All content from VIU
Ringkas drama sebelumnya
Launa akhirnya menemukan Karang di depan halte. Ia memeluknya untuk menenangkannya yang katanya takut. Tahu-tahu Karang bilang kalo namanya bukan Karang tapi Banu. Dan usianya 6 tahun.
Sahabat Selalu Ada
Keduanya lalu berteduh di halte. Launa menanyakan keberadaan Karang dan Banu bilang sambil menunjuk dadanya kalo Karang ada di sana. Ia merasa lelah dan butuh istirahat. Banu minta Launa untuk mengantarnya pulang tapi ia nggak tahu di mana alamatnya. Sambil nangis ia minta Launa untuk nggak meninggalkannya dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya. Launa membaringkan Banu di pangkuannya dan menyanyikan lagu Nina Bobo untuknya.
Di rumah, papa yang melihat kalo Karang belum pulang merasa khawatir dan nyuruh Biru untuk menelpon kakaknya. Mama mendadak datang dan menghentikannya. Ia mengklaim Karang yang bisanya bikin susah. Mengkhawatirkan kesehatan Biru, ia pun nyuruh Biru untuk istirahat.
Karang terbangun di hotel pada pagi harinya. Di atas meja ada catatan yang Launa tinggalkan. Ia membelikannya baju ganti dan mengirim baju basahnya ke laundry. Ia juga meninggalkan sejumlah uang untuk ongkos taksi karena Karang nggak bawa dompet. Dan sebagai gantinya ia ingin Karang menjadi guru privatnya.
Lah orangnya datang. Karang memastikan kalo bukan Launa yang mengganti bajunya. Ia juga menyinggung tentang perubahannya dan bertanya apa Launa nggak pingin menanyakannya? Launa mengaku nggak penasaran. Ia akan menunggu Karang bilang sendiri sampai ia siap.
Karang berniat untuk mengajak Launa ke suatu tempat. Ponsel Karang bunyi. Papa menanyakan keberadaannya dan Karang menjawab kalo ia di tempat temannya. Papa juga berpesan agar Karang jangan lupa makan.
Karang mengajak Launa ke tempat persembunyiannya. Launa sangat bersemangat sampai mau jatuh. Karang menariknya dan sesaat keduanya terdiam. Karang mengajaknya untuk duduk. Ia sering ke sana saat sedang banyak pikiran. Ia lalu menyampaikan pandangannya tentang hidup yang nggak semudah matematika. Hidup memerlukan pemahaman yang akan membuatnya menerima keadaan.
Launa nggak nyangka kalo orang seperti Karang juga suka banyak pikiran. Mendadak perutnya bunyi. Karang jadi merasa nggak enak. Ia lalu mengajak Launa untuk makan. Ia yang akan traktir.
Nggak disangka Launa mengajak Karang makan di tempat pinggir jalan. Katanya di sana makanannya enak. Begitu makanannya datang, Karang hanya ngelihatin aja. Ternyata ia alergi seafood. Launa lalu memesan tahu dan tempe untuknya.
Sambil makan, Karang mengajak Launa untuk menjemput adiknya di rumah sakit nanti. Ia memberitahu kalo adiknya, Biru, punya penyakit jantung bawaan. Launa merasa kalo Karang pasti sangat sayang pada adiknya. Ia juga penasaran seperti apa adiknya Karang Samudra.
Di rumah sakit, Biru sudah menunggu Karang. Nggak lama kemudian Karang datang. Sama seperti papa, Biru juga menanyakan keberadaan Karang semalam. Ia lalu menyadari kalo Karang bersama wanita. Launa memperkenalkan diri sendiri ke Biru. Biru menduga kalo Launa adalah pacarnya Karang tapi keduanya menjawab dengan jawaban yang beda. Launa menjawab belum dan Karang menjawab bukan. Lah Biru malah makin menggoda mereka yang mungkin akan jadian ke depannya.
Sebelum pulang Karang mengantar Launa pulang. Ia kembali berterima kasih pada Launa. Launa dadah dadah sambil mundur dan hampir jatuh. Karang menolongnya dan mengingatkannya agar berhati-hati. Gimana kalo dia jatuh? Launa malah menanggapinya dengan candaan. Biru menyela mau pulang sendiri. Karang menyudahi dan pamit.
Karang melihat tentang olimpiade Matematika. Biru sedang di kamarnya. Ia menyinggung tentang Launa yang bukan hanya cantik tapi juga baik. Karang nggak begitu menanggapi karena sedang memikirkan sesuatu. Biru juga menyampaikan kalo papa akan mengadakan kejutan ulang tahun untuk mama besok dan mengajak Karang untuk ikut juga. Karang terdiam sejenak. Ia lalu bilang kalo ia sudah ada janji dengan temannya. Padahal di kalender ia sudah menandai hari itu sebagai hari ulang tahun mama.
