All content from jtbc
Da Jung sama Shi Wu sedang ada di bus. Shi Ah telat lagi dan nggak bisa berangkat bareng mereka. Shi Wu nggak menanggapi dan asik mainan ponsel. Ia menanyakan penampilannya karena hari ini adalah hari terakhir wawancaranya.
Shi Wu hanya melihat sekilas dan bilang kalo riasan ibunya berantakan. Da Jung panik dan langsung memperbaikinya.
Bo Bae melihat wanita hamil di sebelahnya sedang berdiri sedang ahjussi gemuk duduk di depannya. Ia minta pada ahjussi itu untuk memberikan tempat duduknya buat ibu hamil itu tapi ahjussi nya menolak. Dia bahkan nyuruh ibu hamil itu untuk di rumah aja kalo lagi hamil. Nggak usah merepotkan masyarakat dengan pergi ke luar.
Bo Bae memarahi sikap kasar ahjussi itu. Lah malah Bo Bae dimarahin balok. Katanya anak jaman sekarang nggak tahu sopan santun.
Da Jung nggak tahan lihatnya. Dia mau bangkit dan menghampiri mereka.
Wu Young mendadak datang dan memarahi Bo Bae. Apa salahnya pria hamil yang pingin duduk di kursi khusus wanita hamil? Ia menunjukkan perut Ahjussi itu je Bo Bae yang besar dan tebal. Anaknya pasti perempuan.
Seisi bus langsung menertawakan ahjussi itu.
Ahjussi itu kesal sama Wu Young yang berani mengejek orang tua. Dia mau bangkit tapi Wu Young melarangnya. Kayaknya dan mau melahirkan kalo melihat perut besarnya. Ia berterima kasih karena ahjussi itu sudah meningkatkan angka kelahiran yang rendah.
Semua orang kembali tertawa. Da Jung juga kagum banget lihatnya. Gimana bisa anak muda secerdas itu?
Ahjussi itu malu banget. Ia lalu turun di halte berikutnya. Dasar Wu Young. Nggak berhenti membuat malu ahjussi itu. Ia mendoakan agar persalinannya lancar. Semua orang tertawa lagi.
Wu Young lalu mempersilakan wanita hamil tadi untuk duduk. Da Jung yang melihatnya merasa kalo anak itu penuh kejutan.
Bus berhenti. Anak-anak turun. Di antaranya Da Jung merasa ada sesuatu san melihat Wu Young. Sayang aja dia nggak melihat wajahnya.
Ji Ho selaku ketua jelas mengumumkan ke anak-anak untuk mengumpulkan tugas mereka setelah itu.
Saat ia kembali ke tempat duduknya ia melihat kotak pensil milik Shi Ah jatuh dan mengembalikannya ke meja Shi Ah. Lah Shi Ah malah lagi tidur.
Bo Bae menceritakan kejadian di bus tadi. Shi Ah sih nggak menanggapi. Orang lagi tidur juga.
Ok Ssaem masuk dan memberitahu kalo hari ini mereka kedatangan murid baru. Wu Young masuk setelahnya. Wah semua siswi langsung terpesona melihat ketampanannya. Apalagi Bo Bae. Dia langsung menyuruh Shi Ah yang duduk di belakangnya untuk bangun dan melihatnya juga.
Ok Ssaem nyuruh Wu Young untuk memperkenalkan diri. Wu Young menyapa teman-temannya dan memperkenalkan diri. Oops, hampir aja ia menyebut kalo namanya Hong Dae... . Ia lalu merawatnya dan memperkenalkan namanya Go Wu Young. Dan usianya 18 tahun.
Duh Dae Young senang banget usianya 18 tahu. Ia mengagetkan anak-anak dengan berseru senang ketemu kalian.
Shi Ah langsung bangun. Dia ingat Wu Young yang semalam bikin onar di minimarket. Dia langsung berdiri dan memaki Wu Young. Anak-anak langsung terdiam dengarnya. Ok Ssaem minta Shi Ah untuk menjaga ucapannya.
Shi Ah nggak enak karena dia dilihatin sama seisi kelas. Ia lalu kembali duduk.
Ok Ssaem memberitahu kalo selama ini Wu Young sekolah di rumah. Ini adalah hari pertamanya di sekolah dan minta anak-anak untuk bersikap baik dan membantunya.
Anak-anak kompak mengiyakan. Ok Ssaem lalu nyuruh Wu Young untuk duduk. Dia juga nyuruh Ji Ho untuk menjaga Wu Young sebagai ketua kelas. Ia lalu keluar.
Wu Young duduk di sebelah Ji Ho.
