All content from iQiyi
Ternyata Lian Sen juga nonton wawancara Lin Lu di kantorya. Dia tersenyum lihat penampilan Lin Lu saat wawancara. (Ih, Lian Sen kurusan apa, ya? Beda banget sama yang sebelumnya).
Maggie mengetuk pintunya dan ia mempersilakannya buat masuk. Maggie memberitahu kali reporter Daily Weekly sudah ada di ruang tamu.
Lian Sen tersenyum lalu bangkit. Maggie membantunya memakai jas. Mereka lalu meninggalkan ruangan, bersiap buat wawancara.
Reporter berterima kasih pada Lian Sen karena telah menerima wawancara mereka. Selesai bertanya ia meminta waktu Lian Sen beberapa menit lagi. Dan itu adalah pertanyaan yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh para pembaca.
Lian Sen menatap reporter itu tajam sampai akhirnya ia tersenyun dan mengangguk. Reporter lalu mengungkit peristiwa tiga tahun lalu karena masalah hubungan kontrak, Huanzhen kehilangan mahkotanya di industri kosmetik. Dan sekarang di bawah kepemimpinannya, Huanzhen kembali memimpin industri kosmetik. Juga mengembangkan bisnis ke Amerika Utara, Eropa, dan Asia Tenggara. Ia lalu menanyakan apa yang Lian Sen lakukan?
Lian Sen nggak langsung menjawabnya. Reporter melanjutkan kalo ada rumor yang mengatakan kalo ada seseorang yang mendukung Lian Sen dari belakang.
Lian Sen tersenyum dan membenarkan. Ia memberitahu kalo semua karyawan Huanzhen sudah mendukungnya sampai Huanzhen memiliki hari ini.
Reporter itu tersenyum sambil mendengarkan jawaban dari Lian Sen. Lian Sen lalu menanyakan pertanyaan selanjutnya. Reporter itu mengatakan kali bulan lalu Huanzhen telah mengakusisi Sally Group. Meski Sally adalah perusahaan kosmetik terbesar kedua setelah Huanzhen, tapi setelah ketua baru Sally mulai menjabat, Sally sudah tiga kali mengalami krisis merek yang mengakibatkan penurunan bisnis dan krisis hutang yang serius. Reporter lalu menanyakan apa motivasi Lian Sen untuk mendapatkan Sally? Apa karena ketua Sally yang baru adalah saingannya?
Lian Sen mengaku nggak punya saingan. Reporter kembali menanyakan kenapa Lian Sen membeli Sally? Lian Sen menatap reporter itu tajam dan memberitahu kalo dia seorang pengusaha. Selama itu menguntungkan maka menurutnya membeli itu hal yang normal.
Reporter tersenyum dan menilai kalo Lian Sen terlalu berterus terang. Lian Sen hanya menghela nafas. Kelihatan banget kalo dia kesal.
Wartawan lalu mengajukan pertanyaan terakhirnya. Teman Lian Sen, Yan Zichen berhasil melamar nona Fang dari group Fang. Tapi status Lian Sen sendiri belum ada perkembangan. Apakah karena ia masih belum bisa melupakan mantan pacarnya?
Lian Sen mengaku nggak punya mantan pacar. Ia melepas microfonnya dan ngasih tahu kali waktunya sudah habis. Ia lalu bangkit dan mau pergi. Reporter itu ngajak salaman dan berterima kasih pada Lian Sen atas wawancaranya.
Lian Sen nggak mau menyalaminya dan pergi gitu aja.
Malam harinya di tempat tidurnya Lian Sen membaca surat dari Lin Lu ditulis tiga tahun lalu saat mereka masih bersama.
Surat itu kayak jadi penghibur karena Lin Lu nggak ada lagi disampingnya.
Lian Sen melipat surat itu dan kembali sedih. Ia lalu menatap beruang dari Lin Lu. Matanya berkaca-kaca. Ia menatap surat itu lagi dan mencoba buat senyum.
Rekan kerja Lin Lu lagi ngomongin rencana mereka buat acara valentine. Wanita yang berambut keriting mengatakan kalo tiap valentine pacarnya selalu ngajak nontin film aksi. Koleksi tiket filmnya sekarang sudah kayak foto bersama teman.
Wanita yang di depannya malah jauh lebih membosankan. Ia dan pacarnya hanya bicara sepanjang malam.
Mereka lalu melihat Lin Lu dan menanyakan rencananya di hari valentine nanti. Lin Lu memberitahu kalo dua punya pekerjaan malam ini.
Wanita yang berambut keriting merasa kalo Lin Lu masih muda dan pekerja keras. Nggak kayak mereka.
Lin Lu tersenyum dan ngasih tahu kalo dia single. Wanita yang duduk di tengah nggak percaya dan minta Lin Lu buat jujur. Lin Lu hanya tersenyum lalu pergi.
