Sinopsis Mine Episode 9 Part 1

Sinopsis Mine Episode 9 Part 1

 All content from tvN/ Netflix




Ringkas drama sebelumnya


Hajun berada di sebuah pemakaman dengan kalung tapal kuda. Dia nangis. Hiso yang terjatuh syok melihat orang di hadapannya penuh darah. Dan orang itu adalah Ji Young. Kematian…nggak terelakkan. 

##

Ji Young nangis di mobil. Ingat apa yang ibu bilang padanya saat masih kecil. Kamu seharusnya tak terlahir di dunia ini. Tapi ayah membantah. Kamu juga anakku. Di rumah sakit ayah juga memimpikan masa lalunya. Pak Han. Aku sedang mengandung bayi dari pria lain. Kata ibu Ji Young. Besarkan bayinya seperti anakku sendiri. Nggak ada yang perlu tahu. Hanya kita saja yang tahu. Putus ayah. 

##

Ji Young berusaha untuk menarik Hyejin dan mengajaknya bicara di luar tapi Hyejin menolak. Hiso mendadak datang. Sepertinya Hiso juga harus tahu. Kata Seohyun. Ji Young menghampiri Hiso. Maafkan aku, Hiso. Kamu nggak usah ada di sini. Kamu nggak boleh stres. Akan kuurus. Hiso merasa nggak papa. Aku juga harus tahu apa yang terjadi. Mengapa kamu kemari? Tanya Hiso ke Hyejin. Aku datang mencari Hajun. Dia adalah anakku. Jawab Hyejin. 


Ji Young membantahnya. Apa kamu sudah gila? Bagaimana bisa dia anakmu? Hyejin membentaknya. Dia anakku! Ayah sepertimu dan ibu palsu. Enyahlah kalian semua. Ji Young menghampiri Hyejin dan berusaha menariknya agar mau keluar. Mendadak Hiso berteriak marah. Ia menghampiri keduanya dan menarik Ji Young. Jangan macam-macam denganku. Siapa pun yang mencoba merebut milikku akan kubunuh. Ancam Hiso sambil menatap marah ke Hyejin. Ji Young memberikan tas Hyejin lalu membawanya keluar. Hiso terduduk lemas setelahnya. 

##

Ji Young melepaskan Hyejin di depan pintu masuk. Aku seharusnya membunuhmu saat itu. Sesalnya. Jinho pulang dan melihat mereka. Hyejin pergi. Jinho tersenyum pada Ji Young. Ji Young mengabaikannya dan pergi. foto: tvN Hiso mencoba untuk tenang ditemani Seohyun. Bukankah seharusnya ada rapat keluarga? Tanya Hiso. Kita harus melindungi Hajun. Seohyun lalu dapat telpon dari pengacara ayah. Surat wasiat ayah akan dibacakan. 

##

Ibu membaca surat wasiat ayah untuknya. Aku memang bukan suami yang baik. Supaya kamu menikmati sisa hidupmu, aku memberimu wastu di Seongbuk-song dan tanah di kampung halamanku. “Kalo kamu memegang saham perusahaan, hidupmu akan menyedihkan dan menderita.” Ibu marah dan merobek-robeknya. Dasar pria tua gila! 

##

Untuk putra tertuaku, Han Jinho. Seumur hidupku, aku mengajarimu cara menjalankan perusahaan dengan menyerahkanmu hotel kita. Namun, aku merasa bersalah karena nggak bisa membaca kemauanmu. Supaya bisa tahu kemauanmu sebenarnya, kusarankan kamu ikuti pendidikan master. Aku akan terus membiayai uang kuliahmu sampai lulus nanti. 

##

Untuk menantu tertuaku, Jung Seohyun. Sebagai menantu tertua di keluarga, kamu telah bertanggung jawab dan menjaga martabatmu. Aku akan memberimu semua sahamku di Elektronik Hyowon dan menunjukmu sebagai pimpinan Hyowon E&M. 

##

Untuk putriku satu-satunya, Han Jinhee. Kamu telah mengurus toko roti kita yang nggak ingin diurus siapa pun karena tergeser oleh kakakmu. Namun, aku melihat bahwa kamu sangat bersemangat dalam mengerjakan tugasmu di sana. Karena itulah aku memberimu semua sahamku di Produk Penganan Hyowon. Namun, syaratnya, kamu harus menerima konsultasi kejiwaan secara rutin. 