Shi Ah beru saja ngasih tahu Bo Bae kalo Wu Young adalah orang g*la tapi Bu Bae nggak percaya.
Wu Young mengeluarkan bukunya. Ia melihat Ji Ho sekarang sudah besar ternyata. Lah Ji Ho bingung. Apa Wu Young mengenalinya? Wu Young mengiyakan. Ji Ho kan teman Shi Ah nya.
Lah Ji Ho makin bingung. Uri Shi Ah? Lah Shi Ah kesal namanya dibawa-bawa. Ji Ho pikir Wu Young satu SD dengan nya dan Shi ah.
Karena nggak mau Ji Ho curiga akhirnya Wu Young mengiyakan. Ji Ho berpesan agar Wu Young memberitahunya kalo butuh bantuan.
Wu Young berterima kasih dan menjabat tangan Ji Ho. Senang banget bisa ketemu dia.
Shi ah malas lihat Wu Young dan kembali tidur.
Da Jung datang ke kantor JBC dan melihat poster ujian pembaca berita acak. Ia lalu mengambil ponselnya.
Di kelas guru sedang menjelaskan pelajaran tentang Silla. Ih Bo Bae prihatin Wu Young mulu.
Wu Young dapat telpon dari Da Jung dan mau langsung keluar. Guru memanggilnya. Mau kemana? Wu Young memberitahu kalo dia cuman mau ke toilet dan akhirnya diijinkan keluar.
Dae Young menjawab telpon Da Jung di luar. Da Jung menyindir Dae Young yang baru menjawab telpon. Dae Young mengaku sibuk karena sedang dalam perjalanan kerja di Busan. Da Jung menyindir lagi kalo Dae Young terdengar sehat untuk orang yang sibuk.
Dae Young beralasan kalo itu karena udara di Busan. Da Jung memintanya untuk datang ke sidang yang kedua meski ia sibuk. Kalo enggak ia akan menganggap kalo Dae Young menyerahkan hak asuh anak padanya. Dae Young marah. Kata siapa boleh begitu? Ia melarang Da Jung membawa anak-anak.
Da Jung heran dengarnya. Dae Young aja nggak peduli sama anak-anaknya. Dae Youngjalam ke pintu dan melihat Shi Ah. Ia memberi tahu kalo ia lebih dekat sama anak-anak daripada yang Da Jung bayangkan. Ia lalu menutup telponnya.
Wu Young ke toilet dan melihat anaknya dikunci di toilet. Shi Wu berterima kasih karena Wu Young sudah membukakan pintu untuknya. Wu Young menanyakan siapa orangnya tapi Shi Wu nggak mau ngasih tahu. Ia bahkan sampai membentak Shi Wu.
Shi Wu merasa aneh. Mereka bahkan belum pernah ketemu. Apa mereka saling kenal?
Wu Young membantah. Ia mengenalkan diri san memberitahu kalo ia anak dari temannya ayah Sih Wu, Go Dok Jin. Shi Wu sedikit heran. Setahunya Dok Jin ahjussi nggak punya anak karena nggak pernah menikah. Wu Young memberitahu kalo dia menikah tapi ibunya merahasiakannya.
Shi Wu nggak paham sama cara berpikir orang dewasa. Ia berterima kasih dan berpesan agar Wu Young nggak ngasih tahu orang lain. Kalo mereka tahu maka mereka juga akan mengincar Wu Young.
Wu Young gedheg dengarnya. Mengincarnya? Sekali lagi ia menanyakan siapa yang sudah melakukannya ke Shi Wu? Shi Wu tetap nggak mau menjawab. Ia lalu pamit. Ia menasehati kalo Wu Young juga harus hati-hati.
Wu Young kembali saat jam istirahat. Ia ke kantin dan melihat Shi Wu duduk sendiri. Ia lalu duduk di depan Shi Wu dan menanyakan kenapa Shi Wu dirundung sama Mereka?
Shi Wu melarang Wu Young untuk ikut campur. Tatapan mata Shi Wu mengarah ke pintu. Ia lalu menunduk takut. Wu Young pikir orangnya pasti dia. Dia lalu mengonfirmasikannya ke Shi Wu. Apa dia orangnya? Shi Wu melarang Wu Young untuk melihat matanya
Orangnya adalah Ja Sung dan ketiga temannya. Ja Sung menghampiri Shi Wu dan merangkulnya. Ia menatap ke Wu Young dan menyindir kalo sekarang Shi Wu punya teman.
Shi Wu hanya diam. Bahkan dia juga tetap diam saat Ja Sung melempar bola ke kepalanya sambil mengejek kalo pecundang juga punya teman.
