All content from tvN/ Netflix
Ringkas drama sebelumnya
Tangis Hiso pecah menyaksikan calon anaknya hilang. Ia berusaha menggapai semuanya berharap agar kembali. Seohyun menggenggam tangannya lalu memeluknya. Ia bahkan melepas mantelnya dan memakaikannya pada Hiso. Pada Yuyeon ia suruh untuk manggil Seongtae. Hyejin yang berdiri di belakang Hiso juga syok. Nggak nyangka kalo kejadiannya bakal kayak gini.
##
Hiso tersadar dan melihat orang yang ada di depannya. Darah dimana-mana. foto: tvN Hiso mungkin kehilangan bayinya. Ia meraba perutnya. Aku akan keluar dari Hyowon. Seohyun menghampirinya dan memperingatkan. Itu nggak akan mudah. Hiso ngerti. Aku tahu kalo itu nggak akan mudah. Namun, aku tetap akan pergi. Demi Hajun, juga aku. Aku ingin keluar tanpa terjatuh sedikit pun. Seohyun menatap Hiso. Aku akan berada di sampingmu agar kamu bisa melakukan itu. Jangan lupa kalo aku di pihakmu. Apa yang kau mau lakukan, akan aku bantu. Hiso menahan tangisnya. Aku akan menggandeng Hajun dan melewati tembok Hyowon yang tinggi itu. Sekali lagi Seohyun meyakinkan kalo ia akan memberitahukannya…cara melewatinya.
##
CARA GAJAH MELEWATI PINTU
Jinho minum dengan Ji Young. Ada apa? Apa kamu nggak mau turun dari posisi itu? Tanya Ji Young sinis dan membuat Jinho kesal. Apa kamu bilang, B#reng$ek? Apa kamu menggunakanku untuk jadi pimpinan? Apa alasanmu dari awal membuatku duduk di posisi ini? Jawab. Desak Jinho.
Ji Young tersenyum. Kamu seharusnya baik padanya. Ayah telah mempersiapkanmu sebagai pewaris dengan baik. Itu jadi lebih keras saat aku lahir. Dia takut aku lebih hebat darimu. Ayah nggak ingin itu. Karena itu aku menyelesaikan kuliah di Korea. Ayah juga yang menyuruhku kuliah hukum. Walau akhirnya akulah yang ingin berkuliah di luar negeri. Jinho nggak ngeh. Apa maksudmu? Ayah selalu membedakan aku denganmu. Bagaimana bisa? Tanya Ji Young. Apa kamu pernah dimarahi olehnya? Ayah selalu memujimu. Dia selalu mendukungmu. Dia selalu memukuliku dan membandingkan kita. Kata Jinho.
##
Ji Young mendekat Apa kamu tahu? Aku sangat iri denganmu yang dipukul. Apa? Tanya Jinho bingung. Ji Young melanjutkan. Aku ingin sekali saja dipukul oleh Ayah. Kamu mungkin nggak mengerti, tapi hidup bebas melakukan apa pun adalah hak spesial. Nggak semua orang bisa melawan orang tuanya. Anak-anak yang merasa orang tua mereka akan pergi, nggak bisa membuat masalah. Kenapa? Mereka takut kehilangan kasih sayang orang tua. Jinho mengeluhkan apa yang Ji Young katakan. Astaga. Kalo gitu, jawab aku. Mengapa kamu membuatku di posisi ini? Ji Young menjawabnya dengan tenang. Aku berpikir harus memberi kesempatan padamu. Kalo aku diangkat sebagai pimpinan saat dia di rumah sakit, itu bukan situasi yang dia inginkan. Itu…nggak sopan untuk orang yang membesarkanku.
##
Apa? Tanya Jinho nggak paham. Ji Young melanjutkan. Para direksi berkata padaku kalo mau nggak seharusnya menjadi pimpinan. Punggung unta yang harus mengangkut barang terlalu merunduk. Ketika Ayah bangun, dia harus menerima situasi ini. Jinho mendekat geram. Aku memberi kesempatan padamu untuk berkata jujur. Kenapa kamu berbohong? Aku dengar kamu membuatku duduk di posisi ini sebagai ganti agar wanita itu bisa masuk ke dalam rumah kita. Ji Young mengeluhkan sikap ibu. Ibu benar-benar nggak bisa menepati janjinya. Padahal berjanji nggak akan berkata kepada siapa pun.
