Postingan Terbaru

Senin, 06 Februari 2023

Sinopsis Was It Love? Episode 6 Part 3

 


All content from jtbc

Ae Jung kesal sama A Rin yang bukan hanya jadi artis tapi pingin jadi sutradara juga. Dae O mengeluhkan Ae Jung yang jadi sangat kesal padahal dia juga mengkritik novelnya. Ae Jung membantah kalo dia merasa kesal.

Dae O merasa wajar kalo Ae Jung merasa kesal karena ia baru saja dikritik. Ae Jung menanyakan maksudnya Joo A Rin mengkritiknya? Dae O mengingatkan kalo itu adalah cerita tentang mereka jadi yang Joo A Rin kritik adalah Ae Jung. Ae Jung membantahnya. Menurutnya Joo A Rin adalah pihak ketiga dan dia memberikan pendapatnya sebagai pihak ketiga. Dan artinya yang kurang memuaskan adalah karyanya Dae O.

Dae O mengulangi kalo ia menulis cerita itu berdasarkan pengalamannya, yaitu cerita antara dirinya dan Ae Jung. Dan kalo ada masalah dengan tokohnya, artinya ada masalah dengan orang aslinya. Ae Jung menarik garis simpul kalo maksudnya dia yang bermasalah? Dae O membenarkan dan nyuruh Ae Jung untuk melihat sifatnya yang nggak pernah mau menerima kritikan.

Ae Jung menyudahi. Ia mengakui kalo ia adalah wanita yang buruk. Puas? Ia menyindir kenapa pria itu suka pada wanita yang buruk? Ia merasa kalo tokoh utama pria di novel itu sangat aneh. Ia lalu pergi meninggalkan Dae O.

"Karena punya daya tarik"

Ae Jung langsung terhenti setelah mendengarnya. Dae O jalan melewatinya sambil bilang kalo itulah alasannya menyukai Ae Jung. Lah, giliran Ae Jung yang terdiam.




Ae Jung datang ke bar Suk Hee dan mengeluhkan cuaca yang panas atau dirinya yang panas. Ia mengambil es di kulkas. Suk Hee keluar dan menegurnya yang makan es lagi. Ae Jung mengeluhkan kepalanya yang sangat panas karena cuaca. Suk Hee berpikir kalo kepala Ae Jung akan lebih panas kako lihat itu. Ia menyerahkan nota pada Ae Jung.

Ae Jung nggak ngerti sama catatan itu. Makanan anjing? Bantalan latihan? Padahal ia nggak merasa memelihara anjing. Suk Hee memberitahu kako mulai hari ini iya. Ae Jung tetap nggak paham dan bilang nggak memelihara anjing.

Ha Ni datang bersama Dong Chan sambil menggendong seekor anjing. Dia kaget dan menanyakan anjing siapa yang Ha Ni gendong? Suk Hee mengulangi kalo mulai hari ini Ae Jung memelihara anjing. Ae Jung menanyakan dari mana Ha Ni dapat anjing itu? Kenapa mendadak melihat anjing?

Ha Ni memberitahu kalo ia memungutnya. Ae Jung kesal dan mau mukul Ha Ni. Dong Chan tahu-tahu menghalangi dan nyuruh Ae Jung untuk memukul dia aja. Ae Jung takut mau mukulnya dan nyuruh Dong Chan untuk minggir. Ha Ni menyudahi dan minta Dong Chan membiarkan ibunya untuk memukulnya. Ia menjanjikan akan memelihara anjingnya dan bertanggung jawab.

Ae Jung meragukannya. Ia memberitahu kalo bertanggung jawab adalah hal yang sulit untuk dilakukan. Ia melarang Ha Ni memeliharanya. Ia akan membawa anjing itu ke kantor polisi atau penampungan. Ha Ni nggak mau memberikan anjing itu pada ibunya. Ia kasihan pada anjing itu yang nggak punya ayah dan ibu. Ia merasa nggak bisa membuangnya.

Ae Jung sampai nggak bisa berkata-kata menghadapi anaknya. Dong Chan merasa kalo situasinya menjadi nggak nyaman. Ia mengambil tasnya dan mau pergi. Ih, Ae Jung mendadak memarahinya juga. Mau ke mana? Dong Chan balik lagi dan takut-takut bilang mau pulang.

Ha Ni memprotes ibunya yang berteriak pada Dong Chan. Ae Jung menjelaskan maksudnya tapi dengan nada tinggi. Ia  hanya mau bertanya kemana Dong Chan sendirian larut malam gini?

Suk Hee di belakang bergumam kalo akhirnya membahagiakan.