Hari itu Karang di atap dan sedang memilih-milih kue ulang tahun. Launa mendadak datang dan menunjuk kue pilihannya. Ia menanyakan untuk siapa kue itu dan saat tahu kalo itu untuk mamanya, ia mendorong Karang agar langsung membelinya. Semua mama pasti akan senang kalo dapat kejutan ulang tahun dari anaknya.
Akhirnya Karang membelinya. Ia juga membeli bunga untuk mama. Di rumah, papa dan Biru memberikan kejutan untuk mama. Karang yang baru datang melihat kebahagian mama dapat kejutan dari papa dan Biru. Karang bertekad untuk mengucapkan selamat ulang tahun langsung sama mama. Selama ini ia selalu merayakan ulang tahun mama sendirian.
Langkahnya terhenti saat melihat mama berubah kesal saat melihat namanya di kuenya. Biru dan papa berusaha membela Karang tapi malah membuat mama semakin kesal. Papa menyusulnya ke kamar untuk menenangkannya. Karang yang kehilangan keberaniannya akhirnya meninggalkan kue dan bunga yang dibawanya di depan pintu. Biru melihatnya dan mengambilnya.
Papa meminta mama untuk memberikan sedikit saja perhatian untuk Karang, darah dagingnya sendiri. Mama mengaku nggak sudi darahnya mengalir di Karang karena dia adalah anak h*ram, anak yang nggak seharusnya dilahirkan. Papa yang mulai jengah menekankan ke mama kalo Karang adalah anaknya, anak mereka. Anak yang lahir dari rahim istrinya adalah anaknya. Dan ia akan bilang ke seluruh dunia kalo Karang adalah anaknya.
Mama terdiam nggak bisa berkata-kata. Papa keluar dan melihat Biru tampak cemas. Biru sedang berusaha menelpon Karang. Ia menunjukkan kalo Karang tadi datang dan meninggalkan kue juga bunga. Ia khawatir kalo Karang mendengarkan apa yang mama katakan. Biru lalu menghubungi Launa.
Launa sedang sepedaan saat Biru menelpon menanyakan tentang Karang. Ia lalu bertanya teman-teman di grup tapi mereka pada nggak tahu Karang dimana. Ia lalu ingat pernah ketemu Karang di atap.
Dan benar Karang ada di sana. Ia berniat untuk b*nuh diri seperti yang diinginkan mamanya. Agha mendadak muncul dan memarahi Karang. Pun kalo ia mati, mamanya juga nggak akan menyayanginya. Karang sendiri merasa sudah nggak kuat menahan semuanya.
Launa sampai di sana. Ia melihat Karang berniat untuk lompat dan segera naik ke atas. Ia menarik Karang dan mereka sama-sama jatuh. Launa nggak menyadari kalo orang yang ada di hadapannya adalah Agha dan bukannya Karang. Ia minta Karang untuk cerita padanya kalo sedang ada masalah.
Agha membantah kalo ia mau b*nuh diri. Justru ia yang menyelamatkan Karang. Agha gangkit dan mau pergi. Launa mengikutinya karena merasa khawatir pada Karang. Ia minta Agha untuk mengembalikan Karang karena ia kangen padanya. Agha malah menggodanya. Ia melihat anak-anak yang sedang bermain bola dan bergabung sama mereka.
Biru datang. Ia berterima kasih karena Launa sudah mengabarinya. Keduanya duduk sambil melihat Agha bermain. Launa menanyakan keadaan Karang yang sebenarnya. Biru memberitahu kalo saat kecil dulu, papa pernah membawa Karang ke psikolog. Karang menderita DID. Dokter bilang kalo sebelum menyembuhkan Karang, mereka harus terlebih dahulu menyembuhkan ibunya,
Launa bingung, trauma apa yang mamanya Karang alami sampai membuatnya seperti itu? Biru yang merasa kalo Launa sangat dekat dengan Karang akhirnya memberitahu kalo Karang adalah anak dari hasil perk*saan.
Hari berubah sore. Agha menyuruh Biru untuk pulang tapi Biru nggak mau pulang kalo nggak dengannya.
Sampai rumah ternyata ada mama. Agha yang lebih berani ketimbang Karang langsung manggil mama sebagai wanita yang merasa paling tersakiti. Mama tersulut tapi Agha sama sekali nggak mau berhenti. Ia minta mama untuk stop menyakiti Karang dan lebih menyayanginya. Mama semakin marah dan menampar Agha.
Papa melerai dan nyuruh Biru untuk membawa kakaknya ke kamar. Papa menyalahkan mama karena Karang seperti itu karena sikapnya. Ia lalu minta mama untuk mengikhlaskan semuanya dan menyayangi Karang. Mama sendiri masih belum bisa melakukannya.
Di rumahnya Launa mencari tahu tentang DID. Ia lalu mengirim pesan ke Karang dan menanyakan keadaannya.
Perlakuan Agha ke mama membuatnya bermimpi buruk.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