Ringkas drama sebelumnya
Gun mempersilakan sang wartawan buat pergi dulu. Telpon dia kalo situasi memadai.
Mereka lalu pisahan.
Setengah jam sudah berlalu tapi Gun belum keluar juga. Hwa Suk sampai bosan nunggunya.
Hae Ri bilang buat nunggu sebentar lagi. Hwa Suk malas. Hae Ri pingin tahu seberapa intimnya mereka? Mungkin itu alasannya Hae Ri nggak cocok sama Gun.
Hae Ri merasa kalo Gun bukan orang yang seperti itu.
Gun juga sudah bosan nunggu. Dia nyoba buat nelpon wartawan itu tapi nggak diangkat. Akhirnya dia memutuskan untuk naik ke atas.
Gun sampai di kamar yang dimaksud, kamar 407. Ia mengetuk pintunya sambil manggil wartawan itu. Nggak ada jawaban. Khawatir, Gun pun masuk. Apalagi pintunya nggak dikunci.
Gun kaget lihat kamar dalam keadaan berantakan. Darah dimana-mana. Wartawan duduk di dekat tempat tidur. Dia sekarat.
Gun segera menghampirinya dan menanyakan ada apa? Wartawan itu nggak sanggup menjawab. Dia hanya ngasih sesuatu ke Gun.
Gun menyimpannya lalu nelpon polisi dan melaporkan ada pembunuhan. Dia memberitahukan lokasinya.
Belum juga selesai nelpon datang seseorang yang mau menyerangnya. Orang itu bawa pisau dan berusaha buat nusuk Gun.
Gun berhasil melawan. Orang itu mendorong Gun lalu melarikan diri.
Gun mengejarnya melewati tangga sampai akhirnya keluar dari hotel.
Di luar orang itu menghilang. Gun berusaha nyari. Tiba-tiba orang itu muncul lagi dengan mengendarai sepeda motor dan mau nabrak Gun.
Gun mengejarnya.
Hae Ri manggil Gun.
Gun naik mobil Hwa Suk dan nyuruh buat ngejar motor itu.
Hwa Suk nggak ngerti apa urusannya tapi dia menurut. Kendaraan lagi banyak. Gun nyuruh Hwa Suk untuk melewati mereka.
Hwa Suk berhenti. Situasinya nggak memungkinkan.
Gun kesal. Hwa Suk pengemudi yang buruk.
Hwa Suk marah. Kalo terjadi kecelakaan siapa yang mau tanggung jawab?
Hae Ri berusaha buat tenang dan menanyakan siapa orang itu? Apa yang terjadi?
Gun terpaksa memberitahu kalo ada pembunuhan. Reporter Harian Pyeonghwa. Dia menyelidiki tentang jatuhnya pesawat dan kesana untuk ketemu sama informan...
Gun melihat mobil polisi susah datang dan minta Hwa Suk buat balik ke hotel.
Gun membawa para polisi itu ke kamar wartawan berada, kamar 407. Anehnya sampai sana wartawan itu susah nggak ada. Kamar dalam keadaan rapi seolah nggak ada yang terjadi.
Polisi marah, mengira kalo Gin mempermainkan mereka.
Gun mencoba meyakinkan mereka dengan menunjukkan tanda pengenal wartawan itu. Gun juga mau menunjukkan apa yang diberikan wartawan tadi tapi ditahan sama Hae Ri.
Hae Ri memberitahu kalo ia adalah anggota BIN. Polisi nampak nggak percaya. Hae Ri minta Hwa Suk untuk menunjukkan tanda pengenalnya.
Lah, Hwa Suk nggak bawa. Siapa yang masih bawa itu?
Hae Ri memberitahu polisi kalo mereka melihat Gun kesana bersama seorang reporter. Ia menyarankan agar polisi memastikan identitas wartawan itu dan memeriksa CCTV. Ia juga meminta polisi untuk menghubungi unit TKP untuk tes luminol.
