Sinopsis Kakafukaka episode 5 part 2

Anysti
0

All content from MBS


Warning: 18+

Jadilah pembaca yang bijak 


Terada nggak bisa tidur malam itu. Ia keluar dan menuju dapur. Lah, ternyata Hongyo juga lagi ada di dapur. Ohayo!

Terada mengucapkan selamat pagi lalu menutup pintu. Hongyo memanggilnya dan bertanya kenapa Terada menghindarinya?

Terada membantahnya. Ia masuk dan berbasa-basi. Hongyo bangunnya pagi banget. Hongyo yang sedang menuang teh mengaku nggak bisa tidur.

Terada mengangguk. Hongyo menanyakan Terada mau minum apa? Terada lama jawabnya. Dia mau air putih saja.


Hongyo membuka kulkas dan mengambilkan air putih untuk Terada. Terada menerimanya dan berterima kasih. Ia lalu meminumnya.

Hongyo pindah dan duduk di meja makan. Terada mengungkit tentang lamaran Akari. Hongyo meneguk tehnya dan membenarkan. Terada mengaku penasaran dengan tanggapan Hongyo.



Hongyo meletakkan cangkirnya dan bertanya, pernikahan? Apa itu? Ia lalu mengalihkan ke Terada. Terada menghindarinya, kan? Sejak hari itu.

Terada nggak berkata apa-apa. Hongyo menduga kalo Terada emang marah sama dia. Terada membantahnya. Nggak kayak gitu. Ia hanya merasa. . agak sulit untuk bertatap muka dengan Hongyo. Ia nggak tahu harus membuat ekspresi apa saat mereka ketemu.


Hongyo bangkit dan menghampiri Terada. Ia mengatakan "sekali lagi". Masih ada satu waktu lagi buat tidur bareng.

Terada malah mengangguk dan mengiyakan. Hongyo tersenyum dan menjanjikan akan melakukan yang terbaik. Ia mengandalkan Terada. Sekali lagi Terada mengangguk dan mengiyakan.

Hongyo lalu pamit. Dia mau balik tidur lagi. Ia lalu meninggalkan Terada.

Dalam hati Terada bertanya-tanya. Masih ada waktu lagi? Nggak tahu kenapa kata-kata sepele seperti itu, malah membuatnya senang setelah mendengarnya. Tapi itu juga membuatnya penasaran.


Terada melamun menatap kaktus. Ia bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan kalo dia benar-benar hamil?

Hase yang baru pulang kerja memanggil Terada dan membuyarkan lamunannya. Ia menanyakan apa yang Terada lakukan? Ia menakutinya.


Terada mengucapkan selamat datang kembali pada Hase. Ia pulang lebih awal hari ini? Terada bangkit dan menawarkan secangkir teh pada Hase.

Hase berterima kasih lalu duduk di sebelah meja makan. Ia menanyakan apa Tomo keluar? Terada mengiyakan. Mungkin. Mungkin tadi pagi.

Hase menanyakan apa Terada sudah mengetesnya? Gimana hasilnya? Terada kaget ditanya lagi soal itu. Bingung jawabnya. Tapi akhirnya ia memberitahu kalo ia belum mengeceknya.

Oh, tadinya Hase berpikir kalo Terada nampak muram karena hasilnya keluar. Terada mengiyakan. Ia hanya berpikir kenapa ia begitu ceroboh waktu itu.


Hase merasa kalo hal yang sama juga berlaku buat Tomo. Harusnya dia juga lebih hati-hati. Terada merasa soal itu... Hase memotong. Ia mengingatkan tentang apa yang ia katakan kemarin. Sekalipun Terada hamil, itu juga nggak akan menghalangi pernikahan mereka.

Terada nggak merespon. Hase menuntut reaksi Terada. Terada hanya tersenyum. Tapi senyumnya terkesan dipaksakan. Ia mengatakan kalo Hase nyari pasangan yang cocok, menurutnya siapapun pasti cocok.

Hase mengatakan kalo dia nggak bilang siapapun akan cocok tapi ia bilang kalo Terada cocok untuk kebutuhannya.


Hase bangkit dan menghampiri Terada. Kalo dia harus menjelaskannya secara detil, contohnya tiap kali Terada membantu seseorang Terada sama sekali nggak pernah membual mengenai hal itu. Terada juga nggak pernah ngeluh.

Apa yang Terada katakan sebelumnya, harusnya Terada bilang kalo dia berharap Tomo lebih berhati-hati sebagai gantinya.

Terada menanyakan apa yang Hase bicarakan? Ia membawakan teh Hase.


Hase mengaku benci saat orang melakukan itu. Mereja membantu Terada tanpa diminta dan sebagai balasannya berharap Terada melakukan sesuatu untuk mereka.

