Sinopsis Air Mata di Ujung Sajadah Part 4

Anysti
0

All content from Beehave Pictures dan Multi Buana Kreasindo Productions









Ringkas drama sebelumnya


Aqila baru mengembalikan Baskara pada malam harinya. Yumna yang sudah menunggu Bas dari tadi langsung menarik tangannya masuk. Arief mengingatkan kalo Yumna mengijinkannya menemui Baskara tapi nggak sampai semalam ini. Aqila juga menekankan kalo ia nggak mungkin membahayakan anaknya sendiri. 


Esok harinya Aqila datang lagi tapi Bas sudah berangkat sama papa dan mamanya. Akhirnya Aqila bicara dengan ibu. Ibu merasa kalo Aqila datang bukan hanya untuk melihat Bas tapi untuk mengambilnya kembali. Aqila mengingatkan kalo ia adalah ibu kandungnya. Aqila mengatakan kalo seenggaknya mereka sudah bersama dengan Bas selama 7 tahun tapi ia bahkan nggak punya kesempatan untuk itu selama ini. Ibu membalikkan dan menduga kalo Aqila menganggap kalo mereka lah yang merebut Bas darinya. Ia memberitahu kalo Yumna dan Arief itu orang baik. Bukan karena mereka adalah anak-anaknya. 


Aqila menunjukkan kalo ia sendirian melawan mereka. Nggak ada satu pun orang yang mengerti perasaannya dan membelanya. Ia dibohongi oleh ibunya selama 7 tahun kalo anaknya sudah meninggal yang katanya demi kebahagiaannya. Ibu menghela nafas. Ia mengerti. Ia juga dibohongi selama 7 tahun sama anaknya kalo Bas adalah cucunya. Meski begitu nggak sedikitpun kasih sayangnya berkurang untuk Baskara. Aqila mengeluhkan kemana semua ini akan berakhir. Ibu juga mengeluhkan kemana doa-doa mereka akan berakhir. 


Yumna dan Arief pulang pada malam harinya. Ketiganya habis jalan-jalan. Ibu memperingatkan kalo Bas bisa sakit kalo dibawa keluar malam kayak gini. Ia menyangka kalo mereka ingin menghindari Aqila. Arief membawa Bas masuk. Ibu mengingatkan Yumna akan apa yang dikatakannya tempo hari agar jangan sampai mereka mengotori hati kecil mereka. Yumna mengangguk paham. 






Pagi-pagi sekali Aqila ditelpon sama Arief yang mengabarkan kalo Bas sakit dan ingin bertemu dengannya. Segera setelahnya ia datang. Yumna sedang merawatnya. Melihat kedatangan Aqila membuat Bas senang. Ia mengeluhkan Aqila yang nggak datang kemarin. Aqila memberitahu kalo ia datang kemarin tapi Bas keburu berangkat duluan. Karena itulah ia membawakannya hadiah. Hadiah yang dimaksud adalah lego yang Bas inginkan selama ini. 


Bas merasa senang. Aqila menanyakan tentang minum obat. Yumna menyiapkan obatnya dan Arief menyiapkan makannya. Mereka makan bersama. Bas minta Aqila untuk duduk di sebelahnya. Yumna menyiapkan nasi untuk Bas. Aqila mengambilnya dan memberikannya pada Bas setelah menambahkan beberapa lauk. Bas menanyakan susunya. Aqila mengulangi. Keduanya sama-sama melihat Yumna. Mendadak Yumna yang merasa kesal meletakkan piringnya dengan kasar sambil bilang kalo ia bukan pembantu. 


Bas nangis mendengarnya dan menyangka kalo mama nggak menyayangingya. Arief menggendong Bas dan menenangkannya. Bersama ibu ia membawanya menyusul Yumna di kamar. Sambil nangis Bas meminta maaf ke mamanya. Aqila merasa nggak enak dan akhirnya pamit. 


Malamnya Yumna berdiskusi dengan suaminya. Ia nggak tahu harus gimana lagi. Ia nggak mau Aqila mengambil Bas dari mereka. Arief mengingatkan kalo Bas adalah riski dari Allah. Dan mereka harus ikhlas kalo itu diambil. Malam itu Yumna, Aqila dan Ibu menangis mengingat betapa sayangnya mereka pada Bas. 