Ja Sung dan teman-temannya langsung pergi. Wu Young beneran nggak tahan lihatnya. Ia bangkit dan memanggil Ja Sung tepat saat Shi Ah dan teman-temannya datang.
"YAK!"
Semua orang sampai kaget dengarnya. Ja Sung berbalik. Wu Young menyuruhnya datang. Ja Sung hanya tersenyum. Ia melangkah dan melemparkan bolanya ke Wu Young. Wu Young menangkapnya cuman sama satu tangan. Semua orang menatap ke arahnya.
Ja Sung minta agar bolanya dikembalikan. Wu Young mengiyakan. Ia seakan mau melempar bola itu dengan keras. Eh nggak jadi. Hahaha.. padahal Ja Sung sudah pasang gaya berlindung.
Wu Young merasa kalo Ja Sung perlu ditegur dengan tegas. Wah suasana terasa tegang. Ja Sung menatap Wu Young tajam.
Musim gugur 2001
Dae Young berdiri di depan rumah Da Jung. Ibu Da Jung nyuruh Da Jung untuk aborsi tapi Da Jung nggak mau. Dia mau melahirkannya. Ibu mengingatkan kalo anak Da Jung itu kembar. Ia nyuruh Da Jung untuk aborsi dan menjanjikan kalo ia akan menjaga Da Jung.
Da Jung kekeuh nggak mau. Ibu menanyakan kuliahnya Da Jung. Apa dia akan hidup sebagai seorang Ibu? Dengan sangat berani Da Jung mengiyakan. Ia akan melakukannya.
Ibu marah dan memukul Da Jung. Da Jung nangis. Ia nggak bisa menyingkirkan mereka saat mereka masih hidup.
Da Jung terdiam dengar itu semua.
Ia dan Da Jung jalan bersama. Da Jung sama sekali nggak terdengar sedih. Dia memberi tahu kalo ia membaca buku kalo bayi bisa memahami perkataan orang tuanya. Ia mengajak Dae Young untuk menggandakan pujiannya karena ia mengandung dua bayi.
Dae Young tahu banget kalo itu sulit. Ia malah menyarankan agar mereka merelakan bayi mereka. Da Jung syok dengarnya. Dae Young beralasan kalo mereka masih muda.
Da Jung langsung menolak. Dae Young mmeminta Da Jung untuk kelihat kenyataan. Da Jung menyesalkan apa yang Dae Young pikirkan kalo kenyataan untuknya adalah merelakan bayi mereka.
Dae Young memberi tahu kalo bukan itu maksudnya. Da Jung nangis. Dia nyuruh Dae Young untuk menjalani hidupnya sendiri. Dae Young mengatakan kalo Da Jung menyesali itu nantinya...
Sambil meraba perutnya Da Jung memberitahu kalo ia bisa merasakan bayi mereka. Ia berbalik dan jalan meninghakkan Dae Young sambil nangis. Dae Young juga ikutan nangis.
Semalaman Dae Young memikirkannya sambil jalan.
Dia ngasih tahu ayah dan mau pergi. Ayah menahannya dan menyuruhnya untuk menelpon Da Jung dan membawanya ke rumah sakit. Dae Young marah ke ayah. Kenapa ayah peduli?
Ayah marah dan memukulnya. Kalo Dae Young menghancurkan hidupnya ia nggak akan peduli. Hancurkan saja hidupnya dan jangan menghancurkan hidup gadis malang itu!!!
Dae Young bingung ingat perkataan ayah. Ia dapat telpon dan langsung lari. Dia nangis.
Dae Young nyusul Da Jung ke rumah sakit. Dokter nggak bisa mendengar detak jantung bayi mereka. Dokter memberitahu kalo nggak dilakukan aborsi maka kemungkinan harus dilakukan dilasi dan kuretasi.
Tangis Da Jung pecah. Dae Young nangis. Ia menggenggam tangan Da Jung dan minta maaf. Ia mengakui kalo itu salahnya. Sambil melihat bayinya di monitor ia meminta maaf pada bayinya. appaneun jeongmal mianhae. Dih Dae Young sampai nangis sesegukan. Nyesek banget dengarnya.
Dokter balik lagi dan kembali meriksa bayi Da Jung. Mereka kembali berdetak. Ia rasa mereka dengar suaranya Dae Young.
Dae Young meluk Da Jung sambil nangis bahagia. Mereka nggak jadi kehilangan anak mereka.
Hidup selalu punya sisi yang lebih penting. Meski beratnya membuat kita lebih banyak menyerah, kita pikir nggak ada yang sepenting melahirkan bayi-bayi ini. Dan begitulah caranya menjadi orang tua mereka.
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