Seorang pria yang sedang duduk langsung bangkit setelah lihat Lin Lu. Ia mengaku ingin bilang ke Lin Lu kalo dia menyukai Lin Lu.
Lin Lu menatap bunga yang disodorkan padanya. Ia berterima kasih dan meminta maaf. Pria itu bertanya kenapa?
Lin Lu mengaku nggak bisa menerimanya. Ia lalu melangkah meninggalkan pria itu. Pria itu menghela nafas lalu pergi.
Lin Lu sampai di mejanya dan melihat ada buket mawar. Lin Lu melihat pengirimnya lalu menelponnya.
Lin Lu berterima kasih karena telah menyukainya. Tapi dia nggak bisa membalas rasa sukanya. Lin Lu juga melarangnya buat ngirim bunga lagi untuknya.
Lin Lu berniat membuang bunga itu tapi nggak jadi. Ia mencium bunga itu lalu meletakkannya di atas meja dan membuang kartu dari pengirimnya.
Ia lalu menyalakan laptopnya. Ada email masuk. Dari Fang. Fang memberitahunya kalo pernikahannya dengan Zichen akan diadakan pada tanggal 6 Juli nanti.
Lin Lu tersenyum membacanya. Fang menyelamatinya karena ia akan jadi satu-satunya pengiring pengantinnya. Fang sudah memesan tiket pesawat. Ia mengingatkan Lin Lu buat melihat laporannya.
Fang merasa nggak yakin dengan hasil pernikahannya kalo nggak ada pengiring pengantin yang memberikan cincin kawin.
Lin Lu tersenyum. Nggak kerasa tiga tahun sudah berlalu.
Sekretaris menghampiri meja Lin Lu dan memberitahu kalo ketua memintanya untuk datang ke ruangannya.
Lin Lu merasa senang dengar Alan sudah kembali. Ia pun bangkit dan menuju kesana.
Lin Lu langsung masuk dan duduk di hadapan Alan. Ia menanyakan kenapa Alan mencarinya?
Alan menyanjung Lin Lu sebagai artis kecantikannya yang sudah datang. Ia mengaku mendengar kalo Lin Lu menyakiti anak laki-laki lagi. Ia memberitahu kalo pekerja yang baru aja ditolak sama seseorang tiba-tiba pingin ngundurin diri untuk menyembuhkan hatinya yang luka.
Lin Lu tersenyum. Ia menyindir apa Alan nyari dia buat diolok-olok? Kalo itu masalahnya, maka dia pikir dia juga butuh cuti tahunan. Buat ngibur hatinya yang terluka.
Alan mengaku bersalah. Dia cuman bercanda. Dia benar-benar punya sesuatu yang ingin ia bicarakan dengan Lin Lu.
Lin Lu mendekat dan menanyakan apa itu? Alan memberitahu kalo perusahaan berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Ia berencana buat membuka cabang di Cina. Dan ia ingin Lin Lu membantunya buat mengurus bisnis di Cina. Dia nggak tahu apa Lin Lu bersedia apa enggak.
Lin Lu mengatakan kalo sekarang dia belum ingin kembali. Alan lalu memberitahu pepatah lama di Cina yang dia tahu. Daun anggur... Eh, salah. Daun jatuh kembali ke akarnya.
Alan lalu mengingatkan kalo Lin Lu sudah tiga tahun nggak kembali ke Cina. Ia merasa kalo Lin Lu harus kembali dan melihatnya (Lian Sen kali ya??) Seseorang sedang nungguin dia buat balik.
Lin Lu ragu menanyakan apa maksudnya... Alan membenarkan kalo itu adalah mereka. Lin Lu kan sudah lama nggak melihat ibu dan adiknya. Apa Lin Lu nggak kangen sama mereka?
Lin Lu tersenyum. Ia mengitgatkan kalo karirnya baru aja dimulai. Ia merasa kalo ia masih harus berkembang selama beberapa tahun lagi disana.
Alan mengangguk. Ia mengaku percaya pada kekuatan yang Lin Lu miliki. Ia yakin dimanapun Lin Lu berada, ia akan berkembang dengan sangat baik. Ia mengingatkan kalo itu adalah sebuah kesempatan. Ia hanya ingin Lin Lu nggak terlalu jauh dari keluarganya.
Lin Lu mau nolak. Alan memintanya buat nggak buru-buru nolak. Ia nggak akan maksa apakah Lin Lu mau milih pergi apa enggak. Ia menasehati kalo Lin Lu harus menengarkan kata hatinya. Apakah hatinya memberitahunya kalo dia nggak boleh balik?
Lin Lu terdiam dan memikirkannya.
Ringkas drama selanjutnya
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