##
Ji Young bangkit dan pergi. Jinho menyusulnya dan menghentikannya. Kalo sudah mengangkatku, biarkan aku di sana sampai akhir. Kamu nggak boleh menariknya sekarang. Kamulah yang mengingkari janji. Ji Young santai. Aku sudah menepati janjiku dengan Ibu. Menjaga posisi tersebut adalah tugasmu dan Ibu. Kamu yang nggak bisa menjaganya. Apa istrimu tahu soal ini? Tanya Jinho. Apa dia tahu kalo kamu mengizinkan ibu kandung Hajun masuk? Kalo kamu menurunkan posisiku, aku akan langsung memberi tahu istrimu. Ancam Jinho. Ji Young sih kayak nggak peduli. Itulah alasanmu nggak bisa di posisi tersebut. Kalo kamu yang memberi tahu dia. Apakah dia akan percaya perkataanmu? Dia pasti berpikir kalo kamu sangat marah karena posisimu direbut hingga berkata aneh. Itulah jati dirimu selama ini.
##
Ji Young mendekat. Kamu nggak pernah bisa dipercayai orang lain. Kamu bahkan kehilangan diriku. Kakak nggak seharusnya memperlakukan adiknya begitu. Ji Young menunjuk-nunjuk Jinho lalu pergi. Jinho menahannya dengan bilang; Aku…nggak ingin diturunkan. Ji Young berbalik dan kembali lagi. Benarkah? Ingin mempertahankan posisimu? Kalo gitu, bunuh saja aku. Jinho hanya diam. Sedangkan Ji Young berbalik dan kembali pergi.
##
Seohyun marah ke ibu. Apa kau pikir Jinho bisa terus berada di posisi itu? Apa? Tanya ibu. Seohyun melanjutkan; Kamu benar-benar dipermainkan. Apa maksudmu? Tanya ibu masih nggak paham. Apa kamu juga mengatakan ini kepada Hiso? Tanya Seohyun ke ibu. Ibu menjawabnya dengan takut. Aku memberitahunya. Ji Young nggak punya bukti kalo Ibu yang memberi tahu Hiso. Kata Seohyun. Ibu membantah. Tapi ia pikir Ji Young pasti akan tahu. Hiso pasti nggak akan tinggal diam. Seohyun malah membentak ibu. Kalo kamu mencemaskan itu, kenapa tega memberitahunya? Dia sedang mengandung! Ibu menjawabnya dengan santai. Apa yang harus aku lakukan ketika dia ingin diberi tahu?
##
Seohyun bangkit. Gemas banget sama ibu. Ibu. Belajarlah menahan mulutmu. Selain itu, kamu mungkin bisa membaca buku SMP kembali tentang tata krama. Kalo kamu nggak ada pekerjaan. Ia lalu pergi meninggalkan ibu. Ibu nggak terima dan memanggilnya. Hei! Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?
##
Songtae panik. Ia berada di mobil Hiso. Ada darah di bangku belakang. Ia sampai mengecek bagasi segala. Lah malah ketahuan sama Kepala Joo. Dia menanyakan dari mana saja ia. Pak Kim bingung jawabnya. Sebelumnya Seohyun sudah mewanti-wanti kalo ia nggak melihat dan mendengar apapun hari ini. Pak Kim bilang kalo ia ada urusan di luar sebentar. Ih kepala Joo malah penasaran. Ada urusan apa hingga menggunakan mobil Bu Seo? Apa kau dapat izin darinya? Pak Kim mengiyakan. Ia lalu dapat panggilan dan terpaksa pergi. Habis itu kepala Joo meriksa mobil dan mendapati ada darah di bangku belakang.
##
Jinho sedang di jalan menuju rumah. Ingin mempertahankan posisimu? Kalo gitu, bunuh saja aku.
##
Pak Kim menghadap Seohyun. Apa kamu membaca kontrak kerja dengan baik saat pertama bekerja di sini? Pak Kim kaget ditanya begitu. Apa? Nggak juga. Maksudku, aku membacanya. Apa yang terjadi di dalam rumah ini nggak boleh tersebar keluar sama sekali. Kamu tahu itu ada di dalam kontrak, bukan? Pak Kim mengiyakan. Seohyun mengutip nya. “Apa pun yang terjadi di wastu ini nggak boleh diartikan sebagai apa pun dan kamu nggak boleh mengartikannya sendiri.” Itu tertulis dalam kontrak kerjamu. Coba baca lagi pasal itu sebelum kau tidur. Apa kau mengerti? Pak Kim nampak kebingungan tapi ia mengiyakan. Aku tahu kau bekerja keras di tengah para wanita. Lanjut Seohyun sambil memberikan sebuah amplop. Pak Kim mengambilnya dan berterima kasih. Seohyun lalu menyuruhnya keluar.
