Sinopsis She Would Never Know Episode 4 Part 1

Anysti
0

All content from jtbc




Ringkas drama sebelumnya


Jae Shin membelenggu tangan Song Ah dan mendesaknya untuk mengatakannya. Hyun Sung mendadak kembali dan menyingkirkan tangan itu. Sunbae memintamu lepaskan. Jae Shin menatap Hyun Sung tajam. Minggir, nggak ada hakmu bicara di sini. Haruskah aku minggir? Tanya Hyun Sung ke Song Ah. Jae Shin menekankan kalo Ini adalah perintah dari atasan. Minggir, Chae Hyun Sung.


“Sunbae!” Panggil Hyun Sung sambil mengulurkan tangannya ke belakang. Dengan sedikit ragu akhirnya Song Ah menggenggamnya. Ia lalu menekankan ke Jae Shin; Yang seharusnya minggir itu kamu. Enyahlah dari hadapan wanitaku.


Apa yang kamu katakan tadi? Tanya Jae Shin nggak percaya. Kau lupa siapa aku?


“BM-nim dan juga mantan pacarnya Song Ah.”


“Tahu dan masih berkata begitu?”

##

Hyun Sung membenarkan. Kamu yang menggodanya? Tuduh Jae Shin. Hyun Sung membenarkan kalo ia yang menggodanya. Tak peduli siapa pun yang disampingnya, aku nggak akan menyerah. Terlebih lagi…


Jae Shin memanggil Song Ah dan memintanya untuk keluar dan mengatakan langsung padanya. Jika kamu nggak mau pergi, kami yang pergi. Ancam Hyun Sung. Sunbae, ayo kita pergi. Ajak Hyun Sung


Song Ah menahan. Ia membenatkan kalo ia yang berubah. Lalu, kini rasa sukaku padanya bahkan membuatku nggak merasa bersalah padamu.


Nggak merasa bersalah? Tanya Jae Shin nggak habis pikir. Song Ah membenarkan, sama sekali enggak. Sekarang apa pun yang kamu katakan itu percuma, cukup sampai di sini. Jae Shin nyuruh Song Ah untuk minta Hyun Sung pergi dan mereka bicara berdua. Song Ah mengaku sudah selesai bicara. Kamu pergilah.

##

Song Ah dan Hyun Sung masuk dan meninggalkan Jae Shin. Akhirnya Jae Shin pergi. Keduanya mengawasi dari dalam. Dia sudah pergi. Kata Hyun Sung. Song Ah melepaskan tangan Hyun Sung dan meminta maaf.


Senior, tak perlu minta maaf. Ucap Hyun Sung. Meski aku tahu sangat melelahkan, tapi tidurlah tanpa memikirkan apa pun hari ini. Bagaimana? Song Ah mengangguk mengiyakan.

##

Paginya saat Hyun Sung sampai di parkiran. Song Ah mengirimnya pesan. Temuiaku di kafe seberang perusahaan.

##

Hyun Sung ke sana. Nampak Song Ah sudah menunggunya. Ia menghampirinya dan memberikan secangkir kopi. Americano ditambah dua espresso dan dua sirup vanila, kan? Song Ah berterima kasih dan meminumnya. Sepertinya Senior juga sangat tidak patuh. Sindir Hyun Sung. Kemarin tidur nggak? Apa hari ini mau cuti? Biar kukerjakan pekerjaanmu. Song Ah mengaku nggak papa.


Ternyata aku masih punya banyak kekurangan, aku akan intropeksi diri. Kata Hyun Sung. Song Ah menatapnya dan meminta maaf, saat itu aku begitu menolakmu, sekarang malah jadi begini.


Bagi Hyun Sung malah ini melegakan. Saat itu, nggak meninggalkan Sunbae sendirian di sana. Kalau begitu, aku berutang budi padamu, meski aku nggak tahu selanjutnya harus bagaimana. Kata Song Ah. Maka, percayalah pada pacarmu ini. Pinta Hyun Sung. Nggak bilang itu sungguhan. Tegas Song Ah. Hyun Sung mengiyakan, hanya pura-pura. Keduanya lalu meminum kopi masing-masing.

