All content from jtbc
Ringkas drama sebelumnya
Ibu terkejut lihat Kangho bisa berdiri sendiri. Kangho langsung terduduk. Ia kecewa dengan ibunya dan pergi. Di luar ia ketemu dengan Mijoo yang berjalan dengan payung kuning. Kangho nangis. Mereka lalu berteduh. Mijoo merawat kuku Kangho yang tadi terluka. Kangho memberitahu kalo ibunya meninggalkannya di tempat asing dan pergi sendirian. Mijoo mengatakan kalo ibunya nggak akan meninggalkannya. Pun kalo ibunya meninggalkannya ia pasti punya alasan. Ia tahu karena ia juga pernah ditinggalkan. Apa alasannya sampai sekarang ia masih nggak tahu.
Ibu mencari Kangho dan menemukannya. Sampai rumah ibu mengeringkan rambut Kangho. Kangho menanyakan alasan ibu meninggalkannya tadi. Kata Mijoo pasti ada alsannya ibu melakukannya. Ibu lalu menjelaskan kalo ia sedikit sakit. Kalo sedang sakit harus ada yang merawat, memberi obat dan menyiapkan makanan. Ibu nggak mau menjadi bebannya Kangho. Kangho malah merasa kalo ibu menganggapnya sebagai beban, padahal ia menganggap ibu sebagai ibunya.
Ibu menyadari kalo apa yang ia katakan salah. Ia lalu mengatakan kalo ia memiliki Kangho. Sekarang Kangho adalah walinya. Ia tadi bisa berdiri dan sebentar lagi ia akan bisa kembali berjalan. Ibu lalu nyuruh Kangho untuk berdiri seperti tadi. Kangho berusaha keras untuk berdiri seperti yang ibu katakan tapi ia nggak sanggup.
Selanjutnya ibu mendorong Kangho ke luar padahal hari masih hujan. Kangho nangis karena berpikir ibu akan meninggalkannya lagi. Yang terjadi ibu malah mendorong Kangho ke sungai. Ia memaksa Kangho untuk berdiri seperti tadi. Kangho nggak bisa dan menghampiri kursi rodanya tapi ibu malah membuangnya.
Kangho terus melakukan terapi sambil dilempar ibu ke sungai. Semua usaha Kangho dan ibu akhirnya terbayar. Perlahan Kangho menunjukkan kemajuan dan akhirnya ia bisa menggerakkan kakinya. Ia bisa melangkahkannya. Ibu merentangkan kedua tangannya menyambut Kangho yang sudah bisa berjalan layaknya anak bayi yang berhasil melangkah sendiri.
Para warga berkumpul membicarakan ibu Kangho. Mereka merasa nggak enak karena sempat mau berdemo. Ayahnya Samsik menyampaikan ide agar mereka mengumpulkan sumbangan untuk diberikan pada ibunya Kangho. Bu Lurah mengatakan agae mereka memberinya hadiah berupa masker, pakaian atau tas. Ibunya Samsik memberitahu kalo barang-barangnya malah dibagikan.
Ibunya Mijoo buru-buru mengalihkan kalo ibunya Kangho nggak akan mau menerimanya karena yang ada di pikirannya hanyalah Kangho. Paman Yang punya ide untuk menghadiahi kursi roda karena sebelumnya ia pernah melihat kursi rodanya Kangho dibuang di depan rumah. Dan setelah berdiskusi mereka sepakat untuk memberikan hadiah skuter medis otomatis.
Pak So sedang menghafalkan nama warga desa yang ia tulis di papan dan rumah mereka. Pak Cha datang dan memberitahu kalo sudah ada. Kirain yang ada itu bukti nggak tahunya malah daun selada. Pak So ampek frustasi dan mengusir pak Cha.
Samsik menelpon untuk mendapatkan dana bantuan tapi sayang nggak memenuhi syarat sehingga nggak bisa. Merasa frustasi Samsik pun mencari sisa pestisida punya ibu. Ibu datang dan menunjukkannya pada Samsik.
Di toko ada pria yang menyukai Mijoo dan memberinya minuman. Lah minumannya malah diambil sama pelanggannya Mijoo yang sudah nenek-nenek. Di sana ada juga seorang kakek yang menyukai Mijoo. Ia menawarinya untuk membuka toko di area pertokoannya tapi Mijoo menolak. Ia lalu ditelpon sama sikembar dan dikasih tahu kalo ayah mereka pulang.
Mijoo akhirnya pulang. Di depan rumah ibu sedang memukulinya. Ibunya Mijoo menjadikan fotonya agar langsung bisa mengenalinya saat ketemu. Pria itu memberitahu kalo ia diminta berfoto sama Mijoo. Selain itu, itu bukan Amerika tapi di Seoul.