##

Untuk menantu keduaku, Seo Hiso. Menantu yang baik dan memberiku banyak tawa setelah masuk ke rumah ini. Aku ingin kamu bisa terus merawat Hajun agar tumbuh menjadi pria yang baik. Untuk mendukung masa depan kalian, aku memberimu 30.000 sahamku atas Perusahaan Perdagangan Hyowon. 

##

Ji Young sedang di jalan. Ia nelpon Hyejin. Untuk putra bungsuku, Han Ji Young. Aku mohon maaf karena nggak bisa memberikanmu kasih sayangku secara adil. Aku menyalahkan diriku yang kekurangan rasa cinta dan kebaikan. Aku berharap kau nggak menjadi sepertiku dan bisa menjadi cahaya di luar sana. Aku menganjurkanmu, Han Ji Young, untuk bekerja sukarela agar bisa belajar untuk mencintai dan dicintai. Karena itulah aku memberimu posisi sebagai direktur di Akademi Hyowon agar kau bisa bertumbuh bersama dengan para murid di sana. 

##

Untuk cucu tertuaku, Han Suhyuk. Aku memilihmu menjadi pewaris Grup Hyowon setelah usiamu beranjak 30 tahun. Dari 308.000 saham yang kumiliki, aku akan memberikan 150.000 saham kepadamu. Sedangkan 158.000 saham sisanya akan kusumbangkan kepada warga Korea Selatan dengan harapan dapat membantu pendidikan di sini. 

##

Ji Young pergi meninggalkan rumah. Ia tampak marah. Di rumah Hiso dapat telpon nggak tahu dari siapa. Halo. Tenang. Aku nggak akan kalah. Ia lalu memakan apel di depannya. Soyoung datang untuk memberitahu jadwalnya. Pertamanya ia menanyakan apa Hiso nggak papa? Hiso menanyakan maksudnya. Suamimu… . Soyoung nggak enak bilangnya. Tapi Hiso tahu apa yang ingin dibicarakannya. Karena dia nggak terpilih sebagai pewaris Hyowon? Soyoung. Manusia harus selalu berhati baik. Itulah kebenaran dalam kehidupan. Orang jahat…nggak seharusnya berkuasa. Apa jadwalku? Tanyanya. 

##

Kepala Joo membagikan ponsel para pelayan. Setelah mendapatkan ponselnya, Yuyeon membaca pesan adiknya yang menanyakan kapan ia pulangnya. Pelayan lain melihat berita dan menemukan kalo Tian muda mereka telah dipilih menjadi pewaris Hyowon. Saat sedang bekerja mengepel lantai, para pelayan lain membicarakannya yang sudah seperti Cinderella. Lah mereka nggak tahu kalo Seohyun ada di belakang mereka. Cinderella sudah lama mati, mengapa masih disebut? Tanya Seohyun. Kedua pembantu itu lalu pergi. 

##

Setelah itu Seohyun menghampiri Yuyeon. Suhyuk telah menjadi pewaris Hyowon. Apa kamu tahu? Yuyeon mengiyakan. Seohyun melanjutkan kalimatnya. Saat ini aku bicara bukan sebagai ibunya Suhyuk, melainkan sebagai seseorang yang hidup lebih lama darimu. Kamu akan terus dibandingkan dengan Cinderella mulai dari sekarang. Orang-orang akan berharap sepatu kacamu segera pecah. Apakah kau berani melawan semua pandangan dunia? Coba cek sendiri. Tak ada yang lebih berharga dari dirimu. Aku berharap kamu nggak memilih yang membuatmu terluka. Yuyeon mengangguk mengiyakan. 

##

Ibu datang ke rumah sakit. Ih, bukannya jenguk ayah malah ngambil kunci buat buka pintu berlian biru. Dia membuka brankasnya dan sandinya ternyata adalah ulang tahun Kim Mija, ibunya Ji Young. Padahal tadinya ibu mikirnya salah. 