Ae Jung mengantar Dong Chan pulang jalan kaki. Ae Jung menanyakan apa Ha Ni saat di sekolah punya banyak teman? Apa ada yang mengganggunya? Dong Chan membantahnya dan memberitahu kalo Ha Ni adalah orang yang paling kuat di kelas. Ae Jung lega dengarnya.

Mereka sudah sampai di depan rumah Dong Chan. Ae Jung menasehati kalo Dong Chan boleh bermain dengan Ha Ni tapi jangan sampai terlalu malam nanti ibunya akan mengkhawatirkannya.

Dong Chan malah diam sambil menunduk. Ia memberitahu kalo ibunya nggak akan khawatir karena ia nggak punya ibu. Ae Jung membelai kepalanya dan mengatakan kalo ia yang akan khawatir. Ia nggak akan bisa tenang kaki Dong Chan belum sampai rumah dengan semangat.

Dong Chan tersenyum dan membenarkan. Ae Jung memuji Dong Chan yang nampak tampan saat tersenyum. Dia lalu menyuruh Dong Chan untuk segera masuk.

Mendadak ada mobil yang mau lewat. Ae Jung sigap menarik Dong Chan ke pinggir. Ternyata itu adalah mobil ayahnya Dong Chan, Koo Daepyo. Ia turun dari mobil dan menghampiri Ae Jung juga Dong Chan. Dong Chan langsung menunduk lihat ayahnya.

Ae Jung menyapa Koo Daepyo. Koo Daepyo menanyakan kenapa dia di sana? Ae Jung memberitahu kalo Dong Chan habis bermain dengan anaknya. Karena terlalu malam ia...

Dong Chan tahu-tahu menghentikan Ae Jung dan berdiri di depannya seolah ingin melindungi. Ia memberi tahu kalo Ahjumma mengantarnya pulang. Koo Daepyo hanya diam sambil menatap tajam pada Ae Jung.






Ae Jung dan Koo Daepyo bicara di dalam. Ae Jung yang baru sekali itu masuk ke rumah Koo Daepyo kagum dengan banyaknya buku yang ada di sana. Ia merasa kalo Koo Daepyo sangat hebat.

Koo Daepyo menatapnya tajam dan membuat Ae Jung merasa nggak nyaman. Ia meralat panggilannya menjadi ayahnya Dong Chan. Ia sampai membaca buku sebanyak itu. Membesarkan anak sendirian memang nggak mudah.

Lah, giliran Koo Daepyo yang merasa nggak nyaman. Sadar telah salah ngomong, Ae Jung dengan tertutup bilang kalo ia barusan tahu dari Dong Chan. Ia pikir Dong Chan pasti senang punya ayah seperti dirinya.

Koo Daepyo merasa kalo ia bukanlah ayah yang baik. Ia hanya ayah yang menakutkan, jahat, dan memalukan. Ae Jung tersenyum dan membantahnya. Ia yakin kalo Ding Chan pasti tahu kalo ayahnya adalah orang yang baik.

Koo Daepyo nggak menanggapi dan hanya menatap Ae Jung. Ae Jung memberitahu kalo akan ada pertemuan komite orang tua murid di sekolah. Ia menawarkan Koo Daepyo untuk pergi bersamanya. Koo Daepyo kayak nggak yakin dapat ajakan dari Ae Jung. Ae Jung menjelaskan kako itu adalah perkumpulan orang tua murid dari semua kelas. Selama ini ia juga selalu sibuk bekerja sehingga nggak bisa ikut. Ae Jung jadi pingin nangis. Ia merasa kalo saat ia mengobrol dengan Koo Daepyo mengenai merawat anak membuatnya merasa kalo mereka sudah menjadi teman.

Koo Daepyo malah teringat sebuah kejadian. Ia berdiri di depan seorang wanita yang terbaring di tempat tidur. Suara wanita itu lembut menanyakan apa Koo Pa Do mau menjadi temannya? Mereka sama-sama nggak punya siapapun.

Nama wanita itu adalah Tan Ziyi, ia sedang sakit.

Kembali ke Koo Daepyo yang bersama Ae Jung. Ia memutar-mutar cincin di tangannya. Nggak sanggup lagi ia pun bangkit dan mempersilakan Ae Jung untuk pulang. Ae Jung mengiyakan. Sudah larut malam juga. Ia bangkit dan pamit.




Di jalan Ae Jung ngomong sendiri. Ia merasa nggak ada salahnya kalo mereka berteman sebagai sesama orang tua tunggal. Ia mengeluhkan wajah Koo Daepyo yang berubah jadi serius. Lah, Ae Jung baru ingat kalo ia pingin membicarakan Joo A Rin. Lah kan jadi lupa gegara Koo Daepyo marah dan membuatnya melupakan semuanya.

