lu untuk merapikan diri lalu pergi dengannya. Lin Lu menyindir kalo ternyata Lian Sen punya rutinitas di rumah. Ia meminta agar Lian Sen nggak khawatir karena dia nggak akan bicara omong kosong. Ia tahu Lian Sen sedang menggodanya.
Lian Sen menyatakan kalo dia sedang serius. Ia menyuruh Lin Lu untuk cepat pergi. Lin Lu menolak. Dia nggak mau. Lin Lu santai. Ia mengambil ponselnya dan menelpon Maggie, menyuruhnya untuk membawa anjing ke rumahnya.
Lin Lu langsung berdiri dan minta diberi waktu 3 menit dan ia akan segera siap. Lin Lu langsung pergi untuk mandi dan siap-siap. Lian Sen tersenyum karena ia akan bersama Lin Lu seharian.
Maggie merapikan meja Lian Sen. Nggak lama kemudian Lian Sen datang bersama dengan Lin Lu. Ia menyapa mereka. Lin Lu menyapa Maggie balik. Ia bertanya kenapa Lian Sen membawanya ke kantor? Lin Lu mau pergi tapi Lian Sen melarangnya.
Lian Sen memberitahu Maggie kalo mulai hari ini Lin Lu akan jadi sekretarisnya. (Apa?) Ia meminta Maggie untuk menyiapkan peralatan kantor untuk Lin Lu karena Lin Lu akan bekerja seruangan dengannya.
Maggie dan Lin Lu bengong. Ia bertanya kalo dia jadi sekretarisnya Lian Sen lalu gimana dengan Maggie? Lian Sen santai. Ia memberitahu kalo mereka punya fungsi yang berbeda. Maggie bertanggung jawab pada pekerjaan dan Lin Lu duduk di sampingnya agar nggak membuatnya khawatir. Lin Lu hanya menghela nafas.
Maggie tersenyum dan akan menyiapkan peralatan kantor buat Lin Lu. Ia lalu memberitahu kalo ada hadiah kecil untuk Shi Zhong. Maggie menunjukkan sesuatu di meja lalu pergi.
Lian Sen duduk di kursinya lalu mengambil dokumen. Lin Lu melihat kartu untuk Lian Sen dan membacanya. Dia sih nggak heran kalo sifatnya Lian Sen nggak beda sama ayahnya. Ternyata zodiaknya sama???
Lin Lu mulai bosan karena dari tadi dia cuman duduk-duduk aja. Ia memanggil Shi Zhong dan bertanya Lian Sen mengajaknya ke kantor lalu apa yang harus dia lakukan? Selain mendengar suara keyboardnya, apa perintahnya selanjutnya?
Lian Sen melihat Lin Lu dan menanyakan apa Lin Lu merasa bosan? Lin Lu mengangguk mengiyakan. Kalo dia di rumah kan dia bisa memanfaatkan tenaganya untuk bersih-bersih. Tapi kalo di kantor dia nggak bisa ngapa-ngapain.
Lian Sen memikirkan sesuatu. Ia lalu mengambil sekotak kertas di bawah meja dan memberikannya pada Lin Lu. Ia menyuruh Lin Lu untuk merapikan kertas-kertas itu lalu menghancurkannya di shedder. Lin Lu harus menyelesaikan sebelum ia selesai meeting. Lin Lu mengiyakan. Ia merasa kalo itu pekerjaan yang mudah. Serahkan saja padanya. Lian Sen merasa senang. Ia lalu pergi.
Lin Lu membawa kertas-kertas itu dan menghancurkannya. Awalnya ia senang melakukannya tapi lama-lama ia pun bosan dan akhirnya ketiduran.
Seorang karyawan masuk dan meletakkan dokumen di atas meja Lian Sen lalu pergi.
Nggak lama kemudian Lin Lu bangun dan melanjutkan pekerjaannya. Semua kertasnya sudah habis. Ia melihat ada beberapa kertas lagi di atas meja dan mengambilnya. Tanpa membacanya lebih dulu ia pun menghancurkannya.
Lian Sen kembali dari meetingnya dan melihat Lin Lu sudah selesai. Lin Lu tersenyum dan mengatakan kalo Lian Sen nggak perlu ragu untuk memeriksanya.
Lian Sen duduk di kursinya. Ia mencari sebuah dokumen dan bertanya pada Lin Lu apakah tadi ada manajer penjualan yang masuk ke ruangnnya dan memberikan laporan keuangan?
Lin Lu berdiri dan mengaku nggak lihat. Laporan apa? Lian Sen memberitahu laporan penjualan produk cinderella untuk bulan ini. Laporan penjualan? Lin Lu merasa nggak menerimanya.
Lian Sen curiga kalo Lin Lu membuangnya. Lin Lu merasa nggak enak. Semua kertasnya warna putih dan bentuknya hampir sama. Apa itu sangat penting? Lian Sen menghela nafas. Lin Lu bilang kalo dia akan kembali dan nggak akan main-main lagi.
Lian Sen memanggil Lin Lu dan memberitahu kalo dia akan menemui pelanggan sore ini. Ia memberikan catatan informasinya pada Lin Lu dan menyuruhnya untuk membacanya baik-baik. Lin Lu menanyakan pelanggannya pria apa wanita? Apakah penampilannya menarik?
Lian Sen menanyakan apa itu penting? Lin Lu menutup dokumen itu. Dia hanya bergosip, hanya asal bertanya. Lian Sen nggak bilang apa-apa lagi. Lin Lu membawa dokumennya dan meletakkannya di atas mejanya. Ia lalu mengambil kertas-kertas yang tadi ia hancurkan.
Lin Lu ikut rapat. Tapi karena semalam nggak bisa tidur membuatnya ngantuk dan ia beberapa kali tertidur. Lin Lu meminum minumannya sampai habis tapi masih ngantuk juga. Ia lalu mengambil cangkir Lian Sen dan meminumnya.
Ringkas drama selanjutnya
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