##

Jinho minum di ruang rahasia ayah di ruang bawah tanah dengan ditemani fotonya ayah semasa muda yang sedang bersama Kim Mija. Gelas pertama. Ini untuk merayakan keputusan bijakmu karena nggak memilih Ji Young sebagai pewaris. Gelas yang kedua. Dan ini untuk amarah yang kurasakan karena kamu telah menipuku. Dan sebotol penuh. Yang ini untuk Suhyuk. Untuk anakku, Suhyuk. Aku akan minum semuanya. Kesimpulannya, aku merasa kesal, tetapi juga berterima kasih. Itulah yang kurasakan. 

##

Ji Young datang ke tempat itu lagi dengan tas penuh uang dan menyaksikan pertarungan. Setelah ia menjatuhkan uangnya, pertarungan pun di mulai. Ih aku ngeri lihatnya. Ji Young sampai teriak nyuruh mereka untuk saling bunuh. Oh Tuhan aku takut. Ji Young sendiri terkenang masa kecilnya dimana ibunya bilang kalo ia seharusnya nggak terlahir di dunia ini. Kalo kamu berdarah keluarga Han, hidup kita pasti akan berbeda. Kalo begini akhirnya, kamu lebih baik tak perlu lahir ke dunia ini. 

##

Seohyun memikirkan sesuatu di ruangannya. Sebelumnya ia dapat telpon dari sekretarisnya. Apa kamu sudah mencari tahu? Tanya Seohyun. Sekretarisnya pun memberitahu apa yang ia dapatkan. Pak Ji Young meminta persetujuan direksi untuk naik menjadi pimpinan. Seohyun menanggapinya dengan santai. Karena mereka sudah mengangkat gelasnya, kita juga harus angkat gelas kita agar bisa bersulang. Apa rencanamu? Tanya sekretarisnya. Bacakan saja wasiat ayah mertuaku dalam rapat direksi. Mari kita lihat siapa yang akhirnya menjadi pemenang. Putus Seohyun optimis. 

##


MENYULANG DENGAN IBLIS 


Suster Emma dapat telpon. Halo. Dengan siapa ini? Tanyanya pada orang diseberang. Halo, namaku Han Jinhee. Aku yang mengirim pesan teks tadi. Han Jin-ho… . Kakakku bercerita tentangmu. Begitu rupanya. Sambut suster Emma. Jinhee pun melanjutkan. Aku sedang diharuskan untuk mendapat konsultasi kejiwaan. Ini karena wasiat ayahku. Lalu? Tanya suster Emma. Jinhee pun memberitahukan maksudnya. Aku ingin berkonsultasi denganmu saja. Kudengar untuk biaya konsultasi akan didonasikan untuk yayasan di sana. Aku suka dengan hal tersebut. Kapan kamu punya waktu? Aku ingin berkonsultasi secepatnya. 

##

Suster Emma menolaknya. Jadwalku nggak memungkinkan saat ini. Haruskah kukenalkan orang lain? Mendadak Jinhee malah marah. Apa kamu menolakku sekarang? Hhh..ia mencoba untuk menahannya. Buat agar kamu bisa bertemu denganku. Tolong luangkan waktumu. Suster Emma beneran nggak bisa. Dengar. Aku seorang biarawati. Aku bukan psikolog khusus untuk keluargamu. Kamu juga tak boleh memperlakukan seseorang seperti ini. Kamu benar-benar nggak bisa berempati dengan orang lain. Jinhee membenarkan. Kamu pintar membaca orang rupanya. Itulah masalahku, jadi, cepat dengarkan ceritaku! Suster Emma tetap nggak bisa dan membentaknya balik. Sudah kukatakan aku nggak ada waktu! Lah Jinhee malah jadi suka sama suster Emma gegara dibentak. Astaga, aku suka dia. Dia sangat keren. Pujinya pada suster Emma. 

##

Ibu membuka pintu berlian biru pakai kunci yang ia ambil dari kamar rawat ayah di rumah sakit. Lah ternyata berliannya sudah nggak ada. Makin kaget lagi saat ini tahu kalo ada ruang rahasia lagi di sana. Ibu turun dan makin marah saat melihat ada banyak foto Kim Mija di sana. Ia menjadi kalap dan melempar semua foto itu. Padahal Jinho sedang tidur di sana. 