##

Song Ah merasa gugup saat berada di lift. Jangan khawatir. Ucap Hyun Sung menenangkan. Jika terjadi sesuatu, aku akan melindungi Sunbae dengan baik. Di perusahaan seharusnya nggak akan ada masalah. Pikir Song Ah. Dia bukan orang yang seperti itu.


Sulit dikatakan, kan? Tanya Hyun Sung. Song Ah pikir mereka juga harus berhati-hati, jangan terlalu jelas. Hanya pura-pura agar dia lihat. Jika terlalu jelas akan bagaimana? Goda Hyun Sung. Song Ah hanya diam. Hyun Sung mengiyakan dan meyakinkan akan memperhatikannya.


“Perhatikan!”


“Baik, perhatikan”

##

Pintu lift terbuka. Jae Shin ada di depan. Ketiganya malah terdiam. Nggak mau keluar? Tanya Jae Shin. Song Ah keluar duluan dan Hyun Sung menyusul kemudian.


Song Ah berbalik dan melihat Jae Shin masuk ke lift seakan nggak peduli lagi dengannya. Hyun Sung manggil Song Ah. Song Ah mengiyakan dan lanjut jalan lagi.

##

Mereka melakukan rapat dengan diketuai oleh Jae Shin. Penjualan bulan ini sesuai yang tertulis di laporan, berhenti sekitar 103%. Demi tingkatkan jalur pemasaran, sudah diskusi dengan penjualan, tapi situasi kurang baik. Bagaimana perkembangan produk baru bulan depan? Kini, menurut perencanaan akan dikeluarkan di awal bulan. Bagaimana proporsi penjualan? Target penjualan bulan depan adalah 33 miliar.


Jae Shin memanggil ABM Chae Hyun Sung dan menyuruhnya untuk menjawab. Hyun Sung menurut. Volume penjualan 8.2 miliar sekitar 25%. Setiap jalur pemasaran ada berapa? Tanya Jae Shin. Hyun Sung menjawabnya lagi. Mall mencapai 2.8 miliar, jalur pemasaran lain… . Jae Shin memotong. ABM Chae Hyun Sung mengira hanya ada mall satu jalur pemasaran saja? Hyun Sung meminta maaf, kelak jalur pemasaran lain juga akan kuperhatikan.

##

Kelak? Bukankah sudah terlalu lambat? Tak bekerja dengan baik di perusahaan, sebenarnya apa yang dipikirkan? Sindir Jae Shin. ABM Chae Hyun Sung. Produk baru bulan depan, sudah kamu coba? Hyun Sung mengiyakan. Coba di mana? Di punggung tangan? Apakah konsumen hanya memakainya di punggung tangan?


Jae Shin lanjut manggil Agen Kang. Saat pengembangan produk, apa kamu hanya pakai di punggung tangan? Aku pakai di wajahku. Jawab agen Kang. Agen An, kamu? Aku juga. Namun, kenapa ABM Chae Hyun-seung hanya pakai di punggung tangan? Karena kamu pria? Berarti kamu tak cocok dengan merek kami, atau karena kanu meremehkan KLAR dan aku sebagai BM ini, jadi bahkan nggak ada ketulusan untuk itu?

##

Hyun Sung meminta maaf dan meyakinkan akan memperhatikannya. Song Ah menatap Hyun Sung tajam. Kenapa? Ada yang mau kau sampaikan, ABM Yoon Song Ah? Tanya Hyun Sung.


Song ah meminta maaf pada Jae Shin. Sebagai atasan, aku membimbingnya, namun masih ada kekurangan. Jadi, kelak aku akan lebih dekat dengannya, mengajarinya dengan baik. Sampai sekarang juga belum bisa, meski lebih dekat membimbingnya, apakah itu berguna? Remeh Jae Shin. Kalau begitu, akan dilakukan sampai bisa, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya. Jae Shin terdiam dengarnya. Hyun Sung juga jadi nggak nyaman.

##

Rapat akhirnya selesai. Semuanya meninggalkan ruang rapat kecuali Song Ah dan Jae Shin. Ketua tim Kwon menenangkan Hyun Sung. Nggak masalah, nggak masalah. Hyun Sung melihat Song Ah sebentar lalu lanjut jalan lagi.


BM-nim, kamu seharusnya bedakan urusan perusahaan dan pribadi. Tegur Song Ah. Jae Shin nggak mau kalah. Menurutku, kamu yang lebih harus begitu. Siapa pun itu harus diberi kritikan. Song Ah menatap Jae Shin sinis. Jika itu orang lain, kamu nggak akan mengkritiknya di depan umum.


