Sinopsis My Dear Lady episode 11 part 3

Anysti
0

All content from Sohu TV






Ringkas drama sebelumnya


Cheng Li mengajak Xun Xun ke tempat makan dekat Yu Mei Ling. Ia memesan kacang edamame dan minuman. Nggak tahu kenapa setelah memakan  satu kacang edamame ia merasa kalo rasanya beda. Dulu ia sering ke sana saat kecil sembari menunggu ayah dan ibunya kalo lembur.

Xun Xun lalu memesan minuman agar bisa menemani Cheng Li minum. Cheng Li pikir hidupnya sangat menyedihkan tapi ternyata kehidupan Zhao Yan lebih menyedihkan. Orang-orang dewasa yang nggak bertanggung jawab memaksanya untuk menjalani kehidupan yang seperti itu.

Beberapa saat kemudian Cheng Li sudah mabuk. Ibu mendadak datang bersama asistennya. Dia memarahi Xun Xun yang menemani Cheng Li minum siang-siang gini.

Cheng Li terbangun. Xun Xun mempersilakan ibu untuk duduk. Alih-alih dirinya, Cheng Li lebih butuh ditemani oleh ibunya.

Cheng Li menyapa ibu. Seingatnya dulu mama selalu tersenyum saat dia kecil tapi sekarang sudah nggak pernah lagi. Ia meminta agar ibu tersenyum.

Tanpa sadar ibu tersenyum mendengarkan permintaan anaknya. Cheng Li lalu menyampaikan kalo dia sudah ketemu sama Zhao Yan. Dan sekarang dia baru menyadari kalo dia nggak ada mirip-miripnya sama ayah. Dia lebih mirip ibu. Keras kepala, tegas, gengsi. Ia berterima kasih karena selama ini ibu sudah bekerja keras.

Ibu bangkit dan menyuruh Xun Xun untuk mengantar Cheng Li pulang.

Di dalam mobil ibu nangis. Ternyata anaknya sudah dewasa. Asisten ibu menyinggung masalah yang lainnya dan menanyakan kapan ibu akan memberitahukannya?

Ibu nggak menjawab. Dia hanya nangis.




Xun Xun membawa Cheng Li ke kamarnya dan menidurkannya. Ia melepas sepatu Cheng Li lalu keluar.

Cheng Li terbangun pada malam harinya. Lampu mendadak mati. Xun Xun menyanyikan lagu ulang tahun sambil membawa kue tart dan berjalan ke arahnya. Cheng Li heran gimana bisa Xun Xun tahu ulang tahunnya? Xun Xun hanya tersenyum. Dan sebenarnya ibunya Cheng Li yang memberitahu. Dia juga menyuruh Xun Xun untuk membuatkan mie panjang umur.

Cheng Li menagih mie panjang umurnya. Xun Xun memberitahu kalo dia sudah membuatnya tadi. Tapi karena Cheng Li tidurnya kelamaan akhirnya mie nya menggumpal. Cheng Li menyayangkan. Harusnya Xun Xun menunggunya bangun baru masak.

Xun Xun mengacu latihan dulu tadi. Takutnya mie nya nggak enak. Dia lalu nyuruh Cheng Li untuk memakan kue nya sementara ia mengambil sesuatu.

Nggak lama kemudian Xun Xun datang lagi dengan membawa buket bunga dan memakai masker. Ia memberikannya pada Cheng Li. Belinya dengan membahayakan nyawanya itu. Secara refleks Cheng Li langsung mengambil bunga itu dan membuangnya.

Xun Xun kesal. Padahal itu pertama kalinya dia beli bunga buat pria. Dan ternyata itu juga pertama kalinya Cheng Li menerima bunga dari wanita. Lah terus kenapa dibuang?

Cheng Li hanya nggak ingin Xun Xun dibawa ke rumah sakit karena alergi. Ia lalu mendesak Xun Xun untuk mengatakan sesuatu yang membuatnya melakukan hal membosankan seperti itu.