Aqila mengemasi barang-barangnya. Mendadak Yumna datang memintanya untuk datang ke sekolah Bas. Ada acara Parents Day di sekolahnya. Bersama temah-temannya Bas menyanyikan lagu Cinta Untuk Mama. Aqila menangis haru saat Bas menyanyi sambil melihatnya. Hal itu malah membuat Yumna sedih dan menunjukkannya ke Arief. Arief berusaha memanggil Bas tapi tatapan Bas hanya tertuju pada Aqila. Aqila lalu mengarahkan Bas agar melihat ke mamanya juga. Baik Aqila maupun Yumna merasa bahagia karena Bas sama-sama melihat mereka. 


Seusai acara mereka makan di luar. Selagi Bas bermain bola dengan papanya, Yumna cerita ke Aqila tentang cita-cita Bas yang ingin jadi pemain bola dan pilot. Aqila menanyakan usia Yumna dan kemungkinan untuk hamil lagi. Yumna yang berusia 36 tahun memberitahu kalo ia memang nggak bisa hamil sejak dulu. 


Arief menyampaikan ke Bas tentang naik pesawat ke Jakarta bersama Aqila. Ia juga memberitahu ada apa saja di Jakarta. Bas tertarik dan menanyakan pulangnya gimana? Arief mengiyakan saat Bas berpikir kalo ia dan Yumna akan menjemputnya. Makanan mereka akhirnya sampai. Yumna memanggil mereka untuk makan. Sebelum makan Arief mengajak mereka untuk berswafoto bersama Bas. 








Aqila datang menjemput Bas untuk diajak ke Jakarta. Bas memeluk mamanya dan mengeluhkan mereka yang nggak ikut bersamanya. Arief menjelaskan kalo ia belum libur. Ia meyakinkan kalo Bas akan senang di sana dan melupakan mereka. Ibu juga berpesan pada cucunya agar jangan nakal dan jangan lupa mandi. Terakhir Yumna mencoba ngasih tahu  Bas kalo di Jakarta nanti bu Aqila yang akan menjadi mamanya. Ia harus nurut sama mama Aqila. Yumna yang berat berpisah dengan anaknya mencium tangannya dan pipinya. 


Bas yang sudah mau pergi tahu-tahu kembali dan memeluk mamanya. Arief menggendongnya dan mengembalikannya pada sopir Aqila. Keduanya membawa Bas sampai nggak terlihat. Yumna nggak bisa melepaskan Bas begitu saja dan berusaha untuk mengejarnya. 


Rumah itu terasa sepi setelah Bas nggak ada. Mendadak Bas kembali. Ia berlari memanggil mamanya dan menghambur ke pelukan papa dan mamanya. 


Ruang pertama yang Bas singgahi memang rahimku. Tapi ruang pertama yang memberikan sentuhan, rasa aman, rasa percaya dan harapan adalah kalian, papa Arief dan mama Yumna kepada Baskara. Sepanjang perjalanan tadi Baskara terus menangis, membuatku semakin sadar. Mungkin membawa pulang Baskara ke Jakarta, seperti kemenangan bagiku. Namun egoku telah membunuh kebahagiaan mereka, terutama Baskara, darah dagingku sendiri. Aku memang ibu biologisnya tapi dia tentunya lebih mengenal ibu yang telah hadir bertahun-tahun menuntunnya. Ibu yang mengulurkan tangan saat ia terjatuh di langkah pertama, dan ibu yang memberikan dekapan beraroma ketenangan. Aku titip Baskara pada kalian. Aku sadar walau jarak memisahkanku dengan Baskara namun kami masih melihat langit yang sama. Di sana kugantungkan harapan, dan cita-cita Baskara pada kalian. Pada akhirnya aku ingin mewariskan cerita pada anakku, bahwa ada kasih sayang seorang ibu yang tiada batas. Hingga rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri, demi kebahagiaan anaknya. 


12 tahun kemudian




Seorang pemuda mendatangi rumah Aqila dan memanggilnya mama. Aqila menghampirinya. Baskara? Keduanya bertatapan sambil tersenyum. 


T A M A T

Posting Komentar

0Komentar

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊

Posting Komentar (0)