Lin Lu akan keluar negeri. Ibu mengantarnya bersama Liang. Ibu menasehati agar Lin Lu mengabarinya saat disana. Lin Lu mengiyakan.
Ibu meminta Lin Lu agar nggak mengkhawatirkan dirinya dan Lin Cheng. Jangan lupa makan. Lin Lu kembali mengiyakan.
Liang berpesan agar Lin Lu mengabarinya kalo memerlukan uang. Ia akan mengirinkannya. Kalo ia punya waktu ia akan berkunjung kesana. Lin Lu juga nggak perlu mengkhawatirkan ibunya. Ia yang akan menjaganya. Ibu berterima kasih pada Liang.
Lin Lu melihat sekitar. Tapi orang yang dia tunggu nggak tampak.
Fang dan Zichen datang bersama-sama. Mereka menghampiri Lin Lu. Zichen menelpon Lian Sen dan memintanya untuk datang ke bandara. Sayangnya telponnya mati.
Fang menyapa ibu lalu memeluk Lin Lu. Ia berpesan agar Lin Lu jaga diri baik-baik. Jangan sampai putus hubungan. Lin Lu mengangguk.
Fang menatap Zichen dan bertanya apa dia mau bilang sesuatu? Kalo enggak Lin Lu akan segera berangkat. Zichen mengatakan hal-hal yang nggak penting. Yang sebenarnya dia hanya ingin mengulur waktu sampai Lian Sen datang.
Fang memotong dan melarang Zichen mengatakan omong kosong. Mereka berdua malah jadi bertengkar dan membuat Lin Lu jadi tersenyum.
Lin Lu segera beranjak dan nggak memperdulikan Zichen yang memintanya untuk menunggu lagi.
Zichen kembali menelpon Lian Sen dan mengabarkan kalo Lin Lu akan segera pergi.
Sampai saat terakhir Lin Lu masih menunggu Lian Sen tali Lian Sen nggak datang. Dengan berat hati ia melambaikan tangannya pada ibu, Fang dan yang lain lalu pergi.
Lian Sen tiba-tiba muncul dan melihat kepergian Lin Lu dari kejauhan.
Lian Sen berjalan bersama Maggie. Maggie memberitahu kalo kini opini publik sysah condong ke arah Huanzhen. Ia menanyakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya?
Lian Sen meminta Maggie untuk memerintahkan tokoh-tokoh besar untuk melakukan umpan balik pada penjual dan menginstruksikan Departemen perencanaan untuk segera menyerahkan rencana itu. Juga beritahu manajer unit bisnis luar negeri untuk hadir di ruang pertemuan 10 menit lagi. Maggie mengiyakan lalu pergi.
Di depan toko ada pengumuman kalo produk Huanzhen bisa didapat dengan menukarkan botol kosong. Para pelanggan berdatangan dan menanyakannya. Mereka nggak yakin kalo itu benar. Setahu mereka botol kosong bisa ditukarkan kalo menambahkan uang.
Cindy membenarkannya. Dan gara-gara itu toko jadi ramai banget.
Lian Sen juga mengirimkan email ke karyawannya. Ia berterima kasih pada semua karyawan atas dedikasinya pada perusahaan selama ini.
Berita tentangnya telah memberikan pengaruh buruk pada semua orang. Lian Sen mengaku menyesal. Kedepannya ia berharap kalo semua orang nggak akan melupakan tujuan awal mereka. Ia akan memimpin mereka untuk membuka pasar yang lebih luas.
Huanzhen secara resmi akan membuka pasar di luar negeri. Jadi mereka akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Ia berharap mereka bisa maju mundur bersama. Dalam waktu dekat mereka akan memenuhi tonggak sejarah baru dan menciptakan era baru.
Lian Sen melihat sudut rumahnya yang menyimpan kenangan bersama Lin Lu. Ia teringat saat menggendong Lin Lu di ruang tengah.
Saat itu mereka sangat bahagia. Tanpa sadar Lian Sen mengukurkan tangannya. Dan seketika Lin Lu menghilang. Lian Sen kembali sedih dan nangis.
Ia lalu melihat dapur dan jadi inget lagi sama Lin Lu. Ingat saat Lin Lu mengajarinya memasak. Lian Sen menghela nafas dan mencoba untuk tegar.
Lian Sen masuk ke kamar Lin Lu. Dia sedih tapi tetap senyum. Nggak sengaja ia menemukan sepucuk surat di atas tempat tidur. Ia mengambilnya, membukanya dan membacanya.
Halo Presdir! Apa kabar?
Saat mengingat pertemuan pertama kita, itu bukan sesuatu yang buruk. Aku pikir kamu lebih dulu menabrak kendaraanku.
Aku membencimu karena sikapmu yang kayak psikopat. Kamu juga ngambil tempat rahasiaku.
Apa ini gara-gara bau busuk yang ada pada dirimu? Atau gara-gara OCD? Insomnia?
Tapi walaupun kamu sangat g*la. Tapi pelan-pelan kamu jadi hangat, lembut dan selalu membantuku, melindungiku.
Kamu membuatku nggak bisa menahan diri untuk memikirkanmu. Saat aku kerja aku mikirin kamu. Saat aku makan, aku mikirin kamu. Saat aku tidur, aku memimpikanmu.
Jadi setelah aku meringkas semua pengalamanku, aku mungkin...mungkin. Aku mungkin menyukaimu.
Shi Lian Sen! Aku menyukaimu.
Lian Sen senyum. Tapi habis itu dia nangis. Senyum lagi, nangis lagi.
Dia melipat surat itu lalu duduk di tempat tidur Lin Lu. Ia menghela nafas panjang lalu senyum. B*doh! Apa kabar?
Ringkas drama selanjutnya
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