##

Mobil ambulans datang ke rumah Hyowon. Kepala Joo menemui Seohyun. Sirene ambulans dimatikan. Dia akan dibawa ke bangsal Direktur di rumah sakit. Aku sudah menyuruh para pembantu untuk tutup mulut, nggak usah khawatir. Seohyun justru berpikir sebaliknya. Kamu nggak perlu menyuruh mereka tutup mulut. Kalo terlalu ditutupi, pasti akan bocor nanti. Mereka seharusnya dibiarkan bergosip. Nantinya, akan ada banyak skandal tentang keluarga ini. Seohyun berbalik dan melanjutkan perkataannya. Kamu harus memilah dengan baik. Kepala Joo mengangguk mengiyakan. 

##

Ji Young sedang menyetir. Ada yang nelpon. Ia menepi untuk menjawabnya. Lah itu kan ponsel 2G yang ditemuin sama pak Kim. Dan yang nelpon adalah pria yang rambutnya keriting yang mengambil tas berisi uang yang dijatuhin sama Ji Young. Dia mengalami koma, Pak. Mereka berdua adalah saudara kandung. Kata pria itu. Ji Young kayak nggak mau tahu. Itu masalah yang seharusnya kamu selesaikan! Pria itu bingung. Bagaimana caraku menyelesaikannya? Berapa? Tanya Ji Young. Cari tahu jumlah yang mereka mau. Dan jangan pernah menghubungiku sebelum aku menghubungimu. S1@lan! Hadeuh Ji Young ngamuk-ngamuk. Dan pria itu ternyata lagi sama pria yang bertarung waktu itu. 

##

Ibu nungguin Jinho di rumah sakit. Lah ternyata Jinho kena timpuk pas ibu ngamuk di ruang bawah tanah. Ibu bingung banget. Dia sampai mondar-mandir nggak jelas dan akhitjya pergi. Jinho yang setengah sadar memanggilnya tapi ibu mengabaikannya. Ternyata ibu ke ruangan ayah. Dia ngamuk-ngamuk di sana. Ayah dipukulin pakai tas dan bunganya dilempar-lempar. Ayah yang dadanya dipukul sama ibu membuat detak jantungnya makin meningkat. Melihat ayah tersenyum malah membuat ibu makin marah sama ayah. Dia menggigit tangan ayah lalu pergi. 

##

Hiso dan Seohyun sama-sama sedang bersiap. Keduanya pergi ke galeri Jinkyung. Apa para ipar sedang tur galeri hari ini? Tanya Jinkyung. Aku senang melihatnya. Seohyun tersenyum. Aku ingin menghadiahkan lukisan kepada Hiso. Bukan dari galeriku, melainkan dari tempat lain. Maka, aku harus rekomendasikan yang terbaik. Sambut Jinkyung. Ia lalu mengajak keduanya menuju lukisan yang ia rekomendasikan. Bagaimana dengan yang ini? Tanya Jinkyung. Semuanya karya Suzy Choi, pelukis Korea yang kini terkenal di Eropa Barat. Ini seri karya terbarunya. Judulnya Lima Revolusi. Aku merekomendasikan yang ini. Silakan melihat-lihat. 

##

Jinkyung pergi. Seohyun dan Hiso melihat 5 lukisan itu. Bukankah luar biasa? Tanya Seohyun. Hiso mengiyakan dan membaca judul dari lukisan tersebut. “Nomor Satu, Hentikan: Lepaskan Korset Itu. Nomor Dua, Bebas Mencintai.” Nomor Tiga, Raih Keinginanmu. Nomor Empat, Teriakkan Pada Dunia. Nomor Lima, Hancurkan Sampai Kau Menang. 


Hiso membaca tentang Suzy Choi, pemenang penghargaan Martin Jones tahun 2018. Kamu pasti sangat mengenalnya. Pikir Hiso. Seohyun berniat nrnghadiahjan lukisan itu buat Hiso. Hiso mengiyakan. Memang ada yang mau kuhancurkan. Kamu mau menghancurkan apa? Tanya Seohyun. Kamu sendiri apa? Tanya Hiso balik. “Pandangan dunia.” 


Ringkas drama selanjutnya

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