##
Hiso habis diperiksa sama dokter ditemani Yuyeon. Setelah Dokter pergi Yuyeon mendekat. Samonim. Kamu harus memakan sesuatu. Apa ada yang ingin kau makan? Hiso menjawab dengan tatapan kosong. Anakku padahal sudah nggak ada, tapi mengapa aku masih ingin makan apel merah? Aku pikir saat itu anakku yang ingin makan apel merah. Ternyata itu hanya keinginanku saja. Yuyeon. Kembalilah ke rumah dan rawatlah Hajun. Yuyeon mengiyakan. Aku akan merawatnya. Aku akan membawa alat rias dan pakaian dalammu kemari. Hiso berterima kasih. Yuyeon pamit.
##
Seohyun sedang telponan dengan dkkter yang merawat Hiso. Halo. Tolong rawat adik iparku dengan baik. Aku tentu punya alasan membawanya kepadamu, Dokter. Tentu saja. Dokter. Aku ingin menambah donasiku untuk bangsal pediatri. Mari kita diskusikan lagi nanti. Baiklah.
##
Ji Young merasa nggak tenang di rumah karena Hiso nggak ada. Ia menelponnya tapi nggak dijawab. Ia lalu ke kamar Hajun dan mrlihatnua sedang tidur. Teringat masa kecilnya. Dan apa yang dikatakan ibunya terasa sangat menyakitkan. Ji Young. Kamu seharusnya nggak terlahir di dunia ini.
##
Di rumah sakit Hiso juga nggak bisa tidur. Teringat apa yang ia bicarakan dengan Seohyun sebelumnya. Aku akan menggandeng Hajun dan melewati tembok Hyowon yang tinggi itu. Seohyun memperingatkannya. Itu nggak akan mudah. Semua orang akan berusaha menghalangi langkahmu.
##
Yuyeon sampai rumah dan bertemu dengan Ji Young. Di mana Hiso? Aku tak melihatnya. Tanya Ji Young. Yuyeon terpaksa berbohong. Bu Seo pergi ke rumah keluarganya. Ji Young sedikit heran. Ibu mertuaku sedang bersama adik ipar ku di San Francisco. Dia pergi ke rumahnya di saat mertuaku nggak di sana? Yuyeon kembali berbohong. Dia terus mengalami mual. Dia nggak bisa tahan di rumah ini.
Ji Young mau menelponnya tapi Yuyeon menahan. Bagaimana kalo kamu nggak mengganggunya sekarang? Bu Seo sedang di masa awal kehamilan. Perubahan hormonnya sangat drastis dan dia sangat sensitif. Berkat itu Ji Young nggak jadi nelpon. Yuyeon pun pamit. Di saat itulah semua orang mulai berbohong. Kebohongan yang bukan untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain. Kebohongan-kebohongan ini mulai tumbuh.
##
Yuyeon keluar dan bertemu dengan Soyoung. Apa kamu baru mau pulang? Tanya Soyoung. Hiso terus nggak bisa dihubungi. Apa kamu tahu di mana dia? Dia tak pernah seperti ini sama sekali. Aku jadi khawatir karena dia hamil. Yuyeon bingung harus menjawab apa. Apalagi Ji Young kembali mendatanginya. Jadi, dia pergi tanpa memberitahuku dan Soyoung, tapi memberitahumu? Yuyeon makin bingung. Nggak tahu harus gimana. Apa kau pikir itu masuk akal? Tanya Ji Young. Seohyun mendadak datang. Hiso sudah berdiskusi denganku. Kalo kamu tahu, Hajun juga pasti akan tahu. Dia ingin pergi secara diam-diam. Aku yang mengusulkan ini. Ji Young masih nggak percaya. Tanpa memberitahuku sedikit pun? Tanyanya.
##
Seohyun masih dengan pendiriannya. Tempatkan dirimu sebagai Hiso. Kalo kamu menjadi Hiso, apakah kamu mau memberi tahu dirimu? Mari kita hentikan karena ada yang lain. Masuklah kalian. Lampu akan segera dimatikan. Suruh Seohyun ke Yuyeon dan Soyoung. Keduanya pun pergi. Tunggu sampai Hiso membuat keputusan. Jangan berani bertindak sebelum dia. Diamlah seperti mayat. Saran Seohyun ke Ji Young. Ji Young malah tersenyum. Rupanya kamu nggak takut padaku. Kalo kamu terus menggertakku, entah apa yang akan kulakukan. Seohyun santai. Aku nggak takut. Silakan saja. Ia lalu berbalik dan pergi.