Selanjutnya Mijoo bicara dengan pria itu. Ternyata ia adalah pacarnya Minyong. Ia nyuruh Mijoo untuk melunasi hutangnya Minyong atau kalo enggak ia akan ngasih tahu ibu-ibu kalo ia ada di sana. Setelahnya Mijoo menemui ibu dan meminta maaf. Ia menjelaskan semuanya pada ibu. Ibu menyesalkan cucunya yang sebentar lagi masuk SD tapi masih nggak punya ayah. Ia yakin kalo mereka sedang menangis di suatu tempat.
Lah mereka malah sedang kagum lihat skuter medis punya Kangho. Semua warga berkumpul untuk menyerahkannya pada Kangho dan ibunya. Mereka melihat Mijoo dan berpikir kalo Mijoo sampai menutup salonnya untuk ikut mereka.Sebenarnya Mijoo mau kembali ke salon tapi ibu melarang.
Pak So dan pak cha berniat untuk masuk ke rumah Kangho. Mereka lalu sembunyi karena ditelpon sama Samsik. Samsik melihat para warga datang dan sembunyi juga. Ia ketemu sama pak So dan pak Cha. Para warga berkumpul di depan rumah Kangho untuk memberikan skuter medis itu. Agar lebih seru, ayahnya Samsik bersembunyi dahulu.
Ibu Kangho keluar dan menemui mereka. Pak Lurah mewakili warga menyampaikan permintaan maafnya para warga. Selanjutnya ibu memanggil Kangho. Pak Lurah dan yang lain nggak bisa berkata-kata lihat Kangho sudah bisa berjalan. Ayah Samsik keluar dengan menaiki skuter medis. Ia tertegun lihat Kangho sampai lupa mengerem. Akhirnya ia terjatuh dan pingsan.
Para warga berkumpul di depan rumah ibu Kangho untuk makan-makan merayakan kangho yang sudah bisa berjalan lagi. Skuter medis yang tadinya mau dikasih ke Kanghi dipakai sama ayahnya Samsik karena kakinya terluka. Pak So berpesan ke pak Cha agar nggak minum banyak karena mereka harus mencari bukti. Samsik membicarakan mereka terkait asuransi mereka yang berasal dari perusahaan besar. Pak Cha malah menyebut tentang Woobyeok dan pak So menutupi kalo mereka sudah berhenti.
Mijoo yang membantu membawakan makanan berpapasan sama Kangho. Kangho memberitahu kalo ibunya nggak meninggalkannya dan berpikir kalo orang itu juga nggak meninggalkan Mijoo. Yejin memanggil Kangho. Sebelumnya Kangho setinggi mereka tapi hari ini Kangho tampak sangat tinggi. Kangho lalu menggendong Yejin dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Dari semua orang yang ikut makan-makan hanya pak Baek yang nggak ada. Ibu membawakan makanan untuk pak Baek karena berpikir pak Baek nggak akan mau bergabung. Pak Baek malah mengusirnya seperti lalat. Ibu lalu memberitahu pak Baek kalo usianya nggak akan lama. Ia menderita kanker lambung. Ia sudah menemui pengacara dan memberikan peternakannya pada pak Baek. Tapi kemudian putranya bisa berjalan lagi. Peternakan itu adalah satu-satunya yang bisa ibu wariskan pada putranya dan minta pak Baek agar nggak merampasnya dari putranya.
Pak Cha mau ke toilet dan malah melihat barang-barang kantor Kangho di gudang. Ia lalu kembali dan memberitahukannya pada pak So. Kangho yang sedari tadi memperhatikan mereka akhirnya ingat kalo mereka adalah paman-paman yang ada di lemarinya dan menyerang paman yang membawa pisau. Pak So dan pak Cha yang mau ke gudang menjadi urung. Para warga mengira kalo mereka pencuri. Samsik membantah dan memberitahu kalo mereka adalah rekannya.
Bu Lurah makin yakin kalo mereka pencuri. Ayahnya Samsik lalu menjelaskan kalo mereka orang dari kota yang membeli ladang jagungnya dan bertani bersama Samsik. Mereka lalu pamit karena mau menyiram selada.
Mijoo mencuci piring selagi anak-anaknya bermain dengan Kangho. Seojin sudah nggak sabar mau main sepak bola dan gobak sodor dengan Kangho. Yejin memarahi Seojin dan menyuruhnya memanggil Kangho Oppa karena sekarang sudah besar. Ibu Kangho menghampiri Mijoo. Mijoo menanyakan hari saat hujan. Ibu menenangkan dan janji nggak akan melakukannya lagi.
