Ringkas drama sebelumnya
Dae Kang nyusul Miri dan ngajakin dia buat bicara. Miri berbalik membelakangi Dae Kang.
Dae Kang memberitahu Miri kalo mereka harus berhadan kalo bicara.
Miri berbalik dan menatap Dae Kang.
Dae Kang mengungkit tentang apa yang ia katakan sebelumnya. Miri mengaku tahu kalo Dae Kang melakukannya biar nggak kelihatan mencurigakan.
Dae Kang menyangkalnya dan memberitahu kalo dia serius. Miri kaget dengarnya. Dae Kang melanjutkan...
"Laki-laki biasanya nggak melakukan itu pada gadis yang nggak menarik bagi mereka"
Miri mengingatkan kalo Dae Kang kan tahu dia suka sama Eun Tae.
"Aku nggak peduli. Karena aku lebih dulu suka sama kamu"
Miri kaget dengarnya. Dae Kang menanyakan apa Miri ingat saat pertama kali mereka ketemu?
Flashback...
Saat di kelas menggambar. Pensil Dae Kang mendadak nggak bisa dipakai. Miri tahu-tahu melempar pensil ke arahnya.
Dae Kang menatap Miri. Dalam pensil itu ada pesannya.
"Oh Miri, kamu pasti bisa. Jangan tegang dan nikmati saja waktumu"
Dae Kang tersenyum dan menggunakan pensil itu buat menggambar.
Flashback end...
Dae Kang bilang ke Miri kalo dia nggak akan lolos ke universitas kalo Miri nggak meminjamkan pensil.
Dan saat mereka ketemu lagi...
Flashback...
Miri meminta Dae Kang buat satu kelompok dengannya. Dae Kang nggak mau dan mau pergi aja. Miri tahu-tahu menarik tangan Dae Kang dan menahannya.
Flashback end...
"Saat kamu megang tanganku, sebenarnya aku merasa senang"
Dae Kang jujur kalo sebenarnya nggak suka dada ayam.
Waktu itu Miri bilang kalo makan ayam dia sukanya paha. Dan Dae Kang bilang kalo dia sukanya dada.
Miri ngajak Dae Kang buat makan bareng kalo pas menunya ayam.
Dan mulai saat itu Dae Kang selalu ingin mendengarkan cerita Miri.
"Dan..hari itu... rasanya jantungku mau meledak"
Maksudnya Dae Kang adalah pas adegan ini. Cingu ingat nggak?
"Dan hari itu juga"
Saat Dae Kang diketemukan sama Ji Eun. Dae Kang ngasih kopinya buat Ji Eun lalu pergi.
"Kamu mau kemana?"
"Aku suka Oh Miri"
Seketika senyumnya Ji Eun ilang. Dia nggak bisa apa-apa saat Dae Kang pergi.
"Gara-gara itulah aku marah. Apa kamu benar-benar berpikir kalo kita cuman teman? Aku mencoba buat menghindarimu, membencimu. Tapi sepertinya aku nggak bisa membencimu. Karena itulah aku menyatakan perasaanku"
Mata Miri mulai berkaca-kaca.
"Karena hanya dengan begitu kita bisa memulai atau mengakhiri semuanya"
Ih Mirinya nangis..😢😢😢
"Cukup sampai disini hubungan palsu kita"
Karena Miri nggak bilang apa-apa, Dae Kangpun berbalik dan pergi.
Miri kembali ke tenda dan mendapati Dasom sudah berkemas-kemas mau pergi.
"Mau kemana?"
Dasom nggak menjawab dan malah memalingkan wajahnya. Miri merasa khawatir dan menanyakan apa terjadi sesuatu?
Dasom nampak marah dan nggak mau bilang.
Miri melihat tasnya terbuka dan buku sketsanya kelihatan. Ia menduga kalo Dasom telah membacanya.
Dasom nggak mau menjawab dan milih kabur. Miri mencegahnya dan menanyakan kenapa Dasom melihatnya?
Dasom balik nanya. Apa sekarang Miri punya hak buat marah sama dia? Dasom mengaku nggak tahu gimana caranya menangani penghianatan ini.
Miri manggil Dasom mau menjelaskan tapi akhirnya ia nggak melanjutkannya.
Dasom menanyakan mau sampai kapan Miri mau nyembunyiinnya? Berapa lama mau membuatnya kelihatan b*doh?
"Apa sekarang kita temenan? Apa kamu melihatku sebagai teman?"
Miri hanya diam. Dia nggak bisa bilang apa-apa. Bahkan saat Dasom ninggalin dia.
Saat di kampus Dae Kang nggak ada. Miri hanya bisa menatap tempat duduknya yang sekarang kosong.
Saat seseorang dibenci, pasti selalu ada alasan di baliknya. Aku takut dengan pernyataan Dae Kang, dan tanpa sengaja aku berbohong pada Ssom tentang semua itu.
Ji Eun dan temannya yang waktu itu minta dicomblangin sama Miri sekarang menatapnya penuh benci.
Aku bahkan mencoba membenci Eun Tae sampai aku kehilangan orang-orang yang berharga di sisiku.
Miri masih kerja di kafe. Dan saat jam 9 tiba-tiba pintu terbuka. Yang datang bukanlah Ein Tae tapi kakek pemilik kafe. Lah, tadi padahal Miri sudah nampak senang.
Kakek ngasih secangkir teh hangat ke Miri. Ia mendapat teh yang enak hari ini jadi ia datang setelah sekian lama agar Miri mencobanya.
Miri menatap kakek dan berterima kasih. Ia lalu menanyakan apa nenek baik-baik saja? Kakek mengiyakan. Berkat Miri sekarang nenek baik-baik saja.
Kakek melihat sudah jam 9 tapi sepertinya Eun Tae nggak ada. Padahal kakek juga mau ngasih tehnya ke Eun Tae. Kakek tersenyum dan merasa kalo Eun Tae kurang beruntung.
Miri memberitahu kakek kalo mungkin Eun Tae nggak akan datang lagi. Ia meminta maaf pada kakek.
Kakek merasa aneh. Kenapa Miri harus minta maaf? Itu kan keputusan Eun Tae. Kakek sendiri sangat berterima kasih karena Miri mau kerja paruh waktu di sana.
Miri merasa nggak melakukan apa-apa. Kakek membantahnya. Ia memberitahu kalo di dunia ini ada orang-orang yang bisa ngasih Miri kekuatan hanya dengan berada di sekitarnya.
Kakek menceritakan saat usianya 70 tahun ia bisa memahami sesuatu, Miri punya sifat yang baik hati dan bisa memberinya kekuatan.
Miri menangis. Ia merasa nggak seperti itu. Ia sama sekali nggak baik hati. Ia juga nggak bisa diandalkan. Miri nangis lagi. Kakek memberinya saputangan.
Nggak papa kalo Miri nggak baik. Tapi lihatlah sekelilingnya. Jangan bergantung pada kalimat "jangan terus berdiam diri di masa lalu". Lawan perasaan yang kunjung hilang itu dan balasan akan datang dengan sendirinya pada mereka yang kasar. Begitulah caranya menjalani hidup. Semuanya akan indah pada waktunya.
Miri sudah lebih tenang. Ia bertanya pada kakek apa dia bisa melakukannya? Kakek mengiyakan.
Lanjut....semangat!!!
BalasHapus