Xun Xun berpikir kalo biasanya orang yang mau mengatakan cinta akan memberi bunga. Cheng Li tertarik dengan pengakuan Xun Xun Xun yang bilangnya akan menyatakan cinta. Ia meminta Xun Xun untuk memikirkannya baik-baik. Gimana nanti kalo dia tolak?

Xun Xun tersenyum dan mengaku sudah memikirkannya. Ia tetap akan mengatakannya meski nanti Cheng Li akan menolaknya.  Selain itu Cheng Li juga pernah ia tolak sekali Dudu. Jadi seri.

Cheng Li pikir Xun Xun harus memohon maaf dulu sebelum menyatakan cinta. Apa harga dirinya begitu tinggi?




"Usiaku lebih tua darimu, aku sudah pernah menikah dan punya anak. Mau dilihat gimanapun kita nggak ada cocok-cocoknya. Karena itulah aku berusaha untuk nggak mencintaimu. Tapi melihatmu setiap hari membuat hatiku berdebar. Saat itulah aku menyadarinya. Cheng Li, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu"

Cheng Li hanya diam. Xun Xun merasa kalo Cheng Li juga mencintainya. Hidup itu pendek. Kita nggak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena itulah ia ingin melewati semua harinya bersama Cheng Li. Ia juga nggak keberatan kalo Cheng Li nggak mencintainya lagi. Pernah dicintai olehnya saja sudah membuatnya merasa sangat beruntung.

Cheng Li mendekat. Ia membingkai wajah Xun Xun dengan kedua tangannya lalu menciumnya. Xun Xun nangis. Cheng Li bingung kenapa Xun Xun masih menangis padahal ia sudah menerimanya. Harusnya Xun Xun tersenyum.

Xun Xun merasa kalo Cheng Li sangat mencintainya. Ia takut kalo itu hanya perasaannya sendiri. Cheng Li mengatakan kalo dia sudah mencintai Xun Xun dari awal. Ia mencintai Xun Xun lebih dari Xun Xun mencintainya.

Sebelumnya secara nggak sengaja Xun Xun menemukan pemberitahuan pemadaman listrik saat membersihkan mobil. Ternyata Cheng Li sudah tahu kalo akan ada pemadaman. Cheng Li sengaja nggak memberitahunya agar ia datang. Saat itulah ia menyadari kalo Cheng Li mencintainya dan membutuhkannya.

Cheng Li akhirnya mengaku kalo sebenarnya listriknya sudah menyala tapi ia meminta pada petugas agar mematikannya lagi. Ih, Xun Xun kesal. Cheng Li licik. Cheng Li hanya tersenyum. Ia menyayangkan dirinya yang gampang memberikan maaf. Tapi merasa gembira sendirian rasanya nggak enak.



Cheng Li bangkit dan menggendong Xun Xun lalu membawanya ke kamarnya. Xun Xun minta diturunkan. Cheng Li mau ngapain?

"Mau membuka kadoku"

"Tapi aku belum siap"

"Tapi aku sudah"

Cheng Li lalu membaringkan Xun Xun di tempat tidurnya. Xun Xun mau kembali ke kamarnya tapi Cheng Li melarang. Kejauhan. Lah, cuman di sebelah doang.

Xun Xun memejamkan matanya. Mau ngapain? Orang mau meluk doang. Cheng Li lalu tidur di sebelah Xun Xun. Ia melarang Xun Xun bergerak sembarangan malam ini.

Pagi harinya



Loh kok bajunya beda dari yang semalam? Xun Xun terbangun lebih dulu. Ia menatap Cheng Li yang tidur di sebelahnya.

Cheng Li terbangun dan meyakinkan kalo Xun Xun nggak sedang mimpi. Ini nyata. Ia lalu mendekat dan mencium kening Xun Xun lalu memeluknya dan tidur lagi.

Ringkas drama selanjutnya

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)