Polisi mengiyakan. Dia nyuruh anak buahnya buat mengecek CCTV. Ia juga nelpon tempat wartawan itu bekerja. Dari sana dikatakan kalo wartawan itu sedang berlibur di luar negeri.
Polisi memberitahukannya pada Gun, Hae Ri dan Hwa Suk kalo wartawan itu sedang berlibur di Selandia baru.
Gun masih kekeuh bilang kalo dia meninggal dan mereka membuang jasadnya.
Polisi yang meriksa CCTV kembali dan melaporkan nggak ada yang masuk ke kamar itu.
Gun gedeg. Dia mau ngasih tahu polisi tapi ditahan lagi sama Hae Ri.
Polisi membebaskan Gun buat kali ini. Tapi kalo Gun melakukannya lagi maka ia akan dituntut dengan tuduhan menghalangi proses hukum.
Gun nggak bilang apa-apa. Dia kesal banget. Polisi pergi.
Gun duduk di tempat tidur.
Hwa Suk nggak ngerti apa yang terjadi. Dia nggak bisa percaya.
Hae Ri mengatakan kalo dia percaya. Hal kayak gitu juga terjadi di Maroko. Dia ngasih tahu Gun kalo mereka nggak perlu polisi. Mereka akan memecahkannya sendiri.
Gun mengangguk. Dia lalu bangkit dan memberikan apa yang wartawan berikan padanya. Sebuah pulpen. Hae Ri membukanya. Flashdisk.
Sayangnya itu rusak. Konektornya hancur.
Gun menanyakan apakah datanya juga hancur?
Hae Ri sendiri nggak yakin. Dia ngajak Gun sama Hwa Suk ke rumahnya dulu buat mengatasinya.
Gin nyuruh mereka buat duluan. Dia akan nyusul nanti.
Hae Ri khawatir san menanyakan Gin mau kemana? Gun nggak menjawab.
Para anggota jeluarga korban B357 berkumpul. Selanjutnya giliran Kwang Duk.
Kwang Duk menolak. Dia nanti aja. Wanita yang ada di tengah mengingatkan kalo mereka ada di sana untuk menyembuhkan luka emosionalnya. Ia dibebaskan untuk mengatakan apa saja yang ada dalam pikirannya.
Gin baru aja sampai. Ia melewati dinding yang berisi curahan hati keluarga korban pesawat.
Tiba-tiba Gun berhenti. Ia melihat foto Hoon. Hatinya sakit.
Kwang Duk akhirnya bersedia. Dia nangis membicarakan tentang istrinya. Mereka nggak bisa mengadakan resepsi dan sebagai gantinya dia membelikan cincin emas.
Istrinya marah dan ia mengembalikan cincin itu. Harusnya dia memakaikannya. Dia menyesal.
Gin berdiri di luar pintu dan melihat mereka.
Kwang Duk melanjutkan kalo dia merasa bersalah pada istrinya dan bayi mereka. Ia nggak tahu gimana harus menjalani hidup.
Kwang Duk nggak bisa melanjutkannya dan nangis. Yang lain juga ikutan nangis.
Gun hanya melihat dan nggak ada niatan buat masuk.
Di rumahnya Hae Ri mengutak-atik flashdisk itu. Hwa Suk aja sampai kagum. Dia yakin kalo Hae Ribisa dipromosikan dua pangkat sekaligus.
Hae Ri malah pinginnnya posisi lain, seperti administratif yang bisa ia tempati lama dan aman.
Berhasil.
Hae Ri menancapkannya ke laptop. Isinya adalah tentang rekening bank, kartu kredit dam riwayat panggilan Kim Woo Gi. Itu adalah co-pilot pesawat B357.
Hwa Suk aja sampai nggak habis pikir. Dimanapun nggak ada tahu-tahu ada di sana.