Setelahnya Mijoo pulang dengan anak-anaknya sambil nyanyi. Yejin menyampaikan keinginannya agar ayahnya bisa datang nanti saat ia SD. Ia ingin menunjukkannya pada temannya. Seojin malah ingin Kangho menjadi ayahnya karena ia sangat keren. Mijoo sama Yejin kompak bilang nggak mau.
Samsik datang dan memanggil anak-anak. Ia menggendong mereka tapi Yejin bilangnya fobia ketinggian. Padahal sama kangho tadi oke-oke aja. Selain itu kalo Kangho dipanggil Oppa, Samsik mereka panggil ahjussi. Mijoo menyudahi dan nyuruh anak-anak masuk.
Setelahnya Samsik meminta Mijoo untuk menikah dengannya. Ia akan membahagiakannya dengan anak-anak yang pasti membutuhkan seorang ayah. Mijoo menghela nafas dan mengiyakan. Ia memberitahu kalo ia juga memiliki banyak hutang. Mereka bisa menggabungkan kedua hutang mereka dan kabur kesana-kemari. Ia lalu menekankan kalo ia nggak punya waktu untuk itu.
Ibu menunjukkan kamar lama Kangho dan menyuruhnya untuk tidur di sana mulai sekarang. Awalnya Kangho nggak mau tapi ibu menjelaskan kalo ia harus bisa sendiri sekarang. Ibu lalu pergi ke Seoul setelah ditelpon sama satpam apartemen Kangho. Sebelumnya saat ibu mengirim makanan untuk Kangho, Kangho menitipkan surat pada satpam untuk hanya diserahkan pada ibunya saat nanti ibunya datang untuk mengambil barang-barangnya di apartemen.
Ibu membacanya dan menunjukkannya pada Kangho tapi Kangho sama sekali nggak mengingatnya.
Hari lainnya ibu mengajak Kangho ke bank. Ia ditelpon sama tim penyidik Kangho dan dikasih tahu kalo sebelumnya Kangho mau menikah dengan putrinya Oh Taseso. Ibu mau meminta kontak mereka tapi nggak dikasih karena putrinya Oh Taeso akan menikah sebentar lagi.
Hayong mencoba gaunnya. Saat ia keluar, calon suaminya nggak ada karena sedang telponan di luar. Ia lalu teringat kenangannya dengan Kangho. Saat ia selesai mencoba gaun Kangho juga sedang telponan. Ia ke sana dan mendengar Kangho bilang nyuruh orang di seberang untuk memakaikan pakaian hangat pada bayinya karena angin laut sangat dingin. Hayong mencoba mengonfirmasinya tapi Kangho bilang bukan apa-apa. Besok mereka akan mengunjungi ibu dan Kangho mengajaknya ke mal.
Pak Song telponan dengan Oh Taeso. Putrinya akan menikah dengan putra grup Dosan. Dan tentang hasil tes DNA itu, Oh Taeso malah mau bilang kalo pak Song bekerjasama dengan partai lawannya dan anak itu adalah anaknya pak Song.
Pak So dan pak Cha menemui pak Song dan memberitahu kalo mereka sudah menemukan lokasinya. Pak Song marah karena putrinya Oh Taeso sudah mau menikah. Pak So yang mau dipukul lalu menunjukkan foto kalo Kangho sudah bisa berjalan. Melihatnya membuat pak Song jadi tertawa senang.
Di rumah ibu mengajari Kangho untuk menggunakan aplikasi untuk mengurus peternakan. Kangho nggak sabar untuk belajar apa lagi besok. Esok harinya ibu dan Kangho ke gudang. Ibu mengambil syal untuk Kanho. Yejin dan Seojin datang. Yejin memberikan bunga untuk Kangho guna menyemangatinya karena sudah bisa berjalan. Kangho berterima kasih dan mencium tangan Yejin. Yejin berseri-seri setelahnya. Ia bahkan bertekad untuk menghancurkan orang yang menyuruhnya untuk mencuci tangan.
Kangho dan ibunya pergi ke studio foto untuk mengambil gambar. Selain mengambil foto berdua, Ibu juga mengambil foto sendiri. Itu untuk pemakamannya. Sesampaiya di rumah ibu mengajari Kangho gimana caranya melakukan pemakamannya. Ibu bahkan juga berpura-pura sebagai pelayat. Kangho merasa nggak nyaman dan takut tapi ibu tetap memintanya untuk melakukannya.
Malamnya keduanya sama-sama memakai masker mentimun. Kangho nyuruh ibu untuk menambahkan foto ayah seperti fotonya saat masih bayi. Ibu teringat akan surat Kangho dan kemudian membuka foto yang dimaksud. Di dalamnya ada sebuah diska lepas.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