Terada duduk di hadapan Hase. Hase melanjutkan kalo kebanyakan wanita melakukannya, kan? Terutama untuk orang yang dekat dengan mereka. Dan juga Terada mengakui keberadaan orang lain dengan selalu menyapa mereka.



Terada malah nggak ngeh. Nyapa orang? Maksudnya dia? Hase mencontohkan tiap kali Terada menyapanya. Selamat pagi! Selamat malam! Aku pulang! Sekamat datang di rumah! Itadakimasu! Terima kasih buat makanannya! Terada mengatakan banyak hal.

Terada kayak nggak nyangka. Begitukah? Ia malah nggak menyadarinya. Hase nggak sependapat. Ia mengira kalo Terada menyadarinya. Tapi itu adalah masalah besar baginya.

Mungkin terdengar konyol, tapi ketika ia mengatakan kalo Terada cocok untuk kebutuhannya, itu artinya Terada yang...


Hase nggak bisa melanjutkannya. Hase membaca pesannya. Ia harus kembali ke kantor. Ia pun bangkit.

Hase mengucapkan terima kasih untuk tehnya. Terada ikut bangkit. Ia meminta Hase untuk berhati-hati. Hase mengiyakan. Ia berpikir kalo Terada harus mengetesnya apapun hasilnya nanti. Toh melakukannya nanti juga nggak akan mengubah hasilnya.

Terada tersenyum dan mengiyakan.


Hase menghampiri Terada dan pamit. Nggak kayak biasanya. Kali ini Hase pakai acara membelai kepala Terada segala.

Dalam hati Terada berpikir kalo itu sama sekali nggak berarti apa-apa. Itu hanya hal kecil.

Terada duduk sambil megangin kepalanya. Tapi Hase barusan memujinya. Dan sejujurnya Terada merasa senang.


Hase pulang kerja malam harinya. Wajahnya nampak pucat dan lelah.

Kita lalu diceritain sama Hase kalo sejak Hase masih kecil, ...



Hase kecil baru bangun tidur dan menyapa ibunya di ruang makan. Ibu masih di dapur membuat makanan padahal di meja makan sudah ada banyak makanan.

Ibu menyuruh Hase untuk segera menghabiskan sarapannya. Hase mengucapkan selamat pagi lagi pada ibunya, berharap ibu menjawabnya.

Ibu makin sibuk dan nggak punya waktu buat meladeni Hase.


Akhirnya ibu menghampiri Hase. Bukannya mau meluk atau nyium, ibu malah mendorong Hase ke meja makan dan menyuruhnya buat cepat makan.

Ibu memarahi Hase karena nggak mau nurut dan yang lebih parah lagi ibu malah manggil Hase anak nakal.

Hase melanjutkan ceritanya kalo ibunya nggak pernah membalas selamat paginya dan nggak akan mendengarkannya.

Hase mengambil garpunya dan mulai makan.


Hase berjalan pulang dan teringat kata-kata yang selalu ibu katakan.

Taichi, kamu bisa mengikuti ujian masuk untuk sekolah itu. Papa sudah ngasih kamu ijin. Apa Taichi nggak senang?

Hase hanya diam. Ibu memberitahu kalo itu adalah sekolah yang bagus. Ibu juga sudah memberitahu teman-teman Hase untuk nggak mengajaknya bicara kareha mereka nggak akan main bersama lagi. Ibu merasa sangat senang dan meminta Hase untuk belajar lebih giat lagi.



Hase frustasi dan mengunci diri di kamar. Ibu menggedor-gedor pintu. Ibu mengatakan kalo dia mendukung Hase dan mencoba yang terbaik untuknya. Kenapa Hase melakukannya? Ibu menyuruh Hase untuk membuka pintu.

Hase kecil makin tertekan dan menutup telinganya.


Hase sampai di kamarnya. Ia duduk di tepi tempat tidur lalu berbaring. Terngiang kembali kata-kata ibu yang mengatakan kalo ia berbaik hati membelikannya buat Hase. Ia membuatnya untuk Hase. Ia akan melakukan yang terbaik untuk Hase.

Hase meletakkan tangannya di atas kepala dan melanjutkan narasinya.



Saat ia masih mahasiswa, ia menjalani hidupnya seperti keinginan ibunya. Dan akhirnya ia mendapatkan kebebasan setelah mencari pekerjaan. Ibunya membiarkannya hidup sendiri.

Hase tinggal di rumahnya sekarang. Pacarnya datang berkunjung. Ia menanyakan Hase tinggal disana sendirian? Ia merasa luar biasa.