Apa alasanmu? Tanya Jae Shin. Seberapa kerasnya aku berpikir tetap nggak tahu apa alasannya. Kita tak ada masalah apa pun. Karena itulah aku mau putus. Tegas Song Ah. Orang yang seharusnya tahu malah nggak tahu apa permasalahannya.


Namun juga tak bisa diselesaikan dengan cara ini, seharusnya jelaskan padaku. Bukan melibatkan orang ketiga. Sungguh mau berakhir seperti ini?

##

Jangan teruskan lagi. Pinta Song Ah dan mau pergi. Jae Shin bertanya apa sepuluh tahun ke depan dan 20 tahun ke depanmu, apa aku akan selalu di masa depanmu? Jadi, pertimbangkanlah sekali lagi.


Bagaimana denganmu, BM-nim? Tanya Song Ah balik. Sepuluh dan 20 tahun ke depanmu, apa ada aku? Jae Shin nggak ngerti. Apa karena alasan ini? Apa aku hanya perlu meyakinkanmu saja? Song Ah membantah. Aku memang ingin putus denganmu seperti ini. Ia mengambil dokumennya dan mau pergi.


Jae Shin merasa putus asa sampai membentak Song Ah. Sebenarnya apa yang kamu sukai darinya? Song Ah terkejut dan makin sunis melihatnya. Jae Shin menghela nafas panjang seperti menyesal. Kita bahas setelah pulang kerja. Kurasa itu lebih baik.


Song Ah menolak. Aku nggak ingin berbicara denganmu seperti ini lagi. Song Ah bangkit dan pergi.

##

Ha Eun jadi makan sama temannya di restoran teman ayahnya. Anak laki-laki itu menatap Ha Eun muku tapi Ha Eun malah asik makan. Apa cocok dengan selera Anda? Tanya Yeon Sung ke ibu anak itu. Ibu anak itu mengiyakan. Sungguh enak, awalnya aku juga ingin makan di sini. Berkat Ibu Ha Eun, bisa makan di sini. Aku dengar belakangan ini, tempat makan ini sangat terkenal. Jika pesan sekarang, harus menunggu beberapa bulan baru dapat makan.


Benarkah? Tanya Yeon Sung berlagak nggak tahu. Apakah kepala koki di sini sangat akrab dengan suamimu? Tanya ibu anak itu. Yeon Sung pikir seharusnya begitu. Hanya tahu orang rumah sakit tradisional harmoni. Terkadang katanya makan dengan orang dan pulang malam, orang itu adalah koki di sini.

##

Ibu itu merasa sungguh iri pada ibu Ha Eun, suaminya adalah direktur rumah sakit tradisional, juga sangat menjaga keluarga. Kudengar hubunganmu dengan mertua juga sangat bagus.


Yeon Sung mengiyakan. Tentu saja, dia memperlakukanku seperti putri kandungnya. Bahkan kadang mengira aku sungguh putri kandungnya.


Ha Eun malah membantahnya. Sepertinya enggak, Ibu selalu bilang semoga Nenek pindah ke Antartika. Putri kandung apanya… . Yeon Sung buru-buru menutup mulut Ha Eun. Diam. Tadi pagi dia demam, kenapa asal berbicara? Ha Eun, saat sakit, makanlah lebih banyak agar cepat sembuh. Ayo, cepat makan. Kata Yeon Sung sambil menyuapi putrinya. Patuh sekali, sungguh patuh.


Ibu anak itu mengaku dengar kepala koki di sini belum menikah. Apakah sudah punya pacar? Jika belum, aku ingin kenalkan pada adik perempuanku. Yeon Sung seperti nggak tahu soal itu.

##

Orangnya datang dengan membawa makanan lagi. Anak-anak, makanan penutup sudah datang. Yeon Sung melongo lihatnya.

