Ringkas drama sebelumnya
Sakurai jalan dengan terburu-buru dan menemui Shiina Sensei yang ada di belakang sekolah. Wajahnya nampak menyeramkan. Raburin yang melihatnya langsung mengejar.
Maru juga masih nyari Sakurai.
Shiina Sensei yang nggak tahu kalo ada cutter di belakang punggung Sakurai menyapanya ramah. Ia merasa kalo Sakurai pasti ingin bicara tentang yang kemarin. Ia yakin kalo Sakurai pasti terkejut.
Shiina Sensei memberitahu kalo itu bukan sesuatu yang kebetulan. Sakurai menanyakan maksudnya. Shiina Sensei memberitahu kalo ia sama Aida Sensei sudah melakukan hubungan orang dewasa.
Shiina Sensei merasa nggak masalah kalo Sakurai mau menyebarkannya ke siswa lain. Nggak akan ada yang menghalangi mereka meski para siswa mengeluh. Malah hal itu makin membuat mereka membara.
Shiina Sensei pergi meninggalkan Sakurai. Dan akhirnya Sakurai mengakui kalo ia juga sama Aida Sensei...
Shiina Sensei berbalik dan memotong kalo itu cuman main-main. Ia memberitahu kalo hubungan pria sama wanita dimulai saat pelukan. Sakurai bahkan belum berada di garis start.
Sakurai tetap mengatakannya kalo dia juga suka sama Aida Sensei. Dia mencintainya.
Lah, Raburin ternyata ada di sana dan mendengarkan semuanya.
Sakurai memberitahu kalo Sensei adalah penyelamatnya yang mengajarkannya soal cinta.
Shiina Sensei cuman tersenyum. Menurutnya itu bukan mencintai tapi cinta. Dia lalu pergi ninggalin Sakurai.
Sakurai menjadi marah. Dia berlari menuju Shiina Sensei masih dengan cutter di tangan. Maru tiba-tiba datang dan mencegahnya. Ia mengambil cutter itu dan memberitahu kalo Sakurai sudah tertipu. Ia lalu memberitahukan yang sebenarnya pada Sakurai tentang apa yang ia lihat saat Raburin bersama dengan Yua, anak kelas 3.
Sakurai menatap Maru dengan tatapan nggak percaya. Maru menjadi marah karena Sakurai lebih percaya sama Raburin dari pada sama sahabatnya. Ia membanting cutter itu lalu pergi.
Sakurai mengejar Maru.
Raburin terdiam. Dia bingung.
Maru bersembunyi sehingga Sakurai nggak bisa menemukannya. Dan setelah Sakurai nggak kelihatan ia pun kembali berjalan.
Ada Take di depan mau mengajaknya bicara. Maru menolak dan tetap berjalan. Take terus mengikutinya. Ia tahu kalo Maru nangis kemarin. Ia kebetulan melihatnya.
Maru nggak peduli. Terus maunya Take apa? Mau nembuat lelucon? Ia memberitahu kako dia benci sama orang kayak Take dan teman-temannya yang kerjaannya cuman senyam-senyum dan mengeluh. Nyebelin.
Maru lalu lanjut jalan lagi. Dan aku terkejut. Take tahu-tahu mengejar Maru dan memeluknya sambil bilang kalo dia suka sama Maru. Ia merasa kalo air matanya indah. Dan ia benar-benar jatuh cinta.
Maru berterima kasih. Ia melepaskan tangan Take lalu pergi.
Gomen ya Cingu, p*nt*tnya Raburin kita coretin. Malamnya Raburin ke kamarnya Sakurai seperti biasa. Ia merasa kalo cinta Sakurai padanya hanya cinta antara murid sama gurunya. Hanya kekaguman saja. Dia bingung harus gimana.
Raburin tahu-tahu nangis sambil manggil mamanya. Minta berhenti. Ia teringat akan apa aja yang sudah dia lakukan pada Sakurai agar bisa menjadi pahlawan. Dan sekarang ia harus melakukan apa yang harus dilakukan. Ia berterima kasih pada mama.
Pagi harinya Sakurai ketemu sama Maru di tempat lemari sepatu. Ia menyapa Maru tapi Maru sama sekali nggak menggubris dan pergi gitu aja. Padahal ada yang mau dia bicarakan sama Maru. Tapi ia nggak tahu apa yang akan dia lakukan kalo ngasih tahu Sensei.
Sakurai melepas sepatunya dan mau menggantinya dengan sepatu di kelas. Tapi...loh kok sepatunya cuman sebelah? Yang sebelah lagi hilang.
Akhirnya Sakurai jalan ke kelas sambil melompat karena sepatunya yang sebelah hilang.
Raburin memutuskan akan meriksa tas semua siswa dan nemuin orang yang selama ini menjahili Sakurai.
Temannya Take yang perempuan meremehkan apa yang akan Raburin lakukan. Siapa yang mau nyembunyiin sepatu di dalam tas?
Raburin memperingatkan kalo itu adalah suatu pencurian. Dia minta mereka untuk mengeluarkan tas mereka.
Semua siswa meletakkan tas masing-masing di atas meja. Raburin mendatangi satu-satu dan menggeledahnya.
Maru terus menatap Sakurai sambil mengingat saat-saat kebersamaan mereka. Mereka sudah berteman dari TK dan selalu bersama sampai sekarang.