##
Pak Kim kembali membaca kontraknya. “Segala sesuatu yang terjadi di wastu ini nggak boleh diberitahukan ke luar. Apa pun yang terjadi di wastu ini nggak boleh diartikan sebagai apa pun dan kamu nggak boleh mengartikannya sendiri. “Kalo hal itu terjadi, pihak kedua harus membayar pihak pertama.” Mendadak pak Kim merasa ada seseorang di belakangnya. Ia berbalik dan terlonjak kaget lihat Jinho. Apa? Kenapa? Tanya Jinho nggak ngerti.
##
Yuyeon pergi ke Cadenza dan melihat Suhyuk di tempat mereka ketemu.
##
Pak Kim menemani Jinho berendam. Aku tahu semuanya. Kata Jinho. Pak Kim nggak ngeh. Apa maksud Bapak? Yang kamu lakukan. Lanjut Jinho. Kamu ternyata melakukan hal besar. Kamu mencuri berlian biru? Pak Kim jadi panik. Jinho menenangkan. Nggak perlu takut. Aku nggak akan melaporkanmu. Itu menyusahkanku. Aku sangat bersalah. Keluh pak Kim. Apa kamu benar berpikir begitu? Tanya Jinho. Pak Kim membenarkan. Kamu kini di Rubato, bukan? Tanya Jinho. Pak Kim membenarkan. Kalo gitu, perhatikan setiap langkah Ji Young, dan laporkan kepadaku. Perintah Jinho. Pak Kim kaget. Mengapa kamu begitu kaget? Tanya Jinho. “Segala sesuatu yang terjadi di wastu ini nggak boleh diberitahukan ke luar. Apa pun yang terjadi di wastu ini nggak boleh diartikan sebagai apa pun dan kamu nggak boleh mengartikannya sendiri.” Itu semua tertulis dalam kontrak kerjaku. Apa kau memintaku untuk melanggar pasal tersebut? Tanya pak Kim. Apa aku orang luar? Tanya Jinho.
##
Pak Kim pikir iya. Kalo dalam pengertianku, kamu memang orang luar bagi keluarga Pak Han Ji Young. Kau sangat pintar. Puji Jinho. Pencuri ternyata bisa pintar juga. Mencuri berlian nggak diperbolehkan dalam kontrak kerjamu, bukan? Tapi kamu melakukannya. Jangan menggunakan kontrak sebagai alasan. Laporkan semua gerak-gerik Ji Young padaku. Bongkar juga meja kerjanya, dan kalo kamu menemukan sesuatu, aku akan membayarmu besar. Apa kau mengerti? Ini adalah rahasia kita saja. Rahasia lain? Tanya Jinho. Pak Kim sendiri masih ragu. Jinho bangkit dan memakai handuknya. Tempat ini sangat bagus. Kata Jinho. Aku akan sering datang kemari. Kalo aku meneleponmu, mari kita bertemu di tempat ini. Pak Kim mengiyakan. Jinho mengulurkan tangannya. Pak Kim memberikan sebuah kotak. Padahal Jinho minta banjunya.
##
Seohyun sedang ada di ruang kerjanya. Jinho datang membawakan secangkir teh dan meletakkannya di depannya. Kamu berpikir bahwa kamu mengontrol semua hal di rumah ini, bukan? Karena itu kamu percaya kamu tahu semua hal yang ada di sini. Apa benar begitu? Seohyun malas dengarnya. Cepat katakan intinya sebelum tehku dingin. Jangan terlalu kaget. Pinta Jinho. Wanita yang melahirkan Hajun nggak mati dan masih hidup. Kamu kaget, bukan? Apa kau tahu di mana dia sekarang?
Seohyun menanggapinya dengan santai. Aku tahu. Jinho kaget. Kamu sudah tahu? Mengapa kamu nggak beri tahu aku? Tuntutnya. Apa aku harus memberi tahu kepadamu, yang bahkan nggak tahu, apa yang seharusnya kamu pahami? Tanya Seohyun. Kalo dibandingkan dengan Ji Young, aku ini lebih polos dan terbuka. Tolong nilai aku kembali, Jung Daepyo. Bagaimana bisa dia menipu semua orang selama itu? Kamu nggak punya rahasia yang nggak kuketahui, bukan? Tanya Jinho. Apa mungkin kamu…punya pria lain? Seohyun langsung menatapnya dan mengubah pemikirannya. Apa yang kupikirkan? Tentu saja enggak. Ia lalu pergi dari sana.
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