Oh, ternyata Ae Jung sudah sampai di depan rumah. Ia melihat Yeon Wu sedang memperbaiki sebuah meja. Ia menyapa Yeon Wu. Melihat Yeon Wu sedang sibuk ia pun menyuruhnya untuk melanjutkan. Ia pamit dan berbalik. Yeon Wu menyusul ya dan mengingatkan kalo di sana adalah rumahnya. Ae Jung membenarkan.

Mereka lalu bersama-sama memperbaiki meja itu. Ae Jung mengeluhkan ibunya yang menyuruh Yeon Wu untuk memperbaikinya. Yeon Wu merasa nggak papa karena ia sendiri yang mau mengerjakannya. Ae Jung merasa kalo Yeon Wu terlalu baik. Karena itulah ia ...

Ae Jung nggak jadi mengatakannya. Ia mengaku terus merasa bersalah. Yeon Wu menasehati agar Ae Jung jangan merasa nggak nyaman karena dirinya. Dan jangan terbebani dengan apa yang ia katakan kemarin. Ia ingin agar Ae Jung membacanya perlahan dan nggak terburu-buru. Lah, Ae Jung malah nggak ingin membacanya. Nggak peduli butuh berapa lama, ia ingin pada akhirnya berada di sisinya. Hanya itu yang ia perlukan.

Ae Jung terdiam dan makin merasa bersalah. Mereka kembali fokus memperbaiki meja setelahnya.





Ae Jung kembali mengambil buku itu. Memikirkanmu, segalanya bagiku. Ia lalu membalik halamannya dan mengambil surat itu lalu membukanya. Nggak tahu kenapa ia mengembalikan surat itu lagi dan nggak jadi membacanya. Ia membuka buku itu dan teringat masa lalu.

Ae Jung akan menulis catatan kehamilan dan Yeon Wu tersenyum menatapnya. Ae Jung nggak tahu harus menulis apa. Itu adalah tugas kelas pengasuhan untuk mahasiswa. Ia mengeluhkan mereka yang belum menikah dan punya anak, gimana bisa ia menulis catatan harian kehamilan?

Yeon Wu tersenyum dan membenarkan. Susah ya tugasnya? Ae Jung protes ke Yeon Wu yang tersenyum padahal ia sedang kesulitan.

Yeon Wu bangun dan membantah kalo dia nggak tersenyum. Ia lalu menanyakan Ae Jung ingin menjadi ibu yang seperti apa? Ae Jung memikirkannya. Ia lalu menunjukkan sebuah buku dan menunjukkan kalo ia ingin menjadi ibu yang seperti itu. Ia rasa perasaan seorang ibu akan seperti itu.

Yeon Wu mengambil buku itu dan membacanya. Ia merasa kalo puisinya bagus. Ia lalu mengatakan kalo puisi itu seperti hatinya yang selalu memikirkannya. Ae Jung kaget dengar Yeon Wu menyukai seseorang. Ia menjadi bersemangat dan menanyakan siapa orangnya. Yeon Wu nggak mau memberitahukannya sekarang. Lain kali aja. Ae Jung merengek minta dikasih tahu.

Yeon Wu menanyakan apa gadis itu akan menerima cintanya kalo ia menyatakan perasaannya dengan puisi itu? Ae Jung hanya tersenyum.

"Sebutir pasir membuatku memikirkanmu.
Selembar daun membuatku memikirkanmu.
Segalanya di dunia ini membuatku memikirkanmu
Memikirkanmu segalanya bagiku"

Ae Jung pingin nangis ingat itu semua. Ia lalu menutup buku itu sambil tersenyum.


Sementara itu Dae O sibuk merevisi naskahnya. Teringat apa yang Ae Jung katakan tadi kalo dia merasa aneh dengan tokoh pria yang menyukai wanita yang buruk. Ia hanya menghela nafas lalu mau menutup laptopnya.

Mendadak ponselnya bunyi. Reminder. Hari ini 17 tahun yang lalu. Ia mengambil ponselnya dan mengkliknya. Bagus. Begitu mengunggah bahwa ia tutor yang mencari murid, ia diminta untuk menuliskan esai lamaran untuk Jurusan Teater dan Film Universitas Hankuk. Apa aku jenius?

Dae O tersenyum. Ia bertanya-tanya kenapa dia sama sekali nggak berubah? Ia lalu lanjut membaca.

Setelah presentasi, aku bersantai di kampus. Aku melihat mahasiswa Jurusan Teater dan Film sedang syuting. Di antaranya aku melihat seorang wanita.

Ringkas drama selanjutnya

Bersambung...

Chingu, silakan berkomentar sesuai konten dengan kata-kata yang sopan dan jangan spam, ya😊😊😊