Maru tiba-tiba bangkit. Raburin menyuruhnya kembali duduk. Sekarang gilirannya. Raburin meriksa dan manggil nama Maru. Suasana jadi tegang. Semua murid melihat ke Maru.
Maru juga masih nyari Sakurai.
Shiina Sensei yang nggak tahu kalo ada cutter di belakang punggung Sakurai menyapanya ramah. Ia merasa kalo Sakurai pasti ingin bicara tentang yang kemarin. Ia yakin kalo Sakurai pasti terkejut.
Shiina Sensei memberitahu kalo itu bukan sesuatu yang kebetulan. Sakurai menanyakan maksudnya. Shiina Sensei memberitahu kalo ia sama Aida Sensei sudah melakukan hubungan orang dewasa.
Shiina Sensei merasa nggak masalah kalo Sakurai mau menyebarkannya ke siswa lain. Nggak akan ada yang menghalangi mereka meski para siswa mengeluh. Malah hal itu makin membuat mereka membara.
Shiina Sensei pergi meninggalkan Sakurai. Dan akhirnya Sakurai mengakui kalo ia juga sama Aida Sensei...
Shiina Sensei berbalik dan memotong kalo itu cuman main-main. Ia memberitahu kalo hubungan pria sama wanita dimulai saat pelukan. Sakurai bahkan belum berada di garis start.
Sakurai tetap mengatakannya kalo dia juga suka sama Aida Sensei. Dia mencintainya.
Lah, Raburin ternyata ada di sana dan mendengarkan semuanya.
Sakurai memberitahu kalo Sensei adalah penyelamatnya yang mengajarkannya soal cinta.
Shiina Sensei cuman tersenyum. Menurutnya itu bukan mencintai tapi cinta. Dia lalu pergi ninggalin Sakurai.
Sakurai menjadi marah. Dia berlari menuju Shiina Sensei masih dengan cutter di tangan. Maru tiba-tiba datang dan mencegahnya. Ia mengambil cutter itu dan memberitahu kalo Sakurai sudah tertipu. Ia lalu memberitahukan yang sebenarnya pada Sakurai tentang apa yang ia lihat saat Raburin bersama dengan Yua, anak kelas 3.
Sakurai menatap Maru dengan tatapan nggak percaya. Maru menjadi marah karena Sakurai lebih percaya sama Raburin dari pada sama sahabatnya. Ia membanting cutter itu lalu pergi.
Sakurai mengejar Maru.
Raburin terdiam. Dia bingung.
Maru bersembunyi sehingga Sakurai nggak bisa menemukannya. Dan setelah Sakurai nggak kelihatan ia pun kembali berjalan.
Ada Take di depan mau mengajaknya bicara. Maru menolak dan tetap berjalan. Take terus mengikutinya. Ia tahu kalo Maru nangis kemarin. Ia kebetulan melihatnya.
Maru nggak peduli. Terus maunya Take apa? Mau nembuat lelucon? Ia memberitahu kako dia benci sama orang kayak Take dan teman-temannya yang kerjaannya cuman senyam-senyum dan mengeluh. Nyebelin.
Maru lalu lanjut jalan lagi. Dan aku terkejut. Take tahu-tahu mengejar Maru dan memeluknya sambil bilang kalo dia suka sama Maru. Ia merasa kalo air matanya indah. Dan ia benar-benar jatuh cinta.
Maru berterima kasih. Ia melepaskan tangan Take lalu pergi.
Gomen ya Cingu, p*nt*tnya Raburin kita coretin. Malamnya Raburin ke kamarnya Sakurai seperti biasa. Ia merasa kalo cinta Sakurai padanya hanya cinta antara murid sama gurunya. Hanya kekaguman saja. Dia bingung harus gimana.
Raburin tahu-tahu nangis sambil manggil mamanya. Minta berhenti. Ia teringat akan apa aja yang sudah dia lakukan pada Sakurai agar bisa menjadi pahlawan. Dan sekarang ia harus melakukan apa yang harus dilakukan. Ia berterima kasih pada mama.
Pagi harinya Sakurai ketemu sama Maru di tempat lemari sepatu. Ia menyapa Maru tapi Maru sama sekali nggak menggubris dan pergi gitu aja. Padahal ada yang mau dia bicarakan sama Maru. Tapi ia nggak tahu apa yang akan dia lakukan kalo ngasih tahu Sensei.
Sakurai melepas sepatunya dan mau menggantinya dengan sepatu di kelas. Tapi...loh kok sepatunya cuman sebelah? Yang sebelah lagi hilang.
Akhirnya Sakurai jalan ke kelas sambil melompat karena sepatunya yang sebelah hilang.
Raburin memutuskan akan meriksa tas semua siswa dan nemuin orang yang selama ini menjahili Sakurai.
Temannya Take yang perempuan meremehkan apa yang akan Raburin lakukan. Siapa yang mau nyembunyiin sepatu di dalam tas?
Raburin memperingatkan kalo itu adalah suatu pencurian. Dia minta mereka untuk mengeluarkan tas mereka.
Semua siswa meletakkan tas masing-masing di atas meja. Raburin mendatangi satu-satu dan menggeledahnya.
Maru terus menatap Sakurai sambil mengingat saat-saat kebersamaan mereka. Mereka sudah berteman dari TK dan selalu bersama sampai sekarang.
Maru tiba-tiba bangkit. Raburin menyuruhnya kembali duduk. Sekarang gilirannya. Raburin meriksa dan manggil nama Maru. Suasana jadi tegang. Semua murid melihat ke Maru.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