All content from Sohu TV
Ringkas drama sebelumnya
Satu berlalu, satu nggak berlalu
Cheng Li menelpon paman Wen dan cerita kalo dia patah hati. Paman Wen langsung tahu kalo Xun Xun orangnya. Ia menanyakan sejak kapan hubungan mereka dimulai?
Cheng Li heran paman Wen bisa tahu kalo Xun Xun adalah orangnya. Paman Wen hanya tersenyum. Siapapun pasti tahu kalo Cheng Li menyukai Xun Xun bila melihat dari sikapnya.
Cheng Li memberitahukan kalo masalahnya yang nggak bisa terima adalah Xun Xun berbohong kalo ternyata dia punya anak.
Paman Wen menanyakan apa yang membuat Cheng Li marah? Karena Xun Xun membohonginya atau karena ia punya anak? Cheng Li mengaku nggak tahu. Tapi masalah anak membuatnya merasa seperti tersambar petir. Ia menyesalkan kenapa Xun Xun nggak mengatakannya?
Paman pikir mungkin Xun Xun saat itu sangat membutuhkan pekerjaan sampai akhirnya terpaksa berbohong. Ia sendiri pasti nggak menyangka kalo hubungan mereka akan lebih dari hubungan pekerjaan. Paman Wen rasa Xun Xun nggak mempunyai kesempatan untuk mengatakannya saat itu secara ia akan kehilangan pekerjaannya bila mengatakannya. Dan saat hubungan mereka sampai pada tahap sekarang baru ia mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkannya.
Yang Cheng Li sesalkan adalah kenapa ia harus mendengarnya dari mama?
Paman pikir ibu Cheng Li hanya memprovokasinya. Sedalam apa cinta Cheng Li dan apa ia akan mentolerir fakta bahwa Xun Xun memiliki anak. Ia mengingatkan kalo dengan karakter Cheng Li saat ini, nggak mudah baginya untuk memulai suatu hubungan. Jadi ia harus menghargainya.
Cheng Li nampaknya mulai melunak. Ia lalu menanyakan kabar paman Wen. Paman hanya tersenyum. Ia mengaku masih mengharapkan kunjungannya bersama Xun Xun sambil membawa sup ayam.
Dari tadi ternyata Xun Xun ada di belakang Cheng Li dan mendengarkan semuanya. Cheng Li melihat jam tangannya seperti merasa cemas karena Xun Xun belum juga pulang. Ia ingin menelpon tapi nggak jadi.
Xun Xun sendiri juga merasa berat. Dia memilih untuk pergi.
Paginya Xun Xun mengemasi semua pakaiannya ke dalam koper. Cheng Li pikir kalo Xun Xun akan resign.
Xun Xun membantahnya. Ia hanya akan pindah ke rumah Zhou Quan. Ia nggak mau membuat Cheng Li merasa nggak nyaman dengan keberadaannya dalam satu rumah.
Ia akan mengerjakan pekerjaannya seperti biasa. Menyiapkan sarapan dan mengantarnya ke kantor.
Cheng Li nggak bilang apa-apa. Xun Xun melihat kertas di tangan Cheng Li dan menanyakannya. Cheng Li meremasnya dan bilang bukan apa-apa.
Zhou Quan mendatangi kantor Yiwang. Mereka akan makan siang bareng. Dan saat mau berangkat, tiba-tiba datang Mo Yunyun.
Zhou Quan menyindir kalo Mo Yunyun kan sudah nikah sama orang kaya? Kenapa kembali?
Mo Yunyun mau makan siang bersama mereka.
Zhou Quan mengaku nggak berselera lagi dan pergi. Yiwang nampak kecewa. Mo Yunyun lalu mengajak Yiwang makan berdua.
Xun Xun sudah selesai mengantar Cheng Li. Dia lalu mengirim pesan suara pada Zhou Quan kalo dia akan ke rumahnya.
Pihak pengelola tiba-tiba mengirim pesan kalo akan ada pemadaman listrik.
Xun Xun lalu mengabarkan pada Zhou Quan kalo dia nggak jadi pulang.
Xun Xun kembali ke rumah Cheng Li. Listrik sudah mati dan rumah dalam keadaan gelap. Ia lalu ke atas dan masuk ke kamar Cheng Li.
Kamar itu cukup terang menggunakan lampu tenaga surya. Ia berusaha untuk mencari solusi tiap listrik mati tapi nggak pernah terpikir kalo lampu tenaga surya akan cukup membantu.
Cheng Li mendekati Xun Xun.
"Jangan lihat lampu terus. Lihat aku"
Cheng Li mendorong Xun Xun ke dinding dan hendak menciumnya. Xun Xun menghindar dan berniat pergi tapi Cheng Li menahannya dan menciumnya.
Di bawah keamanan merasa aneh dengan keluarga di rumah Cheng Li yang mendadak minta listriknya dipadamkan padahal biasanya lampu selalu menyala 24 jam.
Paginya Cheng Li minta diantar ke toko bunga. Sampai di sana ia mekarang Xun Xun untuk ikut masuk dan menyuruhnya menunggu di depan.
Xun Xun sedikit senang karena Cheng Li ingat kalo dia alergi bunga.
Beberapa saat kemudian Cheng Li sudah mendapatkan bunganya. Dia meminta Xun Xun untuk menjauh karena ia alergi bunga. Ia memasukkan bunga itu ke dalam bagasi.
Xun Xun memprotes sikap Cheng Li. Semalam Cheng Li sangat hangat padanya dan pagi ini mendadak berubah dingin. Dan malah mau memberi bunga pada Jin.
Cheng Li meremehkan.
"Baru begini sudah nggak terima. Ini bukan apa-apa dibandingkan dengan penderitaanku"
Dalam perjalanan Cheng Li memberitahu kalo bunga itu untuk ayahnya.
Mereka pergi ke makam. Cheng Li membelikan anggur paling mahal untuk ayahnya pakai uang ibu. Ia juga memberikan r*k*k kesukaan ayah. Bau banget. Ia nggak habis pikir gimana ayah bisa tahan selama ini. Ia menanyakan kabar ayah.
Xun Xun berdiri di dekat Cheng Li.
Mereka berjalan pulang. Cheng Li memberitahu kalo hari ini adalah hari peringatan kematian ayahnya. Ia selalu ke sana tiap kali ada masalah. Kalo ayahnya masih ada mungkin ia nggak akan sekaya sekarang tapi mungkin lebih bahagia.
Xun Xun pikir ayahnya pasti ingin ia bahagia. Apalagi setelah ayahnya nggak ada.
Cheng Li mendadak teringat sesuatu. Korek apinya hilang. Itu adalah pemberian dari ayahnya.
Xun Xun lalu kembali ke kuburan untuk mencarinya.
Xun Xun menemukan korek api Cheng Li. Di kuburan ayah Cheng Li ada seorang ibu dan anaknya yang sedang berdoa. Mereka langsung pergi setelah melihat Xun Xun. Anehnya anak itu memanggil ayah Cheng Li sebagai ayahnya.
Xun Xun kembali pada Cheng Li dan menceritakan hal aneh yang ia lihat tadi.
Cheng Li duduk di dekat mobil dan badannya terasa lemas.
Rupanya Cheng Li juga sudah melihatnya. Ia mengenal wanita itu, bibi Tong. Tapi saat ia memanggilnya, wanita itu malah bilang kalo Cheng Li salah orang.
Dan Cheng Li merasa kalo anak itu terlihat seperti ayahnya.
Xun Xun mendekat memeluk Cheng Li. Cheng Li sendiri nggak bilang apa-apa dan hanya menangis.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