Pacar Hase mengatakan kalo Hase memberinya kunci duplikat maka ia akan mengurus rumah itu untuk Hase.

Hase nggak menanggapi dan hanya tersenyum.


Dan dengan pacar Hase yang lainnya.

Hase bekerja dan duduk di mrja makan. Pacarnya datang dengan membawa banyak belanjaan. Ia mengatakan akan membuatkan Hase makan malam.

Hase meminta maaf dan meminta pacarnya untuk melakukannya besok saja. Ia lalu kembali pada pekerjaannya.

Pacar Hase nampak kesal. Gimana bisa Hase mengatakan itu padanya padahal ia sudah mencoba yang terbaik untuk Hase.



Hase mengangkat wajahnya dan menatap pacarnya. Kata-kata dan tindakan sepele itu mengingatkannya pada ibunya.

Meski ia melakukan itu untuk Hase,


Selama masa itu ia keremu sama Hongyo. Yang membuatnya penasaran adalah kurangnya keterikatannya.

Lalu mantan teman sekelasnya muncul.

Kita lalu ditarik buat mengingat saat Hase pertama ketemu sama Terada. Terada mengaku senang ketemu sama Hase dan mengenalkan namanya.



Dan saat Hase melamar Terada untuk menikah dengannya atau berkencan dengannya dalam pernikahan.

Dan gimana Hase selalu mendesaknya. Terada merasa kalo itu kayaknya nggak benar.

Hongyo menyarankan agar Terada mengatakan enggak kalo memang berpikir kalo itu nggak benar. Atau apa Terada nggak ingin menolaknya?

Hase merasa kalo Terada adalah orang pertama yang membuat Hongyo menunjukkan sisi ketertarikannya.


Hase mematikan lampu kamarnya. Ia penasaran. Kenapa? Tapi gimanapun juga ia nggak melihat ibunya di dalam diri Terada.

Hase memejamkan matanya. Ia malah bermimpi buruk.


Hase kecil sakit. Ibu menariknya ke kamar mandi dan mau memandikannya. Ibu menyemangati kalo Hase bisa melakukannya. Hase mengeluh kalo ia sakit.

Hase makin nggak tenang dalam tidurnya

Hase kecil nggak kuat lagi dan ia pun muntah. Ibu malah memarahinya karena membuat bajunya kotor. Lebih parah lagi ibu malah meninggalkan Hase begitu saja dan manggil ayah.


Hase akhirnya terbangun. Ia duduk sambil mengatur nafasnya. Perutnya terasa sakit. Ia keluar dari kamarnya dan bertemu sama Terada di ruang tamu.

Terada bertanya ada apa sama Hase? Ia bangkit. Wajah Hase nampak sangat pucat.

Hase minta air. Terada langsung mengambilkannya.


Hase jatuh dan muntah. Terada buru-buru menghampirinya dan mengusap punggungnya.

Hase meminta maaf. Ia mau bangkit dan akan membersihkannya. Terada melarang. Biar dia saja yang membersihkannya.

Hase terus menunduk. Terada bertanya padanya apa dia sungguh baik-baik saja? Kalo masih mual, cobalah untuk muntah lagi.



Hase mengatakan kalo itu hangat. Ia meminta maaf karena menanyakannya sekarang. Apa Terada sudah mengetes kehamilannya?

Terada menggeleng. Enggak. Belum.

Hase mengatakan kalo ia berharap Terada mengharapkan bayi. Karena kalo itu Terada maka itu akan meningkatkan mereka menikah.





Hase mengangkat wajahnya dan menatap Terada. Dia nangis.

Terada-san. Maukah kamu menikah denganku? (Aku mau😭😭 lah,yang ditanya kan Terada. Kok malah aku yang jawab??😊😊). Nggak peduli Terada lagi hamil atau enggak, ayo kita menikah. (Hayok)

Terada nggak bisa menjawab. Ia melihat ke pintu dan kaget lihat Hongyo lagi menatap mereka dengan raut wajah marah.

Wah, Hase...sedih aku lihatnya. Ternyata dia orangnya haus kasih sayang dan kehangatan. Kalo biasanya cowok mengidamkan punya pasangan kayak ibunya tapi ternyata nggak berlaku buat dia.

Kasihan pas lihat Hase kecil yang lagi sakit tapi dipaksa buat mandi sama ibunya. Beda sama Terada. Wajar juga sih dia mati-matian pingin nikah sama Terada. Tapi dia sebenernya beneran suka nggak, sih sama Terada? Atau cuman karena Terada beda sama gadis-gadis yang pernah dia pacarin sebelumnya?

Dan Terada beneran hamil apa enggak? Gimana ya reaksinya Hongyo kalo tahu Terada hamil anaknya dia?


Bersambung...
Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)