All content from iQiyi
Zichen melihat foto-foto dari Fang dan merasa kesal karena Fang belum juga menghubunginya.
Dokter datang bersama perawat dan mau memeriksanya. Ia merasa kalo ia nggak perlu diperiksa lagi. Ia sudah sehat, sudah bisa makan enak jadi nggak perlu diperiksa lagi.
Dokter menasehati kalo Zichen harus bekerjasama dengan perawat rumah sakit kalo enggak dokter khawatir akan terjadi sesuatu.
Zichen merasa kalo nggak akan ada yang terjadu. Dan dokter nggak harus bertanggung jawab atas apapun. Ia mengaku ingin keluar dari rumah sakit hari ini dan meminta agar dokter memberikan surat ijinnya.
Dokter memberitahu kalo dia nggak bisa memenuhi permintaan Zichen. Ia lalu pergi meninggalkan ruangan bersama perawat.
Jing Jing menghampiri Liang dan mrnunjukkan ponselnya. Ia baru saja membeli 2 tiket nonton dan mengajak Liang untuk ke bioskop sore ini. Liang menanyakan apa judul filmnya?
Lin Lu keluar dari kamarnya sambil menelpon. Ia akan pergi ke stasiun kereta bawah tanah.
Liang memanggil Lin Lu dan berniat memgantarkannya. Lin Lu menolak dan memberitahu kalo dia bisa pergi sendiri.
Liang menyusul Lin Lu dan membatalkan acaranya dengan Jing Jing. Jing Jing kesal.
Lian Sen ada di luar dan berniat menemui Lin Lu. Ia ingin mengetuk pintu tapi malas. Tahu-tahu pintu terbuka.
Jing Jing keluar mau membuang sampah. Ia bertanya apa Shi Zong mencari Lin Lu? Ia melarang Lian Sen masuk dan memberitahu kalo Lin Lu nggak ada. Ia pergi ke bioskop bersama Liang Zhi Ge.
Lian Sen langsung menoleh setelah mendengarnya. Jing Jing melanjutkan kalo belakangan Lin Lu punya bunga persik. Jadi untuk nonton film dengannya harus mengantri dulu. Ia lalu masuk dan meninggalkan Lian Sen.
Lian Sen mengambil ponselnya dan menelpon Maggie. Ia menyuruh Maggie untuk segera menghubungi pihak majalah untuk mengatur pemotretan antara dirinya dan Lin Lu.
Lin Lu ternyata datang ke agen penjualan rumah. Ia ditawari sebuah rumah yang harganya murah dengan fasilitas yang lengkap. Dua langkah saja sudah sampai di supermarket, 10 menit dari stasiun kereta bawah tanah, 30 menit menuju pusat kota.
Lin Lu mengerti. Tapi ternyata apa yang dikatakan agen penjualan rumah tak seperti kenyataannya. Jarak yang katanya dekat ternyata 2km. Dan supermarket yang tadi disebutkan juga nggak ada di peta.
Agen memberitahu kalo ada di bawah. Pemilik tokonya sangat baik, buka 24 jam; barangnya lengkap dan juga menjual sayuran. Lin Lu mengatakan kalo tadi siang bilangnya nggak gitu. Katanya supermarket dan pasar sayurnya besar.
Ponsel Lin Lu bunyi. Lian Sen menyuruhnya pulang untuk melakukan pemotretan. Lin Lu protes. Bukankah rencananya akhir pekan?
Lian Sen memberitahu kalo sutradaranya sibuk. Lin Lu mengiyakan. Ia akan pulang. Ia lalu pamit pada Liang lalu pergi.
Agen mengeluh karena Lin Lu pergi tanpa membuat kesepakatan terlebih dahulu. Liang memberitahu kalo ia akan membantu Lin Lu menemukan rumah yang disukai. Ia meminta agar agen menyewakannya dengan harga yang murah dan ia akan membayar sisanya.
Agen merasa kalo belakangan nggak ada pria yang bersedia membayar seperti Liang. Liang hanya tersenyum.
Lin Lu sudah sampai rumah. Di sana ada banyak orang yang sedang bersiap-siap untuk pemotretan.