##

Yeon Sung mendatangi ruang kerja suaminya dan terus membicarakan tentang kepala koki. Dilihat seperti apa pun, dia sangat serasi dengan Kakak. Kenapa nggak terpikirkan olehku? Hanya di samping saja, sungguh nggak menyadarinya. Muda, tampan dan sangat profesional. Kepala koki Yoo sungguh belum ada pacar, kan? Tanyanya pada suaminya. Wu Hyun nggak menjawab. Yeon Sung mendekat. Aku nggak berani tanya langsung, aku tanya karyawannya saat keluar, katanya nggak ada. Sungguh nggak punya? Seharusnya nggak punya. Jawab Wu Hyun. Yeon Sung senang dengar nya. Ternyata manusia memang begitu berjodoh. Ini jodoh untuk bertemu Kakak. Tahun ini terlalu cepat, menikah tahun depan lebih cocok. Gaun pernikahan Kakak harusnya Ibu yang buat, kan? Aku telepon dia dulu.


Yeon Sung mau mengambil ponselnya tapi Wu Hyun mendadak bilang kalo dia seharusnya nggak tertarik pada pernikahan. Yeon Sung mengaku tahu, makanya dia terus melajang. Namun, kenapa dengan itu? Cukup buat dia tertarik saja. Jujur saja, aku lebih khawatir pada Kakakku. Namun, aku akan pikirkan cara untuk membujuknya. Wu Hyun bangkit dan melepas jas dokternya.

##

Apa kamu merasa sedikit nggak senang? Tanya Yeon Sung. Apakah temanmu menjadi kakak ipar akan terasa canggung? Kenapa dengan itu? Dia bukan orang lain, dia teman terbaikmu. Lebih baik dari orang asing, kan? Wu Hyun memakai mantelnya dan tetap nggak bilang apa-apa.


Yeon Sung menghampirinya dan merengek. Sayang, mari kita rencanakan dulu. Kamu urus kepala koki, aku urus Kakak. Bagaimana kalau minggu ini? Wu Hyun seperti nggak ingin membicarakannya dan berusaha untuk mengalihkan. Ha Eun sepertinya ingin makan kue, kita beli kue pulang saja. Dia lalu jalan meninggalkan istrinya.


Yeon Sung kesal lihatnya. Apa yang sedang kuminta? Kulihat kamu pulang cepat, ingin berkencan denganmu, malah hanya menyayangi Ha Eun.

##

Saatnya pulang kerja. Beberapa karyawan sudah pulang. Jae Shin mengirim pesan. Menunggumu di Anemona.


Jae Shin bangkit dan mau pergi. Song Ah malah manggil Hyun Sung dan menanyakan apa malam ini ia punya janji? Hyun Sung membantah. Ia nggak punya urusan lain. Song Ah mengajaknya untuk ikut dengannya untuk melihat produk bersama. Mungkin agak lama, sekalian makan malam bersama saja. Hyun Sung mengiyakan dan bilang akan merapikan dulu produk di ruang rapat.


Jae Shin nampak kecewa dan kesal. Ia lalu pergi.

##

Hyun Sung dan Song Ah makan bersama. Tadi kau sengaja, kan? Tanya Hyun Sung. Apanya? Tanya Song Ah balik. Hyun Sung mengingatkan saat sebelum mereka keluar. Apakah aku perlu menemuinya langsung? Bagaimana? Apa aku perlu menginjaknya dengan keras, agar dia nggak lagi mendekatimu?


Song Ah melarang. Apa kamu mafia? Bahkan mau menginjaknya? Jangan asal bicara, cepatlah makan ramyeon. Masih banyak yang perlu kau pelajari, waktu nggak banyak. Hyun Sung santai. Juga bukan hanya hari ini. Ada besok, ada lusa, dan juga status. Terima kasih telah membuat alasan untuk bisa bersamamu.


Song Ah malah merasa nggak nyaman. Jelas-jelas sudah sepakat. Ini murni hanya bantuan. Kenapa? Tanya Hyun Sung. Kamu khawatir kalo aku akan mengingkari janji? Song Ah membenarkan. Bahkan sangat khawatir. Hyun Sung melarangnya untuk khawatir. Aku nggak akan menggunakan ini untuk mengusikmu. Namun, aku nggak berani menjamin suatu hal. Yaitu kamu akan terpesona sepenuhnya padaku.


Apa? Tanya Song Ah kaget. Hyun Sung tersenyum lalu lanjut makan. Mendadak dia ngasih kimchi ke mangkuk Song Ah.