Lanjut ke perkumpulan keluarga korban B357. Kali ini giliran wanita rambut pendek yang kehilangan suaminya.
Ponsel Gun bunyi. Dari Hae Ri. Hae Ri memberitahunya kalo polos asuransi Kim Woo Gi bernilai hampir 5 miliar won. Dia membelinya 6 bulan lalu dan ahli warisnya adalah ...O Sang Mi.
Gun kaget. Masalahnya orang itu adalah yang barusan bicara.
Hae Ri menduga kalo O Sang Mi berkomplot dengan suaminya. Mereka berhutang pada lintah darah senilai lebih dari satu miliar tapi masih membayar iuran premium bulanan senilai 10 juta dari pinjaman bank.
Gun menatap O Samg Mi tajam. Dia lalu menutup telpon Hae Ri.
Acara selesai. Mereka bangkit dan saling memeluk satu sama lain.
Sekretarisnya Jessika berniat memberikan kartu namanya pada Kwang Duk.
Gun yang baru aja masuk bertanya Kim Woo Gi pada O Sang Mi.
O Sang Mi diam. Semua orang menatap ke arahnya.
Sang Mi pura-pura nggak ngerti.
Gun nggak takut. Dia ngasih tahu kalo suaminya Kim Woo Gi masih hidup.
O Sang Mi tersenyum aneh. Orang-orang nampak curiga padanya.
O Sang Mi marah tapi Gun makin marah lagi. Di mana Kim Woo Gi?
Kwang Duk marah sama Gun dan memberitahu kalo O Sang Mi adalah perwakilan mereka.
Gun nggak habis pikir. Dia?.
Kwang Duk nggak tahan lagi dan nyuruh Gun buat pergi aja. Dia nggak pantas masuk grup mereka.
Gun nggak mau berhenti dan masih menggertak O Sang Mi.
Kwang Suk nggak tahan lagi dan membanting Gun. Ih, kaget aku.
Gun nggak bangun juga. Semua orang mendadak khawatir. Tapi enggak sama O Sang Mi. Dia malah kayak lega Gin begitu.
Kwang Duk menggendong Gun keluar dari sana dan ketemu sama Edward.
Kwang Suk memberitahu kalo Gun pingsan. Dia melempar Gun karena Gun menyebalkan.
Edward meriksa Gun dan bilang sesuatu ke sekretarisnya. Sekretaris Edward mengangguk.
Gun sadar. Dia ada di mobilnya Micki, sekretarisnya Edward. Ia akan mengantar Gun ke dokter untuk diperiksa.
Gun mengaku nggak buruh itu. Dia menanyakan dimana Edward.
Micki bilang Edward sibuk. Kenapa?
Gun meminta Micki untuk bilang ke Edward kalo dia menemukan pelaku yang menjatuhkan pesawat.
Micki menyarankan agar Gun ke kantor mereka dulu.
Seseorang nelpon Gun lagi.
Sekretaris Jessika bilang ke para keluarga korban akan menangani kasus melawan Dynamic System. Persidangan akan memakan waktu satu tahun. Bisa juga lebih dari 10 tahun.
Edward merasa kalo biayanya nanti akan besar.
Sekretaris Jessika santai. Mereka bisa membayarnya kalo sudah menang.
Edward nggak setuju. Mereka nggak akan bisa menahan rasa sakit saat persidangan.
Sekretaris Jessika nggak mau kalah. Persidangan memang perlu waktu lama dan berdamai dan mendapat kompensasi cepat. Tapi gimana dengan rasa bersalah pada orang tersayang yang wafat?
Rasa sakit saat persidangan nggak mungkin lebih berat dari rasa bersalah. Ada yang ngasih tahu dia, saat ngambil keputusan akan mengungkap jatidiri seseorang.
Menuntut atau berdamai ia serahkan sepenuhnya pada mereka.
Mereka malah nangis. Nggak sanggup memutuskan.
O Sang Mi nampak lelah dengan itu.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