Lin Lu mengajak Lian Sen untuk bicara. Ia mengingatkan kalo sebelumnya ia sudah mengatakannya, Lian Sen pergi ke Yangguan dan ia akan pergi ke jembatan kayu. Itu adalah arah mereka.
Lian Sen membetulkan pakaian Lin Lu dan memintanya untuk melakukan pekerjaannya dan mereka akan memotretnya. Ia lalu menarik Lin Lu dan memintanya untuk melakukannya saja.
Pemotretan dimulai. Mereka duduk di meja makan. Sutradara minta berhenti dan menyuruh mereka agar sedikit penuh kasih sayang. Ia menyuruh Lian Sen pindah tempat duduk dan memeluk Lin Lu.
Lian Sen menurut. Lin Lu mengerjainya dengan menyuapi wortel padahal jelas-jelas dia tahu kalo Lian Sen nggak suka makan wortel.
Lian Sen sendiri nggak bisa menolak dan terpaksa memakannya. Enak? Enak, tapi habis itu Lian Sen buru-buru minum susu.
Sutradara menghampiri mereka. Ia ingin mereka menunjukkan sesuatu yang lebih santai. Lin Lu menanyakan apa itu?
Sutradara ingin mengambil gambar tentang pekerjaan rumah yang biasa Lin Lu lakukan. Lin Lu malas sementara Lian Sen malah senang dan mengaku nggak masalah.
Lin Lu mengelap kaca. Lian Sen tahu-tahu datang dan mengangkatnya. Lin Lu protes. Apa yang Lian Sen lakukan?
Lian Sen mengingatkan kalo ada kamera di depan dan menyuruh Lin Lu untuk kembali mengelap kaca.
Lin Lu terpaksa melakukannya dengan senyum yang dipaksakan sementara Lian Sen senyam-senyum di belakangnya.
Pemotretan sudah selesai. Lin Lu bersandar di sofa kelelahan. Ia lega semua orang itu sudah pergi. Lian Sen hanya meliriknya saja.
Lin Lu lalu menyinggung tentang pembatalan kontrak dan mengingatkan agar Lian Sen segera menandatanganinya. Lian Sen nggak bilang apa-apa. Lin Lu merasa kalo sekarang sudah malam. Ia pamit mau pulang.
Ternyata di depan pintu masih ada kamera. Lin Lu nggak jadi keluar. Ia melambai ke kamera lalu balik lagi ke Lian sen. Apa yang terjadi? Kenapa ada kamera di luar?
Lian sen memberitahu kalo pihak majalah ingin memotret kegiatan mereka sebelum tidur. Framing malam lebih indah. Lin Lu lalu menanyakan kapan mereka akan pergi? Lian Sen mengangkat bahunya. Dia juga nggak tahu. Hhh,,, Lin Lu langsung lemas.
Flashback...
Pemotretan sudah selesai. Lian Sen menghampiri sutradara dan menyampaikan kalo ia ingin menyewa peralatan fotografinya untuk satu malam. Kalo enggak maka ia akan membelinya. Sutradara mengangguk setuju.
Flashback end...
Lian Sen membaca buku di sebelah Lin Lu. Lin Lu yang ngantuk banget akhirnya tertidur. Lian Sen menutup bukunya dan menatap Lin Lu. Dan akhirnya ia pun tertidur.
Beberapa waktu kemudian Lian Sen terbangun. Ia tersenyum menatap Lin Lu yang masih tidur.
Pelan-pelan ia mendekat dan mau menyentuh wajah Lin Lu. Tahu-tahu Lin Lu mengangkat tangannya ke belakang. Ia lalu pura-pura tidur.
Lin Lu terbangun. Ia melihat Lian Sen yang tidur di sampingnya lalu melambaikan tangannya di depan wajah Lian Sen. Ia tersenyum lalu bersandar sambil memandangi Lian Sen. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh rambut Lian Sen, bulu matanya, ... .
Lin Lu lalu tertidur dengan wajah tersenyum. Lian Sen membuka matanya. Ia bangkit lalu menggendong Lin Lu.