##

Song Ah mengajari Hyun Sung gimana memakai produk. Mulai dari foundation. Mengoles di punggung tangan dan wajah itu sangat berbeda.Bagaimana kalau mulai dari perawatan kulit?


Hyun Sung menahan. Ia memakai bando dan mengaku sudah siap. Song Ah tersenyum lihatnya. Ia lalu ngasih produknya ke Hyun Sung. Oles di muka saja, kan? Tanya Hyun Sung. Song Ah menyuruhnya untuk mengoleskan di kedua pipi, area T, lalu oles area U.


Bagaimana kalau langsung ke foundation saja? Tanya Song Ah. Tahu hasilnya, kan?


Sunbae, meski tadi aku melakukan kesalahan mengoles di punggung tangan, tapi aku sangat menguasainya di bagian teori. Bukankah ini masker aktris?

##

Song Ah meminta tangan dan Hyun Sung langsung memberikannya. Ih maksudnya punggung tangan. Song Ah memberi sedikit foundation dan mau memberitahukan caranya. Hyun Sung memotong dan mengaku sungguh tahu semua teorinya dan menunjukkannya. Seperti ini pelan-pelan, pelan-pelan. Setelah mengoleskannya pelan-pelan, ratakan dengan jari telunjuk dan jari tengah. Berkilau. Nggak merasa sangat berkilau? Ia merasa kalo produk KLAR mereka…


Song Ah menasehati agar jangan terlalu lebar. Bagian sudut mata pakai jari tengah dengan pelan… . Hati-hati, jangan biarkan ia masuk ke mata.

##

Hyun Sung mengaduh. Masuk ke mata. Apa? Sudah masuk ke mata? Tanya Song Ah. Hyun Sung mengiyakan. Song Ah mengambil tisu dan memberikannya pada Hyun Sung. Sudah kubilang untuk berhati-hati. Ini, bersihkan.


Hyun Sung merasa kalo sekarang nggak bisa dibersihkan, Sunbae, sekarang…


Kenapa nggak bisa? Tanya Song Ah dan nyuruh Hyun Sung untuk mengambil tisunya. Hyun Sung mengaku nggak berani menyentuh mata.


Song Ah nyuruh Hyun Sung untuk menghadapinya. Ia akan membantu membersihkan. Lah setelah Hyun Sung menghadapinya Song Ah malah jadi terdiam. Sunbae! Panggil Hyun Sung. Song Ah membersihkan matanya pakai tisu. Sebentar doang. Sudah, buka matamu.


Hyun Sung mengangkat wajahnya dan membuka matanya. Air matanya sampai keluar. Sekarang sudah lebih baik? Tanya Song Ah. Hyun Sung mengiyakan. Song Ah lalu menyuruhnya untuk mencoba lagi. Hyun Sung mengambil tisu lagi. Ia merasa kalo matanya sepertinya memerah.

##

Jae Won yang sedang minum dengan teman-temannya nggak sengaja melihat Jae Shin. Dia masih kepikiran sama permintaan putus Song Ah. Jae Won menghampirinya. Jangan minum sendiri, sungguh merusak suasana. Ia menuangkan minuman di gelasnya Jae Shin. Bukannya kamu bilang nggak akan datang? Kenapa kau minum sendirian di sini? Ada masalah apa?


Jae Shin mengaku hanya ingin minum arak. Jae Won membenarkan. Akhir-akhir ini aku terus membahas masalah tingkat penjualan dan pemasaran Eropa. Memberimu terlalu banyak tekanan. Benar, kan? Namun, yang hanya bisa diandalkan hanya kamu seorang.

##

Apakah Lee Jae Shin begitu hebat? Tanya salah seorang teman Jae Won yang menghampiri mereka. Bisa-bisanya Jae Woon begitu mempercayaimu. Ia bahkan meletakkan tangannya di pundak Jae Shin.


Jae Won membenarkan. Tentu saja hebat. Perusahaan kami begitu sukses semua berkat Jae-shin. Benarkah? Tanya teman Jae Won kayak nggak percaya. Teman Jae Won memberitahu kalo mereka juga berencana mengembangkan bisnis produk kosmetik dan minta Jae Won untuk meminjamkan Jae Shin padanya. Ia akan mengembalikannya setelah selesai. Teman Jae Won makin kelewatan. Ia menanyakan pada Jae Shin berapa banyak yang Jae Won berikan padanya? Meski aku nggak tahu berapa yang dia berikan padamu, tapi menurutku, aku juga sanggup membayarnya. Gaji tahunan seratus juta Won atau seratus lima puluh juta Won?