Ringkas drama selanjutnya
Bersambung...
Dokter datang bersama perawat dan mau memeriksanya. Ia merasa kalo ia nggak perlu diperiksa lagi. Ia sudah sehat, sudah bisa makan enak jadi nggak perlu diperiksa lagi.
Dokter menasehati kalo Zichen harus bekerjasama dengan perawat rumah sakit kalo enggak dokter khawatir akan terjadi sesuatu.
Zichen merasa kalo nggak akan ada yang terjadu. Dan dokter nggak harus bertanggung jawab atas apapun. Ia mengaku ingin keluar dari rumah sakit hari ini dan meminta agar dokter memberikan surat ijinnya.
Dokter memberitahu kalo dia nggak bisa memenuhi permintaan Zichen. Ia lalu pergi meninggalkan ruangan bersama perawat.
Jing Jing menghampiri Liang dan mrnunjukkan ponselnya. Ia baru saja membeli 2 tiket nonton dan mengajak Liang untuk ke bioskop sore ini. Liang menanyakan apa judul filmnya?
Lin Lu keluar dari kamarnya sambil menelpon. Ia akan pergi ke stasiun kereta bawah tanah.
Liang memanggil Lin Lu dan berniat memgantarkannya. Lin Lu menolak dan memberitahu kalo dia bisa pergi sendiri.
Liang menyusul Lin Lu dan membatalkan acaranya dengan Jing Jing. Jing Jing kesal.
Lian Sen ada di luar dan berniat menemui Lin Lu. Ia ingin mengetuk pintu tapi malas. Tahu-tahu pintu terbuka.
Jing Jing keluar mau membuang sampah. Ia bertanya apa Shi Zong mencari Lin Lu? Ia melarang Lian Sen masuk dan memberitahu kalo Lin Lu nggak ada. Ia pergi ke bioskop bersama Liang Zhi Ge.
Lian Sen langsung menoleh setelah mendengarnya. Jing Jing melanjutkan kalo belakangan Lin Lu punya bunga persik. Jadi untuk nonton film dengannya harus mengantri dulu. Ia lalu masuk dan meninggalkan Lian Sen.
Lian Sen mengambil ponselnya dan menelpon Maggie. Ia menyuruh Maggie untuk segera menghubungi pihak majalah untuk mengatur pemotretan antara dirinya dan Lin Lu.
Lin Lu ternyata datang ke agen penjualan rumah. Ia ditawari sebuah rumah yang harganya murah dengan fasilitas yang lengkap. Dua langkah saja sudah sampai di supermarket, 10 menit dari stasiun kereta bawah tanah, 30 menit menuju pusat kota.
Lin Lu mengerti. Tapi ternyata apa yang dikatakan agen penjualan rumah tak seperti kenyataannya. Jarak yang katanya dekat ternyata 2km. Dan supermarket yang tadi disebutkan juga nggak ada di peta.
Agen memberitahu kalo ada di bawah. Pemilik tokonya sangat baik, buka 24 jam; barangnya lengkap dan juga menjual sayuran. Lin Lu mengatakan kalo tadi siang bilangnya nggak gitu. Katanya supermarket dan pasar sayurnya besar.
Ponsel Lin Lu bunyi. Lian Sen menyuruhnya pulang untuk melakukan pemotretan. Lin Lu protes. Bukankah rencananya akhir pekan?
Lian Sen memberitahu kalo sutradaranya sibuk. Lin Lu mengiyakan. Ia akan pulang. Ia lalu pamit pada Liang lalu pergi.
Agen mengeluh karena Lin Lu pergi tanpa membuat kesepakatan terlebih dahulu. Liang memberitahu kalo ia akan membantu Lin Lu menemukan rumah yang disukai. Ia meminta agar agen menyewakannya dengan harga yang murah dan ia akan membayar sisanya.
Agen merasa kalo belakangan nggak ada pria yang bersedia membayar seperti Liang. Liang hanya tersenyum.
Lin Lu sudah sampai rumah. Di sana ada banyak orang yang sedang bersiap-siap untuk pemotretan.