##

Jae Won nggak tahan dan menegur temannya. Hei, apa kamu sudah mabuk? Jika nggak mabuk, pergi bermainlah ke tempat lain. Teman Jae Won mengaku nggak mabuk. Ia kembali menanyakan berapa harga Jae Shin sebenarnya. Enggak, hanya sedikit itu. Aku langsung berikan 300 juta Won saja. Syarat awalnya, setelah kamu datang ke tempatku, kamu harus kerjakan sebaik saat di tempatnya.


Jae Shin meremehkan kalo itu terlalu sedikit. Namun, berapa pun yang kamu berikan, aku juga nggak bisa pergi.Karena aku juga membedakan orang. Jae Won tertawa dengarnya. Jae Shin lalu pamit pada Jae Won.


Lihatlah bocah ini. Kamu kira orang di sini nggak tahu bagaimana kamu hidup bergantung di sisinya? Karena menghargai tuanmu, jadi menganggapmu yang bukan apa-apa ini sebagai manusia. Kamu masih nggak tahu batasanmu. Apa yang kukatakan salah? Kalau begitu sangkallah.

##

Jae Shin berusaha untuk mengabaikannya dan pergi tapi orang itu malah menahan tangannya. Nggak dengar aku sedang bicara? Coba katakanlah. Jae Shin hilang kesabaran dan mendorong orang itu lalu mencekiknya. Lihat jelas dirimu dulu. Jika orang lain tahu kebenaran kau sebagai penerus ini diam-diam memakai dana untuk berjudi, akan bagaimana? Kurasa kakakmu akan sangat senang. Apa aku perlu menemuinya?


Orang itu hanya bisa diam. Jae Shin melepaskannya lalu pergi. Jae Won mau mengikuti Jae Shin. Ia mengangkat tangannya dan merapikan rambutnya. Lah orang itu malah mundur ketakutan. Apa yang kamu takutkan? Sindir Jae Won. Anak yang menyedihkan.

##

Jae Won menghampiri Jae Shin sesampainya di luar. Tindakanmu bagus, sempurna. Hatiku sangat senang. Kenapa kamu keluar? Tanya Jae Shin. Jae Won mengaku sedang bosan aja Setelah begitu lama, aku melihat Lee Jae Shin yang sebenarnya. Aku sangat senang, ini baru Lee Jae Shin. Bagaimana kalau kita cari tempat lain untuk minum? Jika ke sana ada bar yang lumayan bagus.


Jae Shin menolak. Hari ini aku hanya mau istirahat. Benarkah? Kalau begitu, apa boleh buat. Lain kali jangan tolak lagi. Kualitas di sana sangat bagus.

##

Hyun Sung mengantar Song Ah sampai depan rumahnya. Song Ah berterima kasih telah mengantarnya dan berpesan agar Hyun Sung hati-hati di jalan.


Song Ah mau turun tapi Hyun Sung malah menahan. Ia meriksa sekitar dan memastikan kalo sepertinya nggak ada, Lee Jae Shin itu. Apa kamu sungguh nggak mau memanggilnya BM-nim? Hyun Sung membenarkan. Nggak akan kupanggil begitu. Apa karena dia lebih tua maka harus hormat dan sopan padanya? Dia nggak mencapai standarku.


Kelak jika kamu nggak senang padaku, apa kamu juga akan bicara santai padaku? Tanya Song Ah. Hyun Sung pikir itu belum tentu. Song Ah menyudahi, terserah padamu, nggak papa. Namun, jika kamu bicara begitu di hadapanku maka aku nggak akan mengampunimu. Hyun Sung mengiyakan. Ia lalu memanggil Song Ah dengan namanya.

##

Sesaat Song Ah terdiam sebelum akhirnya dia memarahi Hyun Sung. Dasar, anak ini, dasar…


“Sepertinya hatimu sedikit tergerakkan, kan?”


Song Ah membenarkan kalo hatinya tergerak. Karena aku punya kesempatan menghajarmu, jadi hatiku sangat tergerakkan. Aku selalu menunggu hari ini. Song Ah sangat kesal sampai mau menyentil dahi Hyun Sung tapi Hyun Sung nya malah senyum-senyum. Song Ah heran lihatnya. Apa kamu bahkan tak menghindar? Hyun Sung mengaku bersedia meski ia dipukuli sekalipun. Karena kamu yang mukulin. Ayo, pukullah.


Lah Song Ah malah beneran melakukannya. Mereka tertawa. Kamu kira aku nggak berani memukulmu? Jika ke sana, ada rumah sakit besar. Jika ingin minta rugi, jangan lupa minta bonnya.


Hyun Sung mengeluhkan kepalanya yang terasa sangat sakit. Song Ah pamit dan turun dari mobil.

##

Jae Shin sedang di jalan. Ia teringat masa lalu saat masih sekolah. Seorang pria bersama beberapa orang masuk ke kelas. Mereka marah dan mencarinya. Mereka menyebutkan tentang ayahnya yang sepertinya telah menipu mereka.


Orang-orang itu menghampirinya. Pria itu bahkan melempar bangkunya dan menarik kerah bajunya. Kau tahu ke mana ayahmu kabur, kan? Di mana penipu itu?


Jae Shin mengaku nggak tahu. Pria itu marah. Bagaimana mungkin kamu nggak tahu? Katanya mau membesarkan anaknya yang hebat itu, dan memohon pada kami. Tapi ternyata dia lari dengan uang kerja keras kami. Uang itu kami dapatkan dengan susah payah di pasar!


Jae Shin membenarkan. Ia menyalahkan pria itu yamh mau ditipu oleh penipu itu? Pria itu marah dan memukul wajah Jae Shin. Kamu hanya membaca sedikit buku, sudah meremehkan orang dewasa?

##

Jae Shin tersenyum dan mengejek pria itu seperti idiot. Kapan aku minta kalian untuk menyekolahkanku? Kalian yang ditipu olehnya, kan? Kalian sendiri yang ditipu oleh penipu menyedihkan itu. Kenapa lampiaskan padaku? Kenapa lampiaskan padaku?


Jae Shin bangkit dan mengaku nggak menerima satu sen pun, juga nggak ada kewajiban membayar kalian. Jadi, jangan mengusikku lagi.


Jae Shin merapikan meja dan bukunya yang terjatuh di lantai sementara pria itu terduduk syok mikirin uangnya.


Jae Won yang bersama temannya tersenyum melihat sikap Jae Shin.

##

Setelahnya Jae Shin minta bertemu dengan Jae Won di atap. Ia meminta Jae Won untuk membelinya. Ia meminta Jae Won untuk membayar hutang ayahnya dan menyekolahkannya ke luar negeri. Ia nggak mau dipindahkan dari sana


Jae Won seperti nggak tertarik. Untuk apa ia melakukannya? Jae Shin mengungkit keluarga Jae Won yang sangat kaya. Kalo ia pergi begitu saja maka kehidupannya hanya akan seperti air parit. Dan sebagai gantinya ia akan menjadi budak Jae Won seumur hidupnya.


Jae Won mengaku nggak perlu budak. Bagaimana kalau teman? Tanya Jae Won sambil mengulurkan tangannya. Ia merasa kalo itu akan sangat menarik.


Jae Shin menyambutnya.

##

Jae Won baru saja menemui koleganya. Asistennya menanyakan apakah jadwal siang ini dijalankan sesuai rencana awal? Mendadak dia melihat Ji Sung lagi bersama Ha Eun. Ia ingin menghampirinya tapi nggak jadi. Ia pikir sedang berhalusinasi? Dan kalo begitu terus ia akan sakit. Menyebalkan. Apakah perlu melakukan kesalahan sekali?


Ia lalu mencari Ji Sung di lapangan tenis. Sayangnya ia nggak menemukannya. Ia mencoba untuk mengingatkan diri sendiri kalo wanita itu sudah menikah. Seenggaknya ia harus memikirkan jabatan dan juga harga diri. Meskipun mati juga harus menjaga prinsip dasar.


Tiba-tiba ada bola yang mengenai kepalanya. Ia lalu terpikir kalo wanita itu adalah janda yang membawa anak. Atau mungkin juga orang tua tunggal. Ia kembali tersenyum lau pergi.


Ringkas drama selanjutnya

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)