Lin Lu mengajak Lian Sen untuk bicara. Ia mengingatkan kalo sebelumnya ia sudah mengatakannya, Lian Sen pergi ke Yangguan dan ia akan pergi ke jembatan kayu. Itu adalah arah mereka.
Lian Sen membetulkan pakaian Lin Lu dan memintanya untuk melakukan pekerjaannya dan mereka akan memotretnya. Ia lalu menarik Lin Lu dan memintanya untuk melakukannya saja.
Pemotretan dimulai. Mereka duduk di meja makan. Sutradara minta berhenti dan menyuruh mereka agar sedikit penuh kasih sayang. Ia menyuruh Lian Sen pindah tempat duduk dan memeluk Lin Lu.
Lian Sen menurut. Lin Lu mengerjainya dengan menyuapi wortel padahal jelas-jelas dia tahu kalo Lian Sen nggak suka makan wortel.
Lian Sen sendiri nggak bisa menolak dan terpaksa memakannya. Enak? Enak, tapi habis itu Lian Sen buru-buru minum susu.
Sutradara menghampiri mereka. Ia ingin mereka menunjukkan sesuatu yang lebih santai. Lin Lu menanyakan apa itu?
Sutradara ingin mengambil gambar tentang pekerjaan rumah yang biasa Lin Lu lakukan. Lin Lu malas sementara Lian Sen malah senang dan mengaku nggak masalah.
Lin Lu mengelap kaca. Lian Sen tahu-tahu datang dan mengangkatnya. Lin Lu protes. Apa yang Lian Sen lakukan?
Lian Sen mengingatkan kalo ada kamera di depan dan menyuruh Lin Lu untuk kembali mengelap kaca.
Lin Lu terpaksa melakukannya dengan senyum yang dipaksakan sementara Lian Sen senyam-senyum di belakangnya.
Pemotretan sudah selesai. Lin Lu bersandar di sofa kelelahan. Ia lega semua orang itu sudah pergi. Lian Sen hanya meliriknya saja.
Lin Lu lalu menyinggung tentang pembatalan kontrak dan mengingatkan agar Lian Sen segera menandatanganinya. Lian Sen nggak bilang apa-apa. Lin Lu merasa kalo sekarang sudah malam. Ia pamit mau pulang.
Ternyata di depan pintu masih ada kamera. Lin Lu nggak jadi keluar. Ia melambai ke kamera lalu balik lagi ke Lian sen. Apa yang terjadi? Kenapa ada kamera di luar?
Lian sen memberitahu kalo pihak majalah ingin memotret kegiatan mereka sebelum tidur. Framing malam lebih indah. Lin Lu lalu menanyakan kapan mereka akan pergi? Lian Sen mengangkat bahunya. Dia juga nggak tahu. Hhh,,, Lin Lu langsung lemas.
Flashback...
Pemotretan sudah selesai. Lian Sen menghampiri sutradara dan menyampaikan kalo ia ingin menyewa peralatan fotografinya untuk satu malam. Kalo enggak maka ia akan membelinya. Sutradara mengangguk setuju.
Flashback end...
Lian Sen membaca buku di sebelah Lin Lu. Lin Lu yang ngantuk banget akhirnya tertidur. Lian Sen menutup bukunya dan menatap Lin Lu. Dan akhirnya ia pun tertidur.
Beberapa waktu kemudian Lian Sen terbangun. Ia tersenyum menatap Lin Lu yang masih tidur.
Pelan-pelan ia mendekat dan mau menyentuh wajah Lin Lu. Tahu-tahu Lin Lu mengangkat tangannya ke belakang. Ia lalu pura-pura tidur.
Lin Lu terbangun. Ia melihat Lian Sen yang tidur di sampingnya lalu melambaikan tangannya di depan wajah Lian Sen. Ia tersenyum lalu bersandar sambil memandangi Lian Sen. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh rambut Lian Sen, bulu matanya, ... .
Lin Lu lalu tertidur dengan wajah tersenyum. Lian Sen membuka matanya. Ia bangkit lalu menggendong Lin Lu.
Ringkas drama selanjutnya
Bersambung...
Